Bulan Agustus selalu identik dengan hari kemerdekaan. Dimana pada bulan ini tepatnya tanggal 17 Agustus negara kita telah merdeka dari penjajahan negara-negara kolonialis. Sudah 74 tahun kita merasakan kemerdekaan itu. Semarak kemerdekaan pun terlihat di berbagai sudut desa hingga kota. Lalu apa itu merdeka?
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merdeka memiliki arti sebagai berikut: 1) bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya) berdiri sendiri; 2) tidak terkena atau lepas dari tuntutan; 3) tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu. Kemudian apakah negara kita benar-benar terlepas dari penjajahan dan merdeka?
Penjajahan tidak hanya bersifat fisik /militer, namun juga bersifat non fisik/tanpa senjata. Negara kita memang telah merdeka dari penjajahan militer, namun tidak halnya dengan non militer (penjajahan SDA, ekonomi, dan sebagainya). Dimana faktanya negara ini masih dijarah oleh Asing. Masih banyak eksploitasi SDA di negeri ini. Seperti halnya ekploitasi tambang emas terbesar di Indonesia, PT Freeport yang nyata-nyata dikuasi Asing. Belum lagi penjajahan ekonomi. Utang negara ini semakin mengunung. Impor terus terjadi di tengah banyak pasokan kebutuhan dalam negeri, seperti impor ayam, garam dan lainnya. Pun juga kemaksiatan yang merajalela dimana-mana.
Islam telah mengajarkan kemerdekaan yang sesungguhnya. Dimana negara dalam naunganya selama 14 abad mampu mensejahterakan rakyatnya, tanpa bergantung kepada negara lain, bahkan negara Islam menjadi panutan bagi negara-negara lainnya. Islam membebaskan rakyatnya dari penjajahan fisik dan non fisik. Membebaskan dari penghambaan kepada sesama manusia, menuju kepada penghambaan Allah semata. Pun juga hanya mengambil aturan-Nya dalam segala aspek kehidupan, bukan aturan lainnya.
Oleh sebab itu, marilah kita semua menuju kepada kemerdekaan yang sesungguhnya dengan memperbaiki tatanan kehidupan ini sesuai dengan syariat Allah. Karena hanya dengan Rahmat-Nya kita mampu merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Wallahu A'alam Bisshawab.
Penulis : Ummu Zalfa (Komunitas Peduli Umat Konda)
Konda, Sulawesi Tenggara.