Isu Terorisme, Narasi Untuk Menciptakan Islamophobia



Oleh : Miya Ummu Akmal 

(Pendidik dan pemerhati kebijakan publik)


Akhir-akhir ini virus islamofobia muncul kembali di tengah-tengah masyarakat. Hal Itu dilatarbelakangi oleh  isu terorisme yang kini dihembuskan lagi oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab. Isu ini terkesan dipaksakan sekali. Seperti kejadian perampokan toko emas yang terjadi pada sabtu(24/8/2019) di Magetan. Ada beberapa pihak yang mengaitkan perampokan ini dengan terorisme dan Suriah. Katanya, uang hasil pencuriannya untuk dikirim ke Suriah.(https://jatim.tribunnews.com,25/08/2019)


Selain di Magetan ada juga kasus di Lamongan. Baru baru ini ada penggerebekan yang dilakukan oleh Densus 88 di Brondong Lamongan. Warga terkaget-kaget dengan penggerebekan yang secara tiba-tiba ini. Seorang pedagang di tempat pelelangan ikan (TPI) Brondong dinyatakan sebagai terduga teroris. Namanya adalah beni (25) yang hidup di kontrakan selama 2,5 tahun bersama istri dan 2 anaknya. Menurut tetangganya, keluarga ini tertutup dan jarang keluar rumah. Beni biasa mengisi ceramah agama setelah sholat shubuh disana. Aparat belum memberikan keterangan apapun terkait kasus ini. Apa yang menjadi kesalahannya hingga di labeli terduga teroris dan dilakukan penangkapan di rumahnya.(https://m.timesindonesia.co.id, 23/08/2019).


 Dari kasus-kasus tersebut, sontak virus islamophobia(ketakutan terhadap islam)  kembali menyerang masyarakat. 

Ada beberapa hal yang patut dikritisi dari beberapa kasus tersebut diantaranya:

Pertama. Mengapa kasus-kasus tersebut terkesan diarahkan untuk dikaitkan dengan islam atas nama terorisme? 

Mengapa kasus perampokan di Magetan tidak dianggap sebagai tindak criminal murni. Padahal apakah dalam islam diajarkan untuk  melakukan tindak criminal semacam merampok ataupun yang lainnya? 

Malahan di Papua sering terjadi kasus penyerangan yang lebih radikal lagi,bahkan korbannya sering aparat yang ada, tapi tidak pernah dikaitkan dengan terorisme. Pelakunya hanya disebut Kelompok Kriminal Bersenjata(KKB). 


Kedua. Penggerebekan di Lamongan pun itu belum ada penjelasan apapun dari aparat yang ada, mengenai kesalahan dari Beni. Mengapa semua media memblow up besar-besaran hingga menimbulkan stigma negatif terhadap orang islam yang sholih.


ketiga. Kalaupun itu dimasukkan bagian dari tindakan terorisme, mengapa selalu dikait-kaitkan dengan agama islam? 

Padahal Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan, kerusakan ataupun tindakan terror yang bisa  menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Karena semua tindakan itu adalah berdosa dan termasuk bagian dari pelanggaran hukum Syara'.


Keempat. Jika pelaku perampokan itu penganut agama lain, apakah akan dikaitkan dengan terorisme juga? Tentunya tidak. Pastinya semuanya akan bilang itu hanyalah oknum. Jika ada pejabat korupsi apakah akan dikaitkan dengan agama koruptor itu?Tentu tidak, karena Islam tidak pernah mengajarkan untuk mencuri, membunuh, apalagi korupsi. Jika ada orang Islam yang melakukannya itu karena keimanan nya yang perlu diragukan dan dipertanyakan kualitasnya. Bukan sebaliknya. Karena tidak mungkin orang yang dekat dengan Allah, keimanan nya tinggi malah berbuat kerusakan, melakukan tindak kriminal, menyakiti orang hingga meresahkan masyarakat.

Seharusnya kasus perampokan di Magetan dan penggerebekan Densus 88 di Lamongan ini tidak serta merta langsung dikaitkan dengan terorisme. karena justru menimbilkan dampak negative, diantaranya adalah:

Pertama. Masyarakat ketakutan terhadap islam dan kaum muslimin

Orang non muslim takut terhadap orang islam. Dan orang islam sendiri takut dengan ajaran agamanya sendiri. Sehingga untuk mempelajari dan mendalami agama mereka sendiri, mereka takut. lalu bagaimana mereka akan bisa menjalankan perintah Allah selaku Tuhannya?bagaimana mereka bisa menjadi hamba Allah yang bertakwa?yang lebih parah bagaimana nasib generasi kita mendatang?karena virus islamophobia ini para orang tua pun kini mulai khawatir anaknya ikut pengajian-pengajian. Para orang tua menjadi lebih senang anaknya bergaul bebas(pacaran) daripada mengkaji islam secara kaffah(menyeluruh). 


Kedua. Image (track record) islam menjadi buruk. 

Padahal ajaran islam begitu mulia. Islam adalah dien (agama) yang lurus. Semua ajaran yang ada dalam islam itu pasti baik, karena berasal dari sang pencipta jagad raya (Allah SWT)

Ketiga. Kaum muslimin saling mencurigai. Termasuk antar ormas juga seperti itu. Akhirnya tidak ada persatuan dan kesatuan dalam tubuh kaum muslimin. masyarakat takut untuk terlibat dengan kelompok-kelompok dakwah.

Keempat. Upaya perjuangan kebangkitan islam menjadi terhambat. Padahal perjuangan dakwah islam itu untuk kepentingan seluruh penjuru alam. Karena dampak penerapan islam adalah rahmatan lil alamin. Bukan lil muslimin.

Wallaahu a'lam bis Asshowaab.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak