Oleh : Ummu Aqeela
Rasisme adalah sebuah tindakan atau pandangan yang merendahkan dan menghina orang lain hanya karena perbedaan suku, warna kulit, kebangsaan, dll. Dalam Islam sendiri rasisme adalah tindakan yang melawan fitrah manusia, karena sejatinya Allah menciptakan umatnya berbeda-beda seperti yang tertulis dalam firmanNYA dibawah ini
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. (Al-Hujurat: 13)
Di Indonesia sendiri tindakan rasisme masih sering terjadi, seperti yang baru-baru ini mencuat di Surabaya yaitu tragedi rasisme yang dialami sekelompok Mahasiswa Papua dan berakibat fatal hingga saat ini. Menurut siaran pers dari Jaringan Masyarakat Sipil Jawa Timur yang diterima TribunPapua.com, Selasa 20/08/2019 kronologinya adalah sebagai berikut, Kedatangan mereka berkaitan dengan dugaan adanya pengerusakan tiang bendera dan pembuangan bendera merah putih ke selokan. Berdasarkan dari keterangan seorang upmahasiswa yang ada di asrama, pada saat kejadian tanggal 16/08/2019 oknum anggota TNI sempat menggedor pintu gerbang asrama. Oknum tersebut menggedor sambil mengucapkan kata-kata yang tak pantas (rasisme). Beberapa saat kemudian datang puluhan anggota ormas lalu melempari asrama dengan batu, sambil menyanyikan yel yel untuk mengusir Mahasiswa Papua dari Surabaya. (TribunNews.com 20/08/2019)
Untuk menindak lanjuti masalah tersebut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM) menyatakan akan menjalin komunikasi dengan Kodam V/Brawijaya seiring dengan keterkaitannya anggota TNI dalam pusaran kasus rasisme tersebut. Aksi rasial yang terjadi tersebut diatas juga menjadi salah satu pemicu kerusuhan di beberapa kota di wilayah Papua dan Papua Barat sepekan terakhir ini. ( CNN 26/08/2019 )
Dengan melihat kronologi kejadian diatas dan ini bukan yang pertama kalinya, semakin membuktikan bahwa negara gagal menerapkan semboyannya sendiri yaitu “ Bhineka Tunggal Ika “ ( Berbeda-beda tetapi tetap satu jua ). Semboyan yang selalu dibanggakan ternodai dengan insiden tersebut, dan yang menjadi miris, insiden tersebut dilakukan oleh oknum yang dengan bangga menyandang sebagai para Pancasilais di Indonesia. Terasa lucu bukan? Teriak paling Pancasilais dan Nasionalis namun tindak tanduknya bertolak belakang.
Lalu bagaimana dengan negara sendiri dalam putaran kasus ini?
Harusnya negara tanggap dan gesit menangani ini, tidak terkesan membiarkan berlarut dan hanya memandang sebelah mata dengan cukup berkata meminta maaf dalam media. Masalah ini sudah menjadi lebar dan luas, bahkan menjadi percikan api tambahan untuk masyarakat di Papua yang sebelumnya sudah memanas. Mungkin menurut pemerintah upaya pemindahan Ibu Kota Negara menjadi masalah yang lebih penting dibandingkan keutuhan rakyat yang dipimpinnya. Wallahu'alam bishowab
Bagaimana Islam memandang Rasisme?
Islam adalah agama dalam konsep Universal yaitu persaudaraan dan menolak perbedaan semua ras manusia. Oleh karenanya rasisme tidak mempunyai tempat dalam Islam, karena pandangan ini akan menyuburkan diskriminasi dan penolakan. Sikap diskriminasi yang bersandarkan pada etnis dan generalisasi merupakan bentuk kedzaliman yang sangat bertentangan dalam Islam. Islam tidak mengenal superioritas apapun atas yang lain berdasarkan ras, warna kulit, bahasa atau kekayaan. Hal ini ditegaskan dalam khotbah Nabi Muhammad SAW “ Semua manusia adalah dari Adam dan Hawa, seorang Arab tidak memiliki keunggulan atas non Arab, dan juga bagi kulit putih tidak memiliki keunggulan lebih dari kulit hitam begitupun sebaliknya, dan keunggulan hanya dilihat dari ketakwaannya kepada Allah SWT “.
Lihatlah bagaimana Bilal bin Rabah, seorang sahabat yang mulia. Beliau adalah mantan budak dan berkulit hitam legam, tetapi kedudukan beliau tinggi diantara para sahabat yang lainnya. Beliau juga sayyid para muadzin dan pengumandang adzan pertama umat Islam. Nabi SAW pernah bersabda kepada Abu Dzar “ Lihatlah, engkau tidak akan baik dari orang yang berkulit merah dan berkulit hitam sampai engkau menggungguli mereka dalam ketakwaan “.
Oleh karena itu marilah kita kembali kepada fitrah kita serta melihat bagaimana Islam menyikapi perbedaan ini. Karena sejatinya perbedaan adalah sebuah ujian untuk berlomba-lomba menjadi manusia yang bertaqwa. Dan bingkai ketaqwaan itu hanya bisa diwujudkan jika kita menerapkan seluruh Islam secara Kaffah dalam berbagai sendi kehidupan kita.
Wallahu'alam Bishowab