Inovasi Pribumi dalam Revolusi Industry 4.0 Hanyalah Mimpi Abadi



Ramai dibicarakan tentang penangkapan seorang kepala desa di Aceh yang dengan inovasinya mampu mengembangkan benih padi IF-8, salah satu benih bermutu garapan anak bangsa. Lah kenapa ditangkap bukankah seharusnya bangga? Alasannya, Dinas pertanian menilai benih tersebut illegal karena tidak memiliki sertifikat. Maka atas temuan yang dinilai illegal tersebut sang inovator kemudian dilaporkan dan telah ditetapkan sebagai tersangka atas penyaluran benih IF-8 yang tidak memiliki sertifikat.(tribunjabar/26/07/2019)

Fakta Inovasi berujung bui ini pun mendapat banyak sorotan baik dari kalangan masyarakat sekitar maupun para akademisi dan pejabat. Walaupun telah menarik simpati dari berbagai kalangan namun kasus hukum harus diselesaikan dengan hukum dan tidak mudah begitu saja dilepaskan, sedikit banyak pasti ada pihak yang merasa dirugikan. 

Pemerintah dinilai gagal meriayah

Kemajuan teknologi dalam kancah dunia global sudah memasuki era revolusi industri 4.0 dimana teknologi sudah tahap otomasi dan pertukaran data dalam komunikasi atau dalam bahasa gampangnya kemudahan dalam mengakses informasi melalui jaringan data/internet.

Sejak dimulainya revolusi industri yang pertama yaitu ditemukannya mesin uap sebagai pengganti tenaga manusia, teknologi dikancah internasional terus dikembangkan untuk memudahkan kerja manusia hingga kemajuan yang telah dicapai saat ini. Dalam menuju pencapaian yang sangat luar biasa tersebut setiap negara terus bersaing untuk menciptakan hal yang luar biasa.

Disaat semua negara bersaing dan berkompetisi dalam menciptakan sebuah kemajuan berupa inovasi, fakta mengejutkan justeru datang dari NKRI dimana hampir setiap tahunnya meluluskan beribu-ribu sarjana dan professor. Tentunya mustahil apabila dikatakan negara kita nihil dari sumberdaya manusia yang memadai. 

Inovasi masyarakat yang tidak didukung oleh pemerintah tidak hanya dialami sang kades tadi, sebutlah Joko Suprapto penemu bahan bakar air (blue energi) yang sempat diteliti juga oleh kampus UMY Yogya dan memiliki kesamaan. Akan tetapi penemuannya pun juga mendapat respon negative karena dinilai memiliki unsur penipuan. Dan sang inovatorpun hilang begitu saja tanpa ada kabar.

Inovasi karya anak bangsa yang tak lebih disayangkan adalah kurang dihargainya temuan Bj Habibie dalam kemajuan berpikirnya menciptakan pesawat terbang. Tidak cukup hanya itu kepiawaiannya itu juga diturunkan kepada anaknya yang sukses menciptakan pesawat tempur. Pertanyaannya kenapa bangsa tidak dapat menikmatinya? Yup, karena kreativitas itu tidak mendapat apresiasi negara. Walhasil negara kita lebih suka membeli pesawat dari asing, yang tak jarang pula mengalami kerusakan mesin dan mengalami kecelakaan. Belum lagi baru-baru ini harga tiket pesawat yang melambung tinggi dengan alasan susah perawatan mesinnya. Parahnya lagi inovasi Bapak Habibi mendapat apresiasi dari negara lain, bukan di negeri pertiwi. Heran bukan?

Sudah menjadi fakta jika hasil kreativitas anak bangsa yang tidak dihargai negara ini ia akan mencari apresiasi dari negara lain untuk mendukung dan membantu penelitiannya. Atau ia akan tetap di negeri ini tapi dengan berbagai resiko termasuk intimidasi, fitnah dan bui. Dari abainya pemerintah terhadap peneliti yang tidak dihargai akan mengantarkan bangsa dan negara menjadi bangsa konsumtif dan bergantung kepada negara lain. Jadi wajar dari masa proklamasi sampai sekarang negara kita stagnan menjadi negara berkembang saja yang belum sempat mencicipi yang namanya kesejahteraan.

Islam mendukung segala aktivitas yang mendukung kemajuan negara

Hanya dalam islam kreativitas seseorang akan dihargai dan didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, selain itu juga dengan imbalan yang sesuai sehingga masyarakat seolah mendapat stymulus untuk berlomba-lomba ngerahkan segenap fikiran dan kemampuan mereka mjopengembangkan ilmu yang dipunya demi kemajuan Negara tentu demi tukuan utama yaitu meraih ridho sang pencipta. Semua itu bukan hanya dongeng pengantar tidur semata, bukti bahwa negara berperan aktif mendukung kreativitas ummat sudah terbukti dalam sejarah penerapan hukum islam selama 13 abad lamanya. 

Masa kejayaan islam memiliki keistimewaan dengan banyak pemimpin yang mendukung kemajuan Negara dengan menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi para ilmuannya. Karena itu mereka membangun pusat-pusat penelitian, perpustakaan, pusat kajian ilmu pengetahuan dengan begitu masyarakat akan tertarik untuk melaukan penelitian. Disamping itu kholifah memberikan hadiah bagi siapa saja yang berhasil atas inovasinya. Misalnya kholifah Al Makmun yang memberikan hadiah kepada Hunain bin Ishaq berupa emas seberat buku yang berhasil diterjemahkannya.

Maka wajarlah pada masa itu menjamur para cendekiawan islam yang bahkan jasanya masih diingat sampai sekarang. Sebutlah bapak kedokteran pertama yang kita kenal dengan sebutan Ibnu Shina dan buku panduan kedokteran fenomenalkl,87unya masih dipakai sampai sekarang dalam ilmu kesehatan dunia. Adapula Alkhawarizmi dengan tekadnya yang kuat untuk mempelajari ilmu mawaris beliau akhirnya menemukan angka hitung yang memudahkan dunia dengan penemuan angka nol nya. Tidak itu saja ia juga meneliti tentang arah dan waktu sholat dan banyak hal teori yang ia temukan pada saat itu atau yang lebih kita kenal pada zaman sekarang dengan ilmu astronomi. Tidak hanya laki-laki saja yang menyumbangkan kreativitas mereka banyak juga ilmuan perempuan, salah satunya adalah Mariam Al Asturlabi yang berhasil menemukan astrolabe yang bermanfaat sebagai instrument penentu posisi matahari dan planet-planet sehingga bermanfaat sebagai penentu arah kiblat, waktu sholat dan penentuan hari raya.. Dengan astrolabe inilah kemudian kita dapat mengembangkannya dalam navigasi penentu lokasi atau GPS.

Tentunya tidak hanya itu saja, masih banyak lagi para cendekiawan islam yang dengan kegemilangannya membawa nama negara ke kancah dunia menjadikan negara islam  negara adidaya pada masanya. Negera berhasil menjadikan para rakyatnya memiliki ghiroh islam dan ilmu pengetahuan.


Penulis : Ananda Dzulfikar

Anggota Komusitas Sahabat Nganjuk


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak