Oleh : Lilik Yani
Manusia mempunyai sifat rakus dan tamak. Jika tidak dikendalikan maka akan menghalalkan segala cara. Mengambil kesempatan dalam kesempitan. Menyerang lawan dengan cara keji. Menyingkirkan saingan dengan cara jahat. Suka mengadu domba antar manusia.
Ibnu Qoyyim menjelaskan, bahwa pemuasan nafsu merupakan perbuatan manusia yang membuat mereka tidak berbeda dengan semua jenis hewan. Di antara jiwa manusia ada yang menyerupai jiwa hewan. Bahkan lebih dari itu.
Allah berfirman : "Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah. Mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah. Mereka mempunyai telinga tapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (TQS Al A'raf : 179).
Manusia dalam menjalankan aktivitas hidupnya, tidak menggunakan hati untuk memahami ayat-ayat Allah. Maka perilakunya bisa melebihi hewan. Untuk meraih kekuasaan, segala cara ditempuhnya. Tidak peduli kalau perilakunya menyakiti orang lain. Tidak peduli halal atau haram, akan diterjangnya.
Jika kekuasaan sudah diraihnya, dia nikmati bersama keluarga dan koleganya. Tak peduli jerit tangis rakyatnya yang kelaparan. Penguasa terlena dengan kemewahan, sementara rakyat menangis lapar dan kesakitan.
Suami yang menjadi pemimpin, istri ikut menjarah, anak ikut meminta jabatan. Hingga banyak pemimpin yang belum tuntas tunaikan tugas, sudah menjadi terdakwa bahkan tersangka kasus kejahatan.
Akankah kehidupan seperti itu dibiarkan. Padahal Allah sudah menyiapkan serangkaian aturan buat manusia dalam menjalankan setiap aktivitas hidup ini. Tetapi mereka memilih hidup bebas tanpa aturan sehingga jadinya seperti binatang, bahkan lebih parah.
Jika binatang memangsa sesama, cukup sampai batas perut kenyang hari itu. Sedangkan manusia, tidak cukup perut kenyang tapi akan menumpuk harta kekayaan, kalau perlu hingga cukup sampai tujuh keturunan. Astaghfirullah.
Manusia diberi mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah. Sehingga jarang bersyukur atas semua nikmat karunia Allah. Padahal hidup ini hanya sesaat. Waktu terus berjalan, umur semakin berkurang. Yang perlu diperhatikan ada kehidupan sesungguhnya yaitu akherat tempat kita semua dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Sang Pemilik Kehidupan.
Hewan dan manusia jelas diciptakan berbeda. Manusia dilengkapi akal dan hati. Akal sehat manusia bisa membedakan baik atau buruk, benar atau salah, halal atau haram. Merugikan orang lain atau tidak.
Manusia dilengkapi hati untuk bisa memahami ayat-ayat Allah. Dengan hati kita harus mengimani Allah. Bukan menuhankan harta, jabatan, pangkat atau kedudukan. Bukan pula untuk menuhankan manusia yang dianggapnya memiliki kelebihan.
Saudara, untuk itulah momentum Idul Adha atau sering disebut Idul Qurban di sini, Allah menyuruh manusia untuk mengurbankan sebagian harta yang dimilikinya sebagai bentuk ketaatan dan keimanan kepada perintah Allah.
Salah satu hikmah dari berqurban ini adalah menyembelih sifat hewan yang ada pada diri manusia. Dengan berqurban, kita mengikis sifat-sifat kehewanan yang suka mengabaikan Allah dan menggantinya dengan sifat-sifat malaikat yang selalu mengajak kepada ketaatan kepada Allah.
Dengan kita berqurban, bukan sekedar menyembelih atau memotong urat leher hewan yang kita qurbankan, melainkan harus membunuh sifat-sifat kehewanan yang ada pada dirinya. Hingga yang tersisa adalah sifat keikhlasan, sebagaimana Nabi Ibrahim dulu yang rela mengorbankan apa saja harta miliknya untuk mencari Ridlo Allah.
Dengan berqurban kita meneladani sifat Nabi Ibrahim yang menjalankan perintah Allah dengan penuh ketaatan. Termasuk perintah untuk mengorbankan anak kesayangannya pun beliau menjalankan dengan penuh keikhlasan tanpa ada pembantahan sedikitpan.
Semoga Allah meridloi pengorbanan yang kita lakukan dan memberikan pahala yang berlipat dan hati lembut penuh keimanan.
Wallahu a'lam bisshawab
********
Impian bisa istiqomah berqurban, selain karena menjalankan perintah Allah. Ada hikmah yang bisa dipetik, dengan menyembelih hewan qurban maka akan menyembelih sifat-sifat hewani yang ada dalam diri kita.
Dengan dibekali keimanan, akal sehat dan hati yang bersih, diharapkan bisa menjalankan setiap aktivitas sesuai aturan yang ditetapkan Allah. Ada ketundukan dan ketaatan hanya kepada Allah Sang pengendali kehidupan.
Surabaya, 18 Agustus 2019
#QurbanSembelihSifatBinatang
#GantiDenganKetaatan