Ibadah Haji Momentum Persatuan Umat




Santi Novianti 
Ibu rumah tangga dan Member Akademi Menulis Kreatif


Labaik Allahumma labaik
Labbaik ka la syarika laka labaik...

Alhamdulilah bulan haji sudah di depan mata. Alunan zikir yang indah penuh khidmat dirasakan oleh kaum muslimin, terutama bagi yang menjalankan ibadah haji ke Baitullah. Jutaan kaum muslimin yang ada di dunia berbondong-bondong untuk pergi menunaikan ibadah haji. Karena ibadah haji merupakan rukun islam yang kelima yang wajib ditunaikan bagi yang mampu. Mampu dalam segala hal baik perbekalan dalam menunaikannya maupun dari fisik yang menunjang pelaksanaannya. Tetapi tidak semua yang mampu secara materi tergerak hatinya untuk menunaikan haji, faktanya banyak yang mampu namun enggan berhaji. Karena haji merupakan aktifitas ketaatan dan pengorbanan. Mereka yang lemah iman akan melalaikan kewajiban ini meski bergelimang harta. Allah Swt mengancam dengan ancaman yang keras bagi orang yang mampu tapi enggan.

"Sungguh seorang hamba yang telah Aku sehatkan badannya, Aku lapangkan penghidupannya, lalu berlalu masa 5 tahun sementara dia tidak mendatangi-Ku (menunaikan haji), dia orang yang benar benar terhalang." (HR al-Baihaqi)

Nauzubillah.

Ketahuilah jemaah haji yang berangkat ke Baitullah dia telah menjadi tamu Allah seperti dalam sabda  Rasullullah Saw,

"Tamu Allah ada 3 mujahid, haji dan peserta umrah."(HR an-Nasai)

Amatlah bahagia bagi seseorang yang menjadi tamu Allah, Subhanallah. Tidak ada yang lebih bahagia dari menjadi tamunya Allah .

Pelaksanaan haji ini pada kenyataannya telah ada sejak masa kenabian Ibrahim dan putranya Ismail hingga Rasulullah Muhammad Saw atas perintah Allah menjadikannya syariat yang wajib ditaati. Banyak hikmah yang terkandung dari syariat Allah bernama haji ini, diantaranya adalah:

Pertama, keyakinan kepada Allah yaitu tauhid mengesakan Allah sebagai Rabb dan sebagai Illah yang wajib disembah, diibadahi, ditaati, disandarkan dan dimintai. Tak ada Illah selain Allah dan wajib adanya seorang muslim meyakini dengan sebenar-benarnya hingga tasdiqul jazm (membenarkan dengan sepenuh kepastian) di dalam dirinya.

Kedua, pengorbanan dari apa-apa yang dicintai. Ibadah haji mengajarkan kita untuk senatiasa berkorban, mengorbankan apa yang kita miliki semata karena Allah. Seperti halnya digambarkan oleh nabi Ibrahim As. yang diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anak yang dicintainya, anak yang diharapkan kedatangannya untuk meneruskan perjuangan melanjutkan risalahnya. Namun kecintaannya tidak menutup hati dan imannya kepada Allah. Hingga Allah memujinya dan membalas dengan sebaik baik balasan.

Ketiga, haji mengajarkan kita akan persatuan umat. Pada momen haji seluruh umat Islam berkumpul pada satu titik dan mengikuti satu komando yang telah ditentukan yaitu menjalankan rukun-rukunnya seperti tawaf, sa'i, wukuf, jumrah dan haul. Persatuan umat tidak memandang adanya perbedaan secara fisik. Mereka melebur tidak peduli bangsa, bahasa, warna kulit dan strata.

Namun saat ini persatuan dalam momen haji ini belum nampak hingga menjadi persatuan hakiki. Karena persatuan yang mereka dapatkan baru pada persatuan dalam konteks spriritual saja. Seperti halnya ibadah-ibadah mahdhah yang lainnya.

Kaum muslim hingga kini belum bersatu dalam satu ikatan yang kuat. Ikatan yang menghantarkan kepada mereka persatuan umat. Fakta yang bisa kita lihat kaum muslim tersekat dengan nasionalismenya yang mengakibatkan mereka hanya memikirkan bangsanya masing-masing. Mementingkan egoisme kebangsaannya, tidak peka dengan muslim yang lainnya, tidak peduli dengan saudara muslim yang terzalimi. Tidak peduli dengan kesengsaraan, kelaparan dan urusan-urusan muslim yang lain. Ini karena akibat tidak adanya pemersatu umat.

Persatuan umat yang hakiki akan dapat diraih jika umat menyadari akan wajibnya persatuan. Persatuan umat digambarkan bagaikan satu tubuh yang jika salah satu tubuh terluka maka anggota tubuh yang lainnya pun ikut merasakan sakitnya. Seperti dalam banyak sejarah Islam akan gambaran persatuan umat. Kaum Muhajiri yang dipersaudarakan dengan kaum Ansor pada saat kaum muslim Muhajirin hijrah ke Madinah. Bagaimana mulianya mereka menjadikan saudara muslimnya bagaikan saudara kandungnya. Mereka kaum Anshar membagi apa yang mereka miliki sebagai bentuk kecintaannya. Allah berfirman,

"Kaum mukmin itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) kedua saudara kalian itu dan takutlah terhadap Allah supaya kalian mendapatkan rahmat." (TQS al-Hujurat (49):10)

Begitulah ikatan akidah dalam Islam.

Sejarah membuktikan akan kejayaan islam sampai 13 abad lamanya umat Islam bersatu dalam Daulah Islamiyah. Menciptakan banyak keberhasilan dalam segala aspek kehidupan. Persatuan terjaga, kesejahteraan tercipta, keamanan diri, harta, kehormatan terlindungi oleh Islam.

Wahai kaum muslim mari kembali kepada persatuan hakiki yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Janganlah bercerai-berai, janganlah mengikuti hasutan-hasutan musuh Allah para pembenci Islam yang menghembuskan paham nasionalisme yang membahayakan bagi umat. Karena itu merupakan racun yang memporak porandakan ukhuwah di antara kaum muslim.

Sudah saatnya kembali pada ajaran  Islam, pemersatu umat melalui kepemimpinan yang satu yaitu Daulah Khilafah ala minhaj an-nubuwwah.

Wallahu a'lam bi ash-shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak