Hentikan Perdagangan Manusia !

Oleh. Ir. Izzah Istiqamah


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membenarkan ada perempuan warga negara Indonesia ( WNI) yang diduga menjadi korban perdagangan manusia di China.

Setelah Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bertemu Presiden Joko Widodo, Kamis (18/7/2019) kemarin serta melaporkan dugaan perdagangan manusia, Retno langsung menghubungi Duta Besar China yang ada di Jakarta untuk mengonfirmasi informasi itu.

Ternyata benar, ada sebanyak 15 perempuan asal Indonesia yang diduga menjadi korban perdagangan manusia.

"Jadi, sekarang yang ada di KBRI Beijing ada 15 orang. Kami berdiskusi panjang mengenai kasus yang menimpa sejumlah wanita Indonesia yang sedang menunggu dipulangkan ke Indonesia. Prosesnya cukup lama," ujar Retno saat dijumpai wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (19/7/2019).

Namun, Retno mengakui, ada perbedaan pandangan antara hukum Indonesia dengan hukum di China mengenai persoalan tersebut.

Retno menjelaskan, para wanita itu dikirim ke China untuk menikah dengan lelaki asal Negeri Tirai Bambu itu dengan imbalan sejumlah uang. Hukum di Indonesia berpandangan bahwa peristiwa itu dikategorikan sebagai bentuk perdagangan manusia. Apalagi, pemerintah Indonesia sudah memiliki bukti kuat bahwa mereka adalah benar korban perdagangan manusia.

Sementara hukum China berpandangan bahwa hal tersebut merupakan masalah keluarga.
Retno pun terus berupaya membawa persoalan ini ke ranah hukum Indonesia.

"Pertemuan tadi pagi dengan dubes Tiongkok, intinya adalah kita harus menyamakan persepsi, bahwa ini isu tidak semata isu keluarga, tapi pantas untuk dilihat apakah betul dugaan trafficking itu ada. Kalau kita sepakat. maka insya Allah (selesai)," lanjut Retno.

Untuk mencegah hal semacam ini terjadi kembali, Retno mengatakan Kemenlu akan aktif berkomunikasi dan menggelar sosialisasi ke daerah asal para WNI tersebut. Kemenlu akan memberikan pemahaman agar masyarakat, terutama wanita, untuk waspada apabila menemukan tawaran untuk menikah di luar negeri.


Secara geografis, Kalimantan Barat berbatasan langsung dengan Laut China Selatan (laut) dan juga Sarawak, Malaysia Timur (darat). Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang adalah kota pesisir utara Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan, yang menjadikan Singkawang sebagai salah satu daerah di Indonesia yang banyak dihuni warga etnis Tionghoa.

Terbaca polanya bahwa modus human trafficking di Kalimantan Barat: "... di Singkawang adalah pengantin pesanan. Agak berbeda sedikit dengan Kabupaten Sambas modusnya adalah perdagangan TKI/ TKW karena ada jalan tikus (ke Malaysia)." (Rosita Nengsih, Direktur LKBH PEKA, 2017).

Singkawang juga dinobatkan menjadi kota di Indonesia yang paling toleran versi SETARA Institute, dan saat ini Singkawang - dengan investor China PT UN Global Village - tengah membangun dirinya menjadi Smart City yang ditandai dengan pembangunan pelabuhan internasional Kijing serta rencana pembangunan tol Pontianak - Singkawang. Walikota Singkawang sendiri yang menyambut secara resmi dan terbuka kehadiran korporasi China UN Global Village untuk berinvestasi di Kota Singkawang.

Lalu apa hubungannya investasi pembangunan oleh China dengan kasus human trafficking ? 

Jelas berhubungan erat karena dunia makin terkoneksi dengan Tiongkok baik dari darat, udara maupun lautan. Transportasi murah dan infrastruktur mudah membuat kaum Muslimah yang merupakan kehormatan umat kini lebih mudah 'dijamah' oleh tangan-tangan kapitalis Timur. Negeri-negeri Muslim telah semakin terkoneksi dengan China, sekaligus terkoneksi dengan problem sosial mereka! 

Semua faktor-faktor kompleks di atas akhirnya membawa dampak mengerikan terhadap dunia Islam. Umat semakin mudah dijarah dan dijamah. Astaghfirullah. Hegemoni kapitalis itu satu paket, mereka menjarah SDA kita, menjamah SDM (perempuan) kita, sekaligus melemahkan identitas kita sebagai Muslim Kaffah. 


Islam Memuliakan Perempuan

KISAH wanita yang diceritakan dalam ar-Rahiq al-Makhtum karya Syaikh Shafiyurrahman Mubarakfury, bahwasanya ada seorang wanita Arab yang datang ke pasarnya orang Yahudi Bani Qainuqa.

Dia duduk di dekat pengrajin perhiasan. Tiba-tiba beberapa orang di antara mereka hendak menyingkap kerudung yang menutupi wajahnya. Diam-diam tanpa diketahui Muslimah tersebut, pengrajin perhiasan ini mengikat ujung jilbabnya, dan ketika ia bangkit, auratnya seketika itu juga tersingkap.

Muslimah ini spontan berteriak dan seorang laki-laki Muslim yang berada di dekatnya melompat ke pengrajin perhiasan itu dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi kemudian membalas dengan mengikat laki-laki Muslim tersebut lalu membunuhnya.

Kejadian ini membuat kesabaran Rasulullaah Shallahu’alaihi Wassallam habis ketika sebelumnya mereka berupaya mengadu domba Aus dan Khazraj sehingga hampir saja di antara kedua suku ini terjadi peperangan, mengganggu kaum Muslimin dan mengabaikan nasihat Rasulullaah Shallahu’alaihi Wassallam. 

Rasulullaah Shallahu’alaihi Wassallam bersama pasukan kaum Muslim berangkat menuju tempat Bani Qainuqa dan mengepung mereka dengan ketat.

Bani Qainuqa yang pongah dan sombong ini akhirnya bertekuk lutut dan menyerah setelah dikepung selama 15 hari. Allah Subhanahu Wata’ala memasukkan rasa gentar dan takut ke dalam hati orang Yahudi ini.

Hampir saja semua kaum laki-laki Bani Qainuqa ini dihukum mati oleh Rasulullaah Shallahu’alaihi Wassallam. Namun keputusan itu berubah ketika dedengkot kemunafikan, Abdullah bin Ubay mendesak Rasulullaah Shallahu’alaihi Wassallam untuk memaafkan mereka. Dan akhirnya Rasulullaah Shallahu’alaihi Wassallam bermurah hati dan memerintahkan Bani Qainuqa ini untuk pergi sejauh-jauhnya dan tak boleh lagi tinggal di Madinah.

Hanya sistem islamlah yang mampu melindungi kehormatan kaum muslimin. Semoga Khilafah segera tegak untuk melindungi kehormatan kaum muslimin khususnya muslimah, sehingga tidak ada lagi perdagangan manusia di berbagai penjuru dunia. Aamiin




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak