Oleh: Eti Fairuzita
(Menulis Asyik Cilacap)
Ibadah haji merupakan salah satu dari rukun Islam yang ke lima, dimana apabila dilakukan seakan sempurna keislaman seseorang terutama bagi mereka yang mampu melaksanakannya.
Dalam hal ini antara pengorbanan dan ketaatan dapat dipersatukan, segala kemewahan dan hiruk pikuk dunia rela Ia tinggalkan hanya demi memenuhi panggilan Allah sang pemilik kehidupan.
Betapa ibadah haji mampu menyatukan berbagai manusia dari seluruh penjuru dunia, dengan segudang perbedaan namun dapat menciptakan persatuan tanpa memandang latar belakang dan derajat seseorang.
Di dalam kondisi seperti ini sekat nasionalisme sekejap menghilang yang ada tinggal ikatan akidah saja dimana mereka yakin bahwa semua hamba dimata tuhannya adalah sama dan yang membedakan hanya ketakwaanya saja.
Antara pengorbanan dan ketaatan untuk berhaji ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki tekad dan keyakinan yang kuat. Dengan demikian, bagi mereka yang lemah keyakinan dan tekadnya tidak akan pernah mau melaksanakan ibadah haji sekalipun mereka memiliki kelapangan rezeki.
Selain ketaatan dan pengorbanan ibadah haji merupakan momentum untuk meningkatkan keyakinan terhadap Allah SWT bahwa segala yang ada di dunia ini hanya milik_Nya, bertauhid, dan tidak menyekutukan_Nya.
Ibadah haji juga sering digunakan sebagai waktu yang tepat untuk memohon atas segala pengabulan doa, dimana mereka mengetahui bahwa momen berhaji adalah saat Allah mengabulkan setiap permintaan dan mengampuni setiap kesalahan hamba_Nya.
" Orang yang berperang di jalan Allah, yang berhaji, dan yang umrah adalah tamu Allah jika mereka berdoa pasti Allah mengabulkan mereka dan jika mereka meminta niscaya Allah memberi mereka"
(HR. Ibnu Majah)
Namun disayangkan, persatuan umat dalam pelaksanaan haji hanya bersifat sementara dan hilang begitu saja, dimana ikatan mereka hanya sekedar spirirual saja tanpa adanya sistem aturan yang mengikat mereka sehingga seiring berakhirnya ibadah haji tidak ada persatuan yang hakiki.
Ikatan nasionalisme itu seakan bangkit kembali dan hilanglah ikatan akidah yang begitu terasa saat berhaji.
Semestinya ibadah haji menjadi sarana yang mengantarkan pada kesadaran umat, bahwa mereka telah bercerai berai dan saling bermusuh-musuhan padahal sesungguhnya kaum muslim adalah umat yang satu dan saling bersaudara.
Hal ini bisa terjadi dikarenakan sistem yang menaungi hari ini adalah kapitalisme demokrasi dimana ikatan nasionalisme begitu dijunjung tinggi sehingga umat pun terpecah belah antara yang satu dengan yang lainya saling tidak peduli.
Keadaan ini akan berubah jika Islam kaffah diterapkan dalam institusi khilafah Islamiyah dimana kehidupan ini akan diatur sesuai syariat Islam saja yang sudah pasti akan membawa berkah.
Allah Berfirman: " Dan berpegang teguhlah kamu pada tali (agama) Allah (kamu ) semuanya dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunianya kamu menjadi bersaudara sedangkan (ketika itu ) kamu berada di tepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana, demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya agar kamu mendapat petunjuk"
(QS. Ali Imran: 103)
Wallahu alam bish-sawab