Oleh: Puji Astuti, S.Pd.I
Kelahiran seorang bayi mungil adalah sebuah peristiwa yang sangat dinanti-nanti oleh ayah dan bunda. Namun tidaklah bagi seorang remaja yang berinisial SNI (18). Entah apa yang ada dalam pikiran SNI yang tega membunuh anaknya sendiri usai dilahirkan di toilet Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Beriman Balikpapan Gunung Malang, pada rabu 24 Juli 2019.
Bayi perempuan itu tewas setelah mulutnya disumpal tisu toilet dan tali pusarnya dicabut. Setelah tewas, jasad bayi dimasukkan ke dalam kantong plastik dan berencana membuangnya di luar. Tak dinyana, aksinya ini diketahui petugas Rumah Sakit (RS) saat hendak melarikan diri. Pelaku terpaksa melakukan ini dikarenakan dirinya belum siap menikah dan memiliki anak.
Lain halnya dengan Dini (Balikpapan Pos, 29/07/2019). Gadis berusia 18 tahun ini adalah salah satu korban bencana gempa dan tsunami Palu yang dinikahkan oleh orangtuanya karena "kecelakaan" yaitu hamil diluar nikah atau MBA (Married by Accident). Saat ini usia kehamilan Dini mencapai 2 bulan. Dini hanya bisa pasrah dan menerima nasibnya.
Menurut data dari Survei Demograf dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 mengungkap remaja wanita usia 15-24 tahun dan remaja pria di rentang usia yang sama, telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan 11 persen di antaranya mengaku mengalami hamil di luar nikah.
Inilah potret generasi muda produk sistem sekuler-liberal, mereka berani berbuat tidak siap bertanggung jawab. Dalam masyarakat saat ini pasangan yang menikah dan mempelai perempuan diketahui sudah hamil duluan atau MBA(Marriage by Accident) adalah pemandangan yang biasa. Ini adalah realita yang menjamur di dunia dan masyarakat Indonesia khususnya. Aktivitas pacaran, pergaulan bebas hingga seks bebas menjadi sebab dari fenomena MBA.
Pergaulan bebas(free sex) di kalangan remaja didorong karena terkikisnya akidah Islam oleh paham sekular yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Agama jangan mengatur kehidupan sehari- hari, agama dikebiri, ditaruh di sudut kosong dan digunakan saat ibadah saja. Sehingga ketika mereka berbuat tanpa batasan bahkan tidak takut dosa.
Serangan ide kebebasan/freewill yang berasal dari Barat pun massive menyerang generasi. Ide kebebasan berpendapat, kebebasan berperilaku, hak azasi manusia (HAM) menjadi senjata mereka melakukan free sex. Paham sekularisme memberi ruang kebebasan kepada generasi muda untuk bermaksiat bahkan sampai mencabut fitrah manusia. Terbukti fitrah seorang ibu bisa hilang hingga ia tega membunuh anaknya sendiri.
Allah SWT menurunkan Islam sebagai sebuah Dien dan sistem paripurna yang melindungi manusia dari kemaksiatan dan mampu mendidik generasi ini dengan karakter syakshiyyah Islam yang takut bermaksiat kepada Allah dan siap bertanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan di dunia. Islam memiliki seperangkat aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk hubungan antara laki-laki dan perempuan. Hubungan laki-laki dan perempuan ditujukan bukan untuk memenuhi jinsy saja (naluri/gharizah 'nau). Namun ada tujuan yang lebih besar yaitu untuk melestarikan kehidupan manusia.
Di antara pengaturan hubungan laki-laki dan perempuan adalah tidak boleh khalwat (berdua-duaan dengan yang bukan mahram), tidak ikhtilat(campur baur antara laki-laki dan perempuan), tidak mengumbar aurat, tidak tabarruj, dan bila melakukan safar harus ditemani oleh wali atau mahram bagi seorang perempuan. Oleh karena itu Islam melarang segala sesuatu yang mendekati zina, yaitu aktivitas berduaan , berpegangan, berpelukan, memandang dengan syahwat, termasuk pacaran. Allah menjelaskan dalam Alquran surat an Nuur :32
"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk"
Islam membolehkan laki-laki dan perempuan berinteraksi dalam ranah pendidikan, kesehatan, dan muamalah.
Islam menjadikan generasi berkarakter siap bertanggung jawab pada pilihannya dan melindungi mereka dari pergaulan bebas. Karena setiap manusia adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya masing-masing di akhirat kelak. Sebagaimana Rosululullah SAW bersabda:
"Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya" (HR Abu Hurairah).
Sehingga tidak ada solusi yang lain yaitu kembali kepada aturan Islam kaffah dengan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh agar generasi kita menjadi generasi yang berkarakter.
Wallahu alam bisshowab.