Generasi Cemen, Produk Sistem Sekular



Oleh : Miya Ummu Akmal 

(pendidik dan pemerhati masalah public)


Berani berbuat tapi tak berani bertanggung jawab. Itulah gambaran remaja masa kini yang melakukan pergaulan bebas sampai kelewat batas. Hingga akhirnya hamil di luar nikah. Akan tetapi ketika dimintai pertanggungjawaban untuk menikah, mereka tidak siap dengan alasan masa depan mereka masih panjang. Mereka masih ingin bebas , berkarya dan lain sebagainya. Hingga akhirnya jalan pintas pun dilakukan dengan aborsi, membunuh bayinya  pasca lahir ataupun membuang bayi hasil perbuatan maksiat mereka. Seperti kasus yang terjadi di BalikPapan.  Kasus pembunuhan terhadap anaknya sendiri dilakukan oleh remaja berinisial SNI (18) di dalam toilet RSUD beriman Balikpapan pada rabu 24 Jul 2019i.  Dari keterangan SNI di hadapan awak media mengatakan bahwa perempuan asal  Tenggarong ini sejatinya tidak ingin hal ini terjadi. Namun lantaran belum siap menikah dan belum siap punya anak, ia pun terpaksa melakukan hal itu.(https://news.okezone.com, 28/07/2019)

Mengapa banyak remaja yang tega membuang ataupun membunuh bayinya sendiri. Jika dianalisa ada beberapa factor penyebabnya:

Pertama. Karena mereka belum siap menikah

Kedua. Karena mereka belum siap memiliki anak

Ketiga. Mereka masih ingin bebas seperti remaja pada umumnya

Menikah dan memiliki anak dianggap  bisa menghambat masa depan mereka. Mengapa mereka tidak berfikir seperti itu sebelum berbuat? Penyesalan memang selalu di belakang. tidak ada yang di depan.

Sadar ataukah tidak saat ini system yang diterapkan di negeri  tercinta ini adalah system secular (system yang berusaha memisahkan agama dari kehidupan). Agama tidak boleh mencampuri urusan  public. Agama hanya boleh  mengatur urusan private manusia. Seperti ibadah ritual saja. Selebihnya kita bebas melakukan apa saja semau kita. Termasuk dalam hal pergaulan dengan lawan jenis dan lainnya. 

Alhasil remaja bebas bergaul dengan siapa saja. Tanpa takut dosa. Karena system secular memberi ruang kebebasan pada remaja dalam berperilaku kemaksiatan yang mencabut fitrah manusia. Sesuai fitrah, manusia harusnya terikat dengan hokum Al Khaliq(pencipta jagad raya). Karena secara wajarnya Dialah yang paling tahu tentang ciptaanNya.apa –apa yang bisa membuat baik dan buruk untuk ciptaanNya.

Kurikulum pendidikan senantiasa berganti beberapa tahun sekali. Tapi nyatanya tidak mampu mewujudkan karakter  generasi yang memiliki kepribadian yang tinggi nan mulia. Mewujudkan pemuda yang berkarakter itu hanya ada di  slogan saja. Tapi hasilnya hanya ada dalam angan-angan belaka.

Negara bisa dikatakan gagal mendidik remaja berkarakter (siap bertanggung jawab pada pilihannya) dan melindungi mereka dari pergaulan bebas.

Remaja masa kini terbiasa berfikir praktis dan sempit, seharusnya mereka dibiasakan untuk berfikir  jangka panjang secara mendalam dan  cemerlang. Resiko dan tanggung jawab harus senantiasa ditancapkan pada mereka. Tak lupa ruh keimanan, pahala dan dosa itu harus menjadi sandaran mereka dalam beraktifitas.


Akar masalah

Apa penyebab dari semua fenomena ini? Jika dianalisa dengan benar, maka akan ditemukan beberapa factor penyebab, diantaranya:

Pertama. Remaja sekarang mengalami degradasi moral. Yang itu diawali dari lemahnya keimanan dan ketakwaan individu remaja masa kini. Mereka gagal menemukan jatidiri mereka yang hakiki. Orang tua memiliki peran utama untuk mewujudkan kepribadian islam yang tinggi pada anak-anak mereka. Di samping itu sekolah juga punya peran penting. Harusnya pembangunan pondasi keimanan yang kuat pada diri remaja ini juga diwujudkan pada kurikulum sekolah. Karena waktu mereka yang paling banyak adalah di sekolah. Kedua. Pengaruh media digital yang membawa pengaruh buruk untuk anak muda masa kini. Dengan kecanggihan teknologi saat ini, anak-anak akan dengan mudah mengakses segalanya lewat gadget yang mereka punya. Mulai dari informasi, berita, gambar, video dan lainnya.

Tanpa dibarengi pondasi yang kuat, dengan sifat mereka yang mudah penasaran maka membuat mereka cenderung dengan mudahnya mengakses pornografi dari media digital. Akibatnya pemikiran mereka terkotori dengan pornografi, yang berimbas menuntut  pemenuhan dengan melakukan pergaulan bebas.

Ketiga. Pengaruh lingkungan. Sekarang banyak bermunculan bioskop dan sejenis café  atau tempat–tempat dengan fasilitas wi-fi, yang banyak dimanfaatkan anak muda untuk mengakses internet dan berdua-duaan dengan pasangannya. Ditambah lagi sejak lokalisasi ditutup, banyak bermunculanlah warung dengan fasilitas karaoke “plus plus”(warung remang-remang).

hal inilah yang memicu pergaulan bebas saat ini meningkat dan sangat mengkhawatirkan. akan tetapi Negara tidak menganggap pergaulan bebas ini sebagai masalah yang krusial yang harus diselesaikan dan diberantas  secara serius.


Solusi untuk memberantas pergaulan bebas

Lantas, bagaimana cara memberantas kasus pergaulan bebas yang menjamur di masyarakat saat ini?Beberapa hal ini bisa dilakukan:

Pertama. Peran keluarga sangat dibutuhkan untuk  menjadikan orang tua sebagai pendidik pertama dan utama. Orang tua tidak cukup memberikan materi saja, tapi juga harus senantiasa mengawasi dan mengontrol anak-anaknya. Memberikan pondasi keimanan yang kuat pada anak. Dengan mendukung anak tidak hanya mencari ilmu dunia saja juga tapi juga akhirat. Bekali anak dengan ilmu agama yag banyak, motivasi anak untuk berteman dengan teman yang baik lagi sholih dan dukung anak agar sering ikut majelis ta’lim agar anak memiliki pondasi keimanan yang kuat.

Kedua. Perlunya kontrol masyarakat untuk saling mengingatkan kepada kebaikan. Jika ada tempat-tempat yang tidak baik, maka masyarakat harus melaporkan ke pihak yang berwenang agar menutupnya. Jika ada anggota masyarakat yang bukan suami istri tetapi melakukan pergaulan bebas, maka masyarakat harus mengingatkan, melaporkan ke pihak yang berwenang agar diberikan sanksi sehingga di kemudian hari tidak ada orang yang melakukan hal serupa.

Ketiga. Peran Negara. Factor pertama dan kedua tidak akan efektif tanpa didukung peran dari Negara. Karena Negara memiliki kekuasaan lebih untuk bisa melakukan apa saja yang tidak bisa dilakukan oleh individu dan masyarakat. Negara bisa menerapkan kebijakan yang baik untuk  bisa memberantas pergaulan bebas ini.

Sebagai contoh, jika Negara memutuskan untuk menutup warung remang-remang, café, bioskop dan lainnya maka dengan mudah tempat-tempat tersebut pasti akan bisa ditutup. Begitu juga dengan aplikasi-aplikasi di internet pun itu bisa dikendalikan oleh institusi Negara.sehingga anak-anak tidak dengan mudah mengakses pornografi dan lainnya yang berdampak buruk bagi mereka.

Semua itu tidak akan bisa terealisasi jika Negara masih menerapkan system kapitalis secular di negri tercinta ini. System yang berasaskan kemanfaatan, bukan halal haram. Agama berupaya disingkirkan dan tidak diberikan ruang untuk mengatur masalah kemasyarakatan dan kenegaraan. Padahal aturan siapakah yang lebih baik dari aturan sang pencipta?Aturan manusia itu nisbi(relative). Tergantung siapa yang membuat aturan dan pasti dikembalikan ke hawa nafsunya. Yang cenderung memihak kepada kepentingan si pembuat aturan. Jika menguntungkan mereka maka aturan itu dibuat,sebaliknya jika tidak menguntungkan atau bahkan merugikan mereka maka tidak akan dibuat aturan tersebut meskipun itu baik untuk masyarakat. Akhirnya dengan suap yang diberikan oleh para pemilik modal maka aturan akan bisa ditawar-tawar.

Oleh karenanya masihkah kita berharap anak-anak kita menjadi anak yang shalih- jauh dari kemaksiatan dan siap bertanggung jawab atas semua perbuatannya -dengan tetap mempertahankan system saat ini?Yakinlah, hanya dengan system buatan sang pencipta saja(system islam) maka segala permasalahan  akan bisa teratasi termasuk masalah pergaulan bebas. Jika memang system ini baik untuk seluruh manusia bahkan seluruh alam mengapa kita menolaknya? Bukankah ini untuk kebaikan generasi kita mendatang dan kebaikan seluruh alam?

Wallaahu a’lam bi asshowaab.




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak