Oleh : Nurul Izzah
Minggu, 4 Agustus 2019 wilayah Jakarta, sebagian Banten, Jawa Barat serta Jawa tengah diliputi kegelapan. Bahkan hingga senin kemarin beberapa tempat masih padam. Siapa sangka wilayah yang menjadi icon-nya indonesia kerapkali dihiasi gemerlapnya cahaya kini mendadak seperti layaknya kota mati? Mungkinkah ini sebagai balasan untuk pemerintahan yang diam-diam menaikan tarif listrik? Wallahu’alam.
Sesuai peraturan menteri ESDM Nomor 27 Tahun 2017 tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang terkait dengan penyaluran tentang tenaga listrik oleh PT PLN. Dalam aturan tersebut, PT PLN wajib memberikan pengurangan tagihan listrik kepada konsumen apabila realisasi tingkat mutu pelayanan tenaga listrik melebihi 10 % diatas ketetapan.
Dikutip dari Kumparan.com (5/08/2019), direktur pengadaan strategis 2 PLN, Djoko Rahardjo Albumanan, mengatakan belum bisa memastikan berapa besaran kompensasi yang diberikan kemasyarakat. Sebab perusahaan harus terlebih dahulu menghitung beberapa indikator dalam pemberian kompensasi. Peristiwa lumpuhnya aliran listrik tersebut, sesuai dengan penjelasan PT Perusahaan Listrik Negara terdapat gangguan pada sisi transmisi ungaran dan pemalang 500 kV. Hal ini mengakibatkan pembangkit listrik di sisi tengah dan barat Jawa mengalami gangguan. Kegelapan ini pun berlangsung 8 – 18 jam.
Tentu merupakan hal yang mengkhawatirkan sebab listrik telah menjadi kebutuhan khusus untuk setiap insan serta memberi efek pada banyak bidang. Akankah berefek sebagai senjata untuk menambah hutang luar negeri? Atau menjadi bumerang yang menghilangkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintahan?Ditambah lagi pemerintah yang lebih sibuk beretorika namun lamban dalam bertindak harusnya dapat membuka mata kita bahwa “Di Setiap Gelap Butuh Cahaya” seperti halnya seseorang di suatu tempat yang gelap ia akan berusaha lebih keras lagi untuk membuka mata dengan harapan melihat cahaya.
Gelapnya icon Indonesia mengarahkan kita, apakah ia berpangkal pada aturan yang disepakati para elit istana?. Sebab, pemerintahan-lah yang menjadi pengatur negeri ini dengan aturan yang disepakati oleh para elit. Dengan demikian dapat dikatakan ia merupakan dalang-nya, pemimpin yang bertanggungjawab atas rakyat yang dipimpin. Bukankah begitu?
Gelapnya icon indonesia mengatakan kepada kita bahwa bukan bendera ar-rayah al-liwa yang menggelapkan negeri kita, ia hanya sekedar bendera yang tak mampu menghancurkan pembangkit listrik namun kalimat yang tertitah diatasnya menjadi kunci surga. Bukan pula ormas islam, mereka hanya rakyat biasa yang tidak punya kuasa mengatur jalannya pemerintahan namun terus menembaki opini dengan cita-cita melanjutkan kehidupan islam. Bahkan bukan sistem islam, jelas karena ini terjadi di bawah pemerintahan kapitalisme-demokrasi serta islam adalah rahmat bukan penghancur.
Gelapnya icon indonesia meminta kita untuk mencari cahaya, tidak sekedar cahaya lampu namu cahaya yang mampu menerangi negeri ini dengan kesejahteraan ,kebahagiaan, ketentraman ,keamanan, kenyamanan dan yang terpenting keridhaan-Nya kepada kita. Untuk itu kita harus kembali pada apa yang telah di tetapkan oleh sang pencipta segalanya. Dia tahu yang terbaik untuk ciptaan-Nya karena itu Allah swt telah membuat seperangkat aturan untuk diterapkan dalam kehidupan yang dengannya damai-lah negeri ini, terjaga dari rongrongan para penggila harta dan pecandu kekuasaan serta budaknya dunia yang berdalih “NKRI Harga Mati”. Itulah sistem islam, yang telah membuktikan kejayaan-nya selama 13 abad dalam mengurusi rakyat, baik muslim maupun non muslim.
Sebagaimana dikatakan seorang sejarawan Will Durant dalam bukunya Story Of Civilization : “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti ini belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka.” Sistem islam menjamin per-individu rakyat agar benar-benar mendapatkan sandang, pangan dan papan termasuk di dalamnya penerangan secara murah bahkan gratis. Serta mewujudkan jaminan bagi rakyat dalam bidang pendidikan ,kesehatan,keamanan, pertanian, industri, infrastruktur dan sebagainya.