Oleh : Annisa Dinda Apriansyah ( kp.Cimenteng kab.Sukabumi )
Beberapa pekan yang lalu dunia entertain di ramaikan dengan masuk islamnya salah seorang public figur, Deddy Corbuzer. Berita tersebut begitu menyita banyak perhatian, terlepas dari alasannya menjadi muallaf, banyak umat Islam yang turut berbahagia dan mendoakannya. Pada tanggal 21 Juni 2019, DC yang mengaku sudah delapan bulan mempelajari Islam ini, berniat menyiarkan secara live pengucapan syahadat di acara televisi miliknya. Namun, karena terpentok peraturan KPI, akhirnya DC mengurungkan keinginannya (https://www.liputan6.com) tetapi hal tersebut tidak menghalangi niatnya untuk tetap bersyahadat.
Banyak prasangka bahwa DC berislam karna akan menikahi seorang muslimah. Tapi tak sedikit juga yang sudah menyangka, DC berislam karena ia sering berdiskusi dengan beberapa pemuka agama. DC menyangkal pernyataan pertama dan ia mengatakan bahwa berislam sebab hidayah yang datang padanya.
Rupanya tak cukup sampai di sana, ramai masyarakat ikut memperdebatkan siapa yang membimbing DC dalam berislam. Apakah DC akan memilih belajar islam dengan grup artis yang kerap dicap ‘radikal’ ataukah bersama kelompok muslim yang ‘moderat’? Yang lebih menghebohkan, ada yang bahkan mengaku akan berjihad jika seandainya DC bergabung mengkaji Islam bersama ‘orang-orang radikal’.
DC yang dikenal sangat kritis dan memiliki intelektual yang tinggi, memang beberapa kali pernah mengundang pemuka agama Islam untuk menjadi narasumber di program acara miliknya, salah satunya ustaz kondang Aa Gym dan berdiskusi soal penodaan agama, tak hanya itu banyak persoalan yang berkaitan dengan islam DC diskusikan. Terlebih ia juga mengatakan bahwa sering berdiskusi dengan sahabatnya yang juga beragama islam. Barang kali itulah awal mula ketertarikan ia untuk belajar Islam hingga akhirnya menjadi seorang muallaf.
Bagi seorang nonmuslim, syahadat merupakan gerbang awal secara resmi ia menyandang titel seorang muslim. Namun, tak cukup sampain di sana, saat bersyahadat sesungguhnya manusia sedang berikrar, bersumpah kepada Allah Sang Esa untuk senantiasa tunduk patuh, serta taat kepada-Nya. Berislam bukan hanya sekedar mengubah titelnya dari muslim menjadi nonmuslim, dari yang tadinya tidak solat menjadi solat,yang tadinya tidak berzakat menjadi berzakat. Tetapi, hakikat menjadi seorang muslim adalah saat ia mampu memahami jati dirinya sebagai seorang hamba-Nya sehingga mau mempraktikan seluruh ajaran Islam, menjadikannya jalan hidup, dan menjadi satu-satunya referensi dalam menjalani seluruh aspek kehidupan.
Islam adalah agama yang sempurna yang di dalamnya tidak hanya mengajarkan soal ibadah, tetapi islam juga mengajarkan semuanya. Mulai dari kehidupan pribadi, cara beriteraksi di masyarakat, cara bermuamalah, bahkan sampai cara mengurusi negara, semuanya lengkap dalam islam. Maka dari itu, seharusnya bagi seorang muallaf seperti DC harus mendapatkan bimbingan yang memadai dan juga berkelanjutan sehingga ia dan para muallaf lainnya mendapatkan pemahaman benar dan menyeluruh mengenai syariat islam. Yang menjadi persoalan yaitu, terkadang para muallaf ini harus belajar dari siapa? Oleh kelompok apa? dan harus menggunakan ‘islam yang mana’? seharusnya negara mampu memperhatikan serta menjamin segala kebutuhannya tersebut. Lebih dari itu, negara juga harus memberikan pembimbingan dan pendampingan penuh untuk para muallaf mengenal islam, mulai dari aqidah, syariat hingga dakwah, juga melindunginya dari pemahaman-pemahaman yang menyimpang dari syariat islam.
Kenyataannya, negara saat ini absen dan terkesan acuh dalam mewujudkan hal tersebut. Sehingga para muallaf banyak yang tidak terbimbing atau bahkan harus mencari pembimbingnya secara mandiri, ditengah cobaan yang dihadapi umat. Sehingga muallaf seperti DC dihadapkan pada pilihan, bersama dengan kelompok yang kerap dicap radikal atau cenderung dengan kelompok yang bahkan menjadikan syariat di bawah tradisi kuno yang dipahaminya. Apalagi kita sempat mengernyit saat tampil‘wajah islam’ yang baru, seperti islam nusantara dan muslim moderat yang sering dibenturkan dengan muslim yang kerap dicap radikal karena memperjuangkan syariat dan khilafah. Hal itu amat berbahaya, terlebih banyak ajaran-ajaran islam pada ‘wajah barunya’ yang dirasa memiliki banyak kejanggalan. hal tersebut jelas sangat berbahaya bagi umat Islam akan melahirkan perpecahan, fanatisme, bahkan permusuhan antarkaum muslim yang berakibat pada citra Islam sendiri dimata para muallaf tersebut.
Kita harus senantiasa membuka mata dan begitu dengan kondisi Islam saat. Menyadari begitu kuatnya penjajah mencengkra, sehingga disibukan dengan segala permasalah internal umat muslim, sehingga saling bermusuhan antarsatu sama lain. Maka dari itu, umat islam harus segera sadar dan bangkit, segera memahami bahwa Islam hanya ada satu dan menjadi kewajiban setiap muslim untuk belajar dan mempraktikan Islam secara kaffah, Islam yang menjadikan alquran dan sunah sebagai pedomannya, bukan ditambah hawa nafsu. Hal tersebutlah yang wajib kita pahamkan kepada seluruh umat islam terkhusus kepada para muallaf seperti DC.
Wallahu’alam.