Oleh : Lilik Yani
Seseorang dikatakan sudah mencapai tingkatan berserah diri (muslimun), jika mereka sudah menjalankan empat sifat dalam kehidupan ber-agamanya, yaitu taat, ikhlas, sabar dan berkorban. Keempat sifat itulah yang hendaknya ada pada setiap hamba Allah yang mengaku sebagai orang Islam.
Pengorbanan adalah bagian dari sifat yang harus ada pada jiwa seorang muslim. Belum disebut berserah diri kepada Allah jika belum memiliki sifat berkorban.
//Nabi Ibrahim Senang Berkorban Sejak Muda//
Nabi Ibrahim as adalah contoh seseorang yang suka berkorban. Sejak muda, beliau memang senang berkorban. Ketika berbagai suku bangsa di dunia, mengorbankan sosok manusia sebagai sesembahan kepada berhala atau dewa yang dianggap sebagai Tuhannya.
Maka Ibrahim muda memberikan contoh yang berbeda. Beliau berkorban dengan menyembelih hewan ternak berupa domba, sapi dan unta. Ketika berkorban beliau tidak hanya menyembelih satu atau dua ekor saja. Melainkan berpuluh-puluh ekor. Hasil sembelihan tidak dipersembahkan untuk berhala atau dewa-dewa, tetapi dibagikan kepada orang-orang miskin yang membutuhkannya.
Nabi Ibrahim membuat revolusi atau perubahan besar-besaran. Mengubah kebiasaan umat saat itu yang salah untuk diberikan teladan berkorban yang benar. Nabi Ibrahim mengubah konsep berkorban secara radikal.
Tuhan tidak butuh apa-apa dari makhluk-Nya. Jadi tidak perlu mengorbankan jiwa manusia untuk Tuhan. Justru Tuhan mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada sesama manusia.
"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan, supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)". (TQS Al Hajj : 34)
//Hanya Ketakwaan yang Sampai Kepada Allah//
Nabi Ibrahim memberi contoh berkorban dengan hewan ternak untuk masyarakat miskin. Sedangkan untuk Allah, cukup ketakwaannya. Karena daging dan darah kurban tidak akan sampai kepada Allah. Yang sampai kepada Allah hanyalah ketakwaan saja.
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai Allah. Tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kami. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (TQS Al Hajj : 37)
Kurban bukanlah terkait langsung dengan benda atau hewan yang dikorbankan, melainkan lebih kepada sikap hati yang tulus ikhlas dalam berkorban. Itulah yang disebut sebagai takwa.
Semangat berkorban tidak bisa dipisahkan dari ketaatan dan keikhlasan. Orang-orang yang tidak punya rasa keikhlasan dan ketaatan kepada Allah, tidak mungkin punya semangat berkorban. Yang ada adalah terpaksa berkorban.
Ketika Nabi Ibrahim berkorban dengan puluhan unta dan ratusan domba, kemudian dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkannya. Kemudian beliau berdoa bahwa pengorbanan ini semua dilakukan karena perintah Allah semata. Seandainya Allah menghendaki pengorbanan yang lebih besar lagi daripada ini, insyaAllah Nabi Ibrahim akan melakukannya dengan ikhlas. Semata-mata karena ingin memperoleh ridlo-Nya.
//Allah Menguji Keimanan Nabi Ibrahim//
Doa Ibrahim ketika muda itulah yang ingin dibuktikan Allah. Apakah benar, jika Allah menghendaki beliau mengorbankan miliknya yang lebih berharga, maka beliau akan memenuhinya.
Hingga setelah puluhan tahun berikutnya. Nabi Ibrahim diuji Allah untuk mengorbankan anak kesayangan yang sangat ditunggu-tunggu kehadirannya.
Sungguh, ujian yang sangat berat bagi Nabi Ibrahim. Hatinya berkecamuk, ada berbagai perasaan campur aduk dalam jiwanya. Di satu sisi, Nabi Ibrahim sedang berjuang membongkar kebiasaan jahiliyah yang suka mengorbankan manusia sebagai sesembahan kepada berhala.
Sisi lain, beliau sangat menyayangi anaknya yang sholeh dan sabar itu. Dan di sisi lain, beliau sangat yakin kalau itu perintah dari Allah yang harus ditaati.
Justru di sinilah bukti kemurnian hati Nabi Ibrahim dalam menjalankan ketaatan, keikhlasan, kesabaran, dan pengorbanannya kepada Allah. Karena cintanya kepada Allah melebihi apapun, maka Ibrahim mengajak bicara anak kesayangan (Ismail) yang akan dikorbankan.
Sungguh karena keimanan Ismail juga sangat besar, maka beliau memberikan jawaban yang luar biasa indahnya.
"...Wahai Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."
(TQS Ash Shaffat : 102)
Keimanan yang sama-sama kuat, maka dengan hati yang mantap mereka menjalankan perintah Allah. Tatkala keduanya sudah berserah diri, Nabi Ibrahim membaringkan putranya, dengan pisau tajam di tangannya, tiba-tiba Allah menggantikan dengan sembelihan yang besar.
Allahu Akbar. Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang tidak tega melihat hamba tercinta bersedih hati. Allah hanya menguji keimanan dan janji Nabi Ibrahim. Ternyata keimanan Nabi Ibrahim begitu tangguh, dan terbukti kalau Nabi Ibrahim mencintai Allah melebihi apapun di dunia ini.
Dengan ujian itu, Allah tahu kualitas beragama Nabi Ibrahim. Hingga Allah menjadikan beliau sebagai
imam atas seluruh umat manusia. Beliau dijadikan teladan dan peristiwa luar biasa itu, diabadikan hingga akhir zaman. Seluruh petilasan Nabi Ibrah diziarahi umat Islam daribaeluruh penjuru dunia..
Ketika mereka menjalankan ibadah Haji.
Saudaraku, jika Nabi Ibrahim mengorbankan apapun yang dimiliknya termasuk anak kesayangan yang sudah lama dirindukan kehadirannya. Bagaimana dengan kita? Apa bukti cinta kita kepada Allah? Sungguh, Allah tidak membutuhkan apapun dari hamba-Nya.
Walau semua orang sedunia menjalankan kurban atau tidak, maka kekuasaan Allah tetap kuat. Allah hanya ingin tahu, seberapa ketaatan kita? Seberapa keikhlasan, kesabaran dan pengorbanan kita?
Saudaraku, sudah ada tauladan agung dari Nabi Ibrahim. Kita hanya meneladani dan menjalankan syariat Nabi Ibrahim. Allah tidak menyuruh kita mengorbankan anak. Cukup dengan hewan sembelihan buat sekeluarga.
Saudaraku, semoga Allah melembutkan hati kita. Hingga tidak perlu ada kegalauan di hati sebagaimana yang dirasakan Nabi Ibrahim. Untuk sebuah perintah, yang ditunggu Allah hanya jawaban, "Kami dengar dan kami taat, Yaa Allah".
Saudaraku, semoga diringankan setiap langkah kita untuk menjalankan semua perintah Allah.
Hingga Allah menjadikan kita hamba yang muslimun, berserah diri secara total kepada Allah.
Wallahu a'lam bisshawab
Surabaya, 12 Agustus 2019
#BelajarBerqurbanNabiIbrahim
#ManaBuktiCintamuPadaAllah