Oleh : Puput Yulia Kartika, S.Tr.Rad
(Koordinator Smart Muslimah Community)
Jakarta merupakan ibukota negara Republik Indonesia. Sebagai ibukota, Jakarta kerapkali menjadi sorotan dari berbagai penjuru di daerah lain di Indonesia. Tak terkecuali bagi mereka para pendatang.
Mereka para pendatang yang umumnya berasal dari luar Jakarta, berbondong-bondong melakukan urbanisasi ke ibukota. Sebab mereka merasa dengan berpindah ke ibukota maka mereka bisa meraih pundi-pundi rupiah dengan lebih besar, karena terdapat pembangunan infrastruktur yang dijalankan. Dan perputaran roda ekonomi sekitar 70 persen terdapat di ibukota.
Sayangnya, tak sedikit ia yang melakukan urbanisasi dijakarta tidak dibarengi dengan skill untuk bekerja. Akibatnya para pendatang tak luput menjadi kambing hitam bagi pertumbuhan di ibukota.
Bagi mereka yang terdampar dari pasar kerja, mau tidak mau bekerja disektor informal, seperti pembangunan rumah tangga, pengamen jalanan, pemulung hingga tukang ojek. Karena penghasilannya rendah dan terpaksa tinggal di kampung-kampung kumuh atau permukiman liar. (m.cnnindonesia.com, 22/08/2019)
Cerita dari Jakarta
Iya beginilah fenomena yang dirasakan ibukota negara, ternyata mencari pekerjaan dan membuat kehidupan yang lebih layak di Jakarta pada kenyataannya tak semudah seperti dalam membalik telapak tangan. Pasalnya, mereka yang tinggal di ibukota pun kesulitan dalam hal mencari kerja. Belum lagi ditambah dengan para pendatang, yang justru menambah beban bagi ibukota sendiri.
Kesejahteraan yang tidak merata dan kemiskinan yang terus menerus melanda, menjadi penyebab utama para pendatang melakukan urbanisasi. Hal ini tidak lain buah dari diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme-liberalisme di negeri ini, dimana pada sistem ini hanya menyejahterakan bagi segelintir orang, dan meniscayakan terjadi kesenjangan dalam ekonomi. Sehingga wajar bila kemiskinan merajalela dan rakyat mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Memang kapitalisme-liberalisme hanya 'menguntungkan' bagi mereka para pemilik modal saja.
Islam Menyejahterakan Manusia
Berbeda ketika sistem pemerintahan Islam diterapkan, dimana pada sistem ini menyejahterakan bagi setiap masyarakat. Sistem pemerintahan islam mempunyai sumber kekayaan yang cukup untuk membiayai penyelenggaraan negara, termasuk juga memastikan terpenuhi seluruh kebutuhan kebutuhan rakyatnya, baik kebutuhan pribadi maupun kelompok, seperti sandang, papan, pangan kesehatan, pendidikan dan keamanan. Pemenuhan setiap kebutuhan masyarakat didapatkan dari diterapkannya sistem ekonomi Islam yang mengatur secara rincian dan tuntas mengenai masalah kepemilikan (milkiyyah), pengelolaan kepemilikan (tashaarruf), termasuk dalam distribusi barang dan jasa di tengah-tengah masyarakat (tauzi'). Bahkan Khalifah sebagai kepala negara dalam sistem Islam, memastikan secara langsung bahwa setiap rakyat terpenuhi kebutuhannya.
Masih masyhur dalam telinga kita, kisah sahabat Umar bin Khattab ra. ketika kala itu menjabat sebagai seorang Khalifah. Pada suatu ketika dimalam hari, Khalifah Umar bin Khattab berkeliling untuk memastikan bahwa rakyatnya terpenuhi kebutuhannya.
Namun, suatu ketika Umar terhenti di dekat sebuah tenda lusuh. Suara tangis seorang gadis kecil mengusik perhatiannya. Khalifah Umar lantas mendekati tenda itu dan memastikan apakah penghuninya butuh bantuan.
Ternyata saat mengetahui bahwa tenda tersebut milik seorang janda dengan seorang anak, dan didalam anak tersebut menangis karena kelaparan dan ibunya seolah-olah sedang memasak untuknya, padahal yang dimasak ibunya hanyalah sebuah batu. Sontak melihat hal tersebut, Umar langsung menitikkan air mata dan segera bangkit dari tempat duduknya. Dan segeralah dia pergi cepat-cepat kembali ke Madinah. Sesampai di Madinah, Khalifah langsung pergi ke Baitul Mal dan mengambil sekarung gandum, lalu memikulnya sendiri kepada tenda milik janda tersebut.
Begitupun yang dilakukan oleh cucu dari Umar bin Khattab ra. yakni Umar bin Abdul Aziz. Meski menjabat sebagai seorang khalifah hanya dua tahun lamanya, namun ia mampu menyejahterakan setiap rakyatnya. Bahkan sampai-sampai ketika pembagian zakat dilakukan, Khalifah bingung akan diberikan kepada siapa, sebab semua rakyatnya telah sejahtera dan terpenuhi setiap kebutuhannya.
Iya, dari kisah ini menjadi pelajaran bagi kita bahwasanya sistem islam dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyyah menjamin setiap kebutuhan rakyatnya terpenuhi tanpa terkecuali. Ketika kebutuhan setiap rakyat terpenuhi, maka besar kemungkinan gelombang urbanisasi atau perpindahan masyarakat ke ibukota mungkin tidak akan terjadi, begitu pun tidak perlu ada lagi perkampungan kumuh terjadi sebab semua telah teratasi dan terpenuhi kebutuhannya.
Dan terpenuhi setiap kebutuhan masyarakat ini hanya bisa dirasakan ketika penerapan sistem pemerintahan Islam secara sempurna dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyyah, bukan yang lain.
Wallahu'alam bii ashshawab {}