By: Messy
Kata hijrah, tentu tak asing lagi terdengar di telinga kita. Secara bahasa hijrah berarti berpindah. Sedangkan menurut istilah hijrah berarti berpindah dari Darul Kufur (negara kufur) ke Darul Islam (negara Islam).
Terlepas dari itu, fenomena hijrah kian marak di tengah masyarakat. Masyarakat kian berlomba-lomba memperbaiki diri. Dari kalangan artis hingga kalangan masyarakat biasa. Dari kalangan penjabat hingga pegawai biasa.
Lantas, apakah hijrah hanya sekedar penampakan fisik semata? Seperti celana cingkrang dan janggut untuk lelaki. Atau seperti jubah lebar dan cadar untuk wanita. Apakah hijrah hanya sebatas itu saja?
Ibnu Jarir mengatakan bahwa hijrah terbagi atas 2 yaitu: hijrah batin adalah meninggalkan hawa nafsu yang mengajak kepada keburukan. Dan hijrah lahir adalah berupa perbuatan fisik seperti hijrah menggunakan jilbab syar'i, dll.
Oleh karena itu, hijrah tak hanya apa yang tampak secara fisik. Namun, makna hijrah lebih luas dari itu. Hijrah yang hakiki adalah berpindahnya penghambaaan dari manusia menuju penghambaaan kepada Allah semata.
Dan tahun hijriah adalah momentum yang tepat untuk melakukan hijrah. Sebagimana Rasulullah telah melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah. Hijrah dari sistem kufur ke sistem Islam.
Begitulah kita seharusnya hijrah dari sistem kufur ke sistem Islam. Menjadikan sistem Islam sebagai satu-satunya sistem yang mengatur seluruh manusia dalam kehidupan. Bukan sistem buatan manusia yang bobrok.
Politik, ekonomi, pemerintahan, pendidikan, kesehatan dan berbagai aspek. Menjadikan akidah Islam sebagai dasar pijakan. Dan hukum syara' (Allah) sebagai tolak ukur dalam berbuat. Bukan yang lain.
Bukittinggi, 1 September 2019
#MomentumHijrahSyariahKaffah
#HijrahMenujuIslamKaffah
#WeWantKhilafah
#KhilafahWillBeBack
#Muharram1441HBukittinggi
#HijrahSelamatkanIndonesia
#TinggalkanLiberalismeLawanKomunisme
#WeAreTheWorldKhilafah