Takutlah terhadap Pengadilan Akhirat


Oleh: Fatmawati
Pensiunan guru dan pegiat dakwah


Saat ini jutaan rakyat negeri ini telah menerima dan sebagiannya lagi “dipaksa” menerima putusan yang telah disampaikan Mahkamah Konstitusi (MK). Keputusan yang telah mengakhiri  mega kasus sengketa Pilpres yang dituding diwarnai oleh banyak kecurangan secara terstruktur, sistematis dan massif.

Ada banyak kasus dalam dunia peradilan di negeri ini dimana sering mempertontonkan drama ketidakadilan. Mereka yang sering mengkritik rezim misalnya, begitu mudah dan cepat diadili, dijadikan tersangka bahkan terdakwa. Lalu masuk penjara.

Sebaliknya mereka yang pro rezim, meski nyata-nyata melanggar hukum, sebagian dibiarkan begitu saja. Bebas. Lepas dari segala tuntutan.

Inilah pengadilan di dunia. Sebuah pengadilan yang bertumpu pada hukum-hukum sekuler buatan manusia serta ditopang oleh para aparat dan penegak hukum yang kebanyakan jauh dari nilai-nilai agama (Islam).

Terkait dengan keadilan dalam pandangan Islam, sebuah hadis menjelaskan bahwa pernah seorang wanita ternama dari suku Makhzumi mencuri pada zaman Rasulullah saw. Keluarganya mencoba untuk mendapatkan keringanan hukuman dari Rasul saw. Mereka memohon agar beliau tidak menerapkan hukuman potong tangan atas dirinya. Mendengar dan melihat sikap mereka itu Beliau Saw marah dan bersabda:

"Sungguh orang-orang sebelum kalian hancur karena saat ada orang terpandang mencuri, mereka biarkan, tapi saat orang lemah (rakyat jelata) mencuri, mereka menerapkan hukuman atas dirinya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, bahkan andai Fatimah anak Muhammad mencuri, pasti akan aku potong tangannya." Rasulullah lalu memerintahkan agar wanita itu dipotong tangannya. (HR al-Bukhari dan Muslim)

Secara tersurat sabda Baginda Rasulullah Saw di atas menegaskan, bahwa saat hukum diberlakukan secara tidak adil hanya berpihak kepada yang kuat dan cenderung menzalimi yang lemah maka kehancuran masyarakat pasti akan terjadi. Kenyataannya saat ini apa yang disinggung Rasulullah Saw di atas benar-benar terjadi.

Itulah hakikat pengadilan di dunia ketika tidak dilaksanakan mengikuti arahan hukum-Nya. Sebuah pengadilan semu, bahkan palsu. Pengadilan yang menjadi alat untuk sekedar menghukum rakyat kecil, namun demikian tumpul jika berhadapan dengan kalangan atas.

Namun yakinlah siapa pun tak akan pernah melepaskan diri dari hukuman pengadilan akhirat. Allah SWT berfirman:

”Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa dia usahakan. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sungguh Allah amat cepat hisab-Nya.” (TQS Ghafir (40): 16-17)

Karena itu pula, marilah kita bersegera mengerjakan amal shalih dan ketaatan kepada Allah SWT. Berusaha melaksanakan dan menegakkan hukum-hukum-Nya di muka bumi. Itulah  amalan orang-orang cerdik yang menyakini adanya kehidupan sesudah umur di dunia ini berakhir.

Maka sudah selayaknya kita segera bertobat sebelum terlambat, sementara ajal kian mendekat. Marilah begera meninggalkan maksiat dan selalu berlaku adil agar tak menyesal di akhirat kelak.

Wallahu a'lam bi ash-shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak