Oleh: Nur Arofah
Keluarga Remaja Islam Majelis Al Ikhlas (KARISMA) Madrasah Aliyah Negeri 1 Sukabumi, tiba-tiba menyedot perhatian publik. Setelah dalam salah satu kegiatan ekstrakurikuler ROHIS, para siswa siswinya mengibarkan Al Liwa dan Ar Rayah, yang kegiatan itu sama dengan kegiatan ekstrakurikuler lain, seperti pramuka, Osis, paskibraka, olahraga.
"Tujuan mereka (bawa dan kibarkan bendera bertuliskan kalimat tauhid), hanya untuk menarik siswa siswi baru agar mau bergabung dengan kegiatan ROHIS. Jadi tidak ada kaitannya dengan paham atau apa. Siswa yang bersangkutan juga sudah membuat pernyataan dan dimintai keterangan oleh kepolisian," ujar Indra, guru kelas XII MAN (detik.com, ahad 21/7/2019).
Di kala para siswa siswi bangkit pemikirannya dengan mengadakan kegiatan yang keIslaman, untuk menjauhkan generasi dari perbuatan menyimpang dengan merangkul serta mengajak kepada kebaikan agar generasi muda kedepan paham dengan ajaran agama yang dianutnya, di sisi lain banyak stigma negatif yang dihembuskan untuk memunculkan bahwa Islam itu radikal yang terindikasi teroris dan banyak lagi opini Islamopobhia.
Foto pengibaran bendera tauhid siswa siswi MAN 1 Sukabumi, mengundang reaksi cuitan Kemenag ketika diminta oleh anggota DPR komisi VIII Ace Hasan Syadzilly agar mengklarifikasi dan mencari tahu kebenarannya, "Seharusnya madrasah apalagi yang dikelola Kemenag RI harus mengedepankan semangat NKRI daripada penggunaan bendera yang identik dengan organisasi terlarang", kata Ace melalui twitternya@Acehasan76, Sabtu 20 Juli 2019 pukul 21.45
Akhirnya pada esoknya Kemenag meresponya kembali lewat cuitannya, " Sejak semalam sudah ada tim khusus dari pusat yang ke lokasi untuk investigasi. Saat ini proses sedang berlangsung. Kami serius menangani ini," lewat twitter pukul 11.26 (detiknews, Ahad, 21/7/ 2019).
Miris, rezim ini malah ketakutan dan melakukan investigasi, bukan mendukung hal-hal baik yang dapat menyelamatkan generasi bangsa dari kerusakan; tawuran, narkoba, serta pergaulan bebas dikalangan remaja juga penyimpangan seks.
Padahal yang dilakukan para siswa siswi ini adalah menunjukkan rasa bangganya, dengan simbol Islam yang menjadi keyakinannya. Mereka yakin dan percaya diri dengan apa yang dibawa dan dikibarkannya.
"Bangga pada agama itu pahala, apalagi hadits yang sampai pada kita, yang diriwayatkan Ibnu Abbas r.a, bahwa Rasulullah SAW punya bendera hitam dan putih bertuliskan syahadatain,"
"Itulah kalimat sebaik-baik zikir, yang dengan prinsip itu kita hidup, kita mati, dan bangkit dengannya. Saat ini kita di bawahnya, di yaumil qiyamah mudah mudahan juga," ( Ust.Felix Siauw )
Karena, fitrahnya manusia identik dengan simbol, yang mana dalam berkomunikasi dan berekspresi dengan simbol, jadi manusia tidak bisa terpisah dari simbol.
Sehingga ketika manusia itu memeluk Islam, maka dengan simbol Islamlah dia berkomunikasi dan berekspresi agar pesan dan dakwah Islam Rahmattan Lil A'lamiin tersampaikan secara luas , dan hanya kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW berhukum tiada lain.
Yang lebih heran negeri yang katanya mayoritas muslim bahkan yang mengibarkan bendera tauhid adalah muslim.
Tetapi menteri yang juga muslim menginvestigasi simbol Islam, yang dengan kalimat tauhid itu hidup dan matinya seorang muslim.
Apa rujukan Kemenag hingga melakukan investigasi? Takut terafiliasi dengan penegakan khilafah? Kegiatan itu dianggap serius.
Khilafah itu ajaran Islam, apakah lupa atau sengaja melupakan carut marutnya negeri ini akibat korupsi, juga kerusakan generasi muda.
Rezim ini hanya peduli pada siapa yang menjadi pendukungnya ketika mencalonkan dan yang berkoalisi dalam pemilihannya sebagai penguasa.
Inilah akibat buah dari sistem kufur yang diterapkan, terbalik-balik yang teroris, koruptor, pedofili dibiarkan bebas, yang membawa kebaikan dihakimi.
Hanya dengan Islam kaffah dalam naungan khilafah ala minhajjinubuwwah Islam bisa sebagai Rahmattan Lil A'lamiin
Wallahu A'lam bishowab
Jagakarsa, 27 Juli 2019
Tags
Opini