Oleh: Iva Oktaviyani, S.E.*
Banyak para ekonom, baik itu ekonom konvensional maupun Islam, mengatakan bahwa salah satu permasalahan ekonomi yang harus atau wajib dipecahkan adalah persoalan inflasi. Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Pada akhirnya berbagai cara pun dilakukan pemerintah dalam upaya menjaga stabilitas harga dan menekan inflasi.
Upaya pengendalian inflasi tersebut tentunya membutuhkan keterlibatan seluruh elemen. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Bank Indonesia Cirebon bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Cirebon. Dalam upaya pengendalian inflasi itu, BI dan TPID Kota Cirebon selalu bergerak di setiap momentum. Seperti Ramadan, momentum pendidikan hingga akhir tahun.
Kepala BI Cirebon Abdul Madjid Ikram mengatakan bahwa setiap hari petugas BI dan TPID berkoordinasi untuk mempelajari karakteristik pedagang. Sebab, para pedagang selalu beralasan kenaikan harga akibat kelangkaan pasokan. Padahal, kata dia barang yang sebagian besar merupakan kebutuhan pokok masyarakat Cirebon itu tersedia. BI dan TPID Kota Cirebon juga tidak segan menggelar operasi pasar dengan harapan bahwa upaya tersebut akan memotivasi para pedagang dan pelaku usaha lainnya untuk tidak sembarangan menaikkan harga dalam setiap momentum. (m.liputan6.com/14/07/2019)
Inflasi dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit uang terhadap suatu komoditas. Secara umum penyebab terjadinya inflasi adalah: natural inflation, seperti naiknya daya beli masyarakat secara riil, ekxpor meningkat sedangkan impor menurun, maupun turunnya tingkat produksi. Inflasi juga disebabkan oleh oleh human error seperti korupsi, penipuan harga, penimbunan barang, dan lainnya.
Fenomena moneter ini berakibat buruk pada perekonomian karena menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, distorsi harga, merusak output, meruntuhkan efiensi dan investasi produktif dan menimbulkan ketidak-adilan serta ketegangan sosial.
Masalah-masalah moneter itu justru terjadi setelah dunia melepaskan diri dari standar emas dan perak serta berpindah ke sistem uang kertas (fiat money), yaitu mata uang yang berlaku semata karena dekrit pemerintah, yang tidak ditopang oleh logam mulia seperti emas dan perak.
Padahal dalam sistem emas dan perak, negara tidak mungkin mencetak uang lagi, selama uang yang beredar dapat ditukar dengan emas dan perak pada tingkat harga tertentu. Karena negara khawatir tidak akan mampu melayani penukaran tersebut.
Secara teori, inflasi tidak dapat dihapus dan dihentikan, namun laju inflasi dapat ditekan sedemikian rupa. Islam menawarkan solusi untuk mengatasi inflasi di antaranya reformasi terhadap sistem ekonomi, menghubungkan antara kuantitas peredaran uang dengan kuantitas produksi, mengarahkan belanja dan melarang sikap berlebihan, mencegah menimbun barang komoditas dan meningkatkan produksi.
Sayangnya sebuah sistem tak bisa diterapkan hanya dari sisi ekonominya saja karena ekonomi pun juga berkaitan dengan pergaulan, hukum, kesehatan maupun pemerintahan. Maka jika ingin menerapkan sistem ekonomi Islam, sistem lain pun juga harus diterapkan secara menyeluruh dalam semua lini kehidupan. Wallahu 'alam
*(Pemerhati Sosial Dan Generasi)