Oleh Tri Maya (Anggota Revowriter)
Derasnya arus polarisasi yang terjadi pra dan pasca pemilu 2019 membuat suasana perpolitikan di Indonesia kian memanas. Banyaknya nyawa yang harus menjadi tumbal politik, belum lagi ditambah terkuaknya angka kecurangan, menjadi bumbu pahit pemilu itu sendiri. Umat gerah dan panas atas hasil suara pemilu. Umat menuntut keadilan. Umat bersuara lantang untuk perubahan. Negara pun seolah terpecah menjadi dua kubu.
Untuk mendinginkannya, eks Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menyarankan rekonsiliasi yang saling menguntungkan atau win-win solution. Bentuknya, kata dia, berbagi kekuasaan antara kubu yang menang dengan kubu yang kalah dalam Pilpres 2019. Senada, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan tak menutup kemungkinan bahwa sejumlah partai oposisi akan bergabung dengan koalisi Jokowi dengan berkaca pada Pilpres 2014. Saat itu, Partai Golkar, PAN, dan PPP yang semula oposisi berbalik mendukung Jokowi-JK.
Wapres JK menyebut tak ada kawan dan lawan abadi dalam politik. (CNN Indonesia/Priska Sari Pratiwi). “Jadi politik itu dinamis sekali, karena itulah dalam politik tidak ada kawan dan lawan abadi. Hari ini berlawanan, tapi ujungnya juga bersamaan. Itu biasa saja dalam politik,”ucap JK, Jakarta, selasa (25/6). Berbagai pihak menilai rekonsiliasi ini akan membawa suasana politik Indonesia menjadi lebih adem.
MRT Saksi Rekonsiliasi
Sabtu, 13 juli 2019 Jokowi bertemu Prabowo di Stasiun MRT. Keduanya saling bersalaman, berpelukan, dan berbincang dengan akrab. Prabowo pun mengucapkan selamat dan juga selamat bekerja kepada Jokowi. Prabowo pun mengungkapkan bahwa pertemuan di MRT ini merupakan gagasan Jokowi. "Hari ini sebagaimana kita sudah saksikan, saya dan Pak Jokowi bertemu di atas MRT. Ini juga gagasan beliau.Beliau tahu saya belum tahu naik MRT," ucap Prabowo.
"Saya terima kasih pak luar biasa. Kita bangga Indonesia punya MRT yang bisa bantu. Walaupun pertemuan ini seolah-olah tidak formal, tapi saya kira punya dimensi dan arti yang sangat penting." Yups MRT menjadi saksi sekaligus tonggak awal sebuah rekonsiliasi politik 2 kubu.
Apakah Rekonsiliasi Membawa Perubahan Politik Umat?
Sesungguhnya didalam Islam sendiri istilah rekonsiliasi atau yang oleh para fukaha dikenal sebagai as shulh (perdamaian) adalah sebuah istilah yang digunakan ketika terjadi perdamaian 2 pihak yang berseteru. Baik itu individu-individu, individu-kelompok, ataupun individu-negara. Didalam TQS An Nisa ayat 114 dinyatakan “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh bersedekah, berbuat ma’ruf atau mengadakan perdamaian antara manusia. Nabi juga menyatakan sebagaimana yang dituturkan Abu Darda, “Maukah kalian aku beritahu tentang derajat yang lebih baik ketimbang derajat puasa dan shalat pada malam hari?”. Mereka menjawab, “tentu wahai Rasulullah”. Beliau bersabda “Memperbaiki kondisi diantara dua pihak”.(HR Ibn Hibban)
Meskipun demikian dalil yang ada di dalam Islam. Perlulah ditelaah spectrum rekonsiliasi yang terjadi saat ini. Dilihat dari pihak yang melakukan rekonsiliasi dan tujuan utama rekonsiliasi. Ketika kita melihat dua hal tersebut, maka akan kita dapati bahwasanya pihak yang melakukan rekonsiliasi adalah pihak –pihak yang berpijak kepada kompromistis dan opotunistis. Serta tujuan utama rekonsiliasi ini adalah untuk melanggengkan serta melancarkan pelaksanaan demokrasi. Dimana demokrasi itu sendiri nyata bertentangan dengan Islam. Sehingga dari sini tidaklah tepat jika dikatakan rekonsiliasi saat ini sama seperti rekonsiliasi yang terjadi antara Ali Bin Abi Thalib dan Zubair Bin Awam dalam Perang Jamal.
Kesimpulannya, rekonsiliasi yang terjadi sesungguhnya tetaplah tidak akan mampu membawa arah perubahan politik umat menjadi lebih baik. Karena semua itu hanyalah upaya untuk tetap menjadikan demokrasi berkuasa. Seharusnya umat melihat betapa gagal dan rusaknya demokrasi dalam memimpin. Cukuplah ini menjadi pelajaran. Sehingga harus ada perubahan politik hakiki yang dilakukan umat, yaitu dengan mengusung sebuah system pemerintahan yang diridhoi Allah Swt.
Wallahu a’lam bish shawab