Oleh: Nadhifah Zahra
Sungguh miris nasib umat Islam di negeri mayoritas muslim ini. Belumlah kering luka yang menganga akibat kecurangan hasil pilpres, bahkan nyawa yang harus melayang. Kini, umat Islam harus menelan pil pahit, karena tokoh yang digadang-gadang akan berdiri tegar membela umat, ternyata bergandengtangan dengan pelaku kecurangan.
Sebagaimana dilansir REPUBLIKA.co.id pada Sabtu (13/7) Jokowi menyatakan "Saya kira ketika melihat para pemimpinnya sudah bergandengan meskinya pendukung sudah selesai dan bergandengan semua. Tidak ada lagi yang namanya cebong-kampret. Yang ada adalah Garuda.Garuda Pancasila".
Sementara itu pendiri kantor hukum Hariz Azhar tidak melihat rekonsiliasi konkret dalam pertemuan dua kontestan pemilihan presiden tersebut. Dia menilai kedua belah pihak hanya mencari posisi sama-sama untung. Kubu Jokowi menggunakan rekonsiliasi untuk menundukkan kubu Prabowo agar tidak berulah. Kubu Prabowo menggunakan rekonsiliasi untuk mencari keuntungan bagi pihaknya. Ujung dari negoisasi ini hanyalah bagi-bagi kekuasaan, proyek, jabatan dan sumber daya alam. (tempo.co)
Demokrasi bukan jalan perubahan Islam
Demokrasi memang memberi jalan lapang bagi siapa saja untuk meraih cita-cita politiknya. Namun, itu hanya berlaku jika cita-cita itu sejalan dengan nilai-nilai Barat. Ketika cita-cita itu bertentangan dengan kepentingan Barat, misalnya cita-cita tegaknya Islam kaffah, maka demokrasi tidak akan memberikan kesempatan untuk Islam benar-benar tegak. Barat sebagai kampiumnya demokrasi, ketika berhadapan dengan Islam berubah menjadi sangat brutal dan tidak segan bersikap tidak demokratis untuk menghentikan Islam.
Sebut saja Hamas di Palestina dan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang memenangi pemilu. Kemenangan telah mereka raih yang menghantarkan Mohammad Mursi sebagai presiden Mesir, tetapi harus dikudeta militer atas dukungan Barat. Dimana negara Barat saat itu hanya diam meskipun kudeta itu bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi.
Begitu pula yang terjadi di negeri ini, saat suara umat berada pada salah satu Capres dan Cawapres harus mengalami kegagalan meski diduga ada kecurangan-kecurangan. Namun Barat hanya diam dan bahkan mengukuhkan dukungannya pada Capres dan Cawapres terpilih meski terduga diwarnai banyak kecurangan.
Arah perjuangan umat Islam
Penting bagi umat Islam untuk kembali mengkaji metode dakwah Rasulullah SAW dalam mengubah dunia dimulai di Makkah dan berubah setelah hijrah ke Madinah. Rasulullah SAW memulai aktivitasnya dengan membina dan Mengkader sahhabat di Makkah selama 13 tahun. Hal itu dilakukan untuk menanamkan pemikiran Islam pada para sahabat. Kemudian setelah hijrah ke Madinah setelah terwujud sistem Islam dakwah berkembang luar biasa, sehingga orang-orang masuk Islam secara berbondong-bondong.
Maka umat Islam harus mengarahkan politiknya pada politik Islam. Umat Islam harus memberikan dukungannya kepada partai politik Islam yang bersungguh-sungguh malaksanakan fungsi pembinaan dan pengkaderan, dalam rangka menanamkan pemikiran Islam sehingga terwujudlah kesadaran politik Islam di tengah-tengah umat yang akan mendorong umat Islam mewujudkan kembali sistem Islam yakni sistem Khilafah Islamiyyah Ala minhajin nubuwah.