Oleh: Yuli Ummu Raihan
(Member Akademi Menulis Kreatif)
"Lebih baik tidak berjilbab, dari pada berjilbab tapi masih gosipin orang, berjilbab tapi ibadah masih kurang, mending jilbabin hati dulu"
Beginilah ungkapan yang sering kita dengar dari orang-orang yang sekuler yang seolah islami.
Sekuler adalah orang yang mengakui adanya Allah sebagai pencipta alam semesta, manusia dan hidup, tapi tidak sebagai sang mudabbir atau pengatur. Sehingga mereka hidup tidak dengan aturan Allah melainkan aturan buatan mereka sendiri. Dengan kata lain memisahkan agama dengan kehidupan, mengambil agama secara parsial tidak secara kaffah.
Diantara propaganda kaum liberal terhadap Islam yaitu:
Pertama, Propaganda Sholat.
Sholat rajin tapi riya' tidak ikhlas, buat apa? Lebih baik bersihin hati dulu, nanti jika sudah ikhkas tidak lagi riya' baru shalat agar diterima amalan sholat nya sama Allah SWT.
Kalimat semacam ini seolah jadi pembenarahan untuk meninggalkan ibadah sholat yang hukumnya wajib dengan dalih bersihin hati dulu.
Bukankah syarat wajibnya sholat bukanlah ikhlas? Sholat itu kewajiban setiap muslim, ikhlas ataupun tidak, sempurna atau masih banyak kekurangannya. Sholat adalah tiang agama, bagaimana agama akan berdiri kokoh, jika tiangnya tidak ada. Maka sholatlah meski hati kita belum ikhlas, atau cara sholat kita belum sempurna, terus belajar dan belajar agar semakin ikhlas dan sesuai tata cara Islam.
Dan Shalat adalah benteng dari segala perbuatan keji dan mungkar termasuk riya’, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-‘Ankabuut ayat 45.
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat ALLAH (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan ALLAH mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Justru shalat adalah obat hati yang bisa menyembuhkan dan menghilangkan penyakit hati seperti riya’ dan ‘ujub.
Bagaimana penyakit hati bisa sembuh tanpa mendirikan Shalat?!
Dan sholat ini lah pembeda orang beriman dan munafik.
Kedua, Tentang jilbab,
“Lebih baik tidak pakai jilbab, tapi hatinya baik, daripada pakai Jilbab tapi hatinya busuk." Dan kalimat rancu ini, "Lebih baik jilbabkan (jaga) hati dulu supaya baik. Baru menjilbab (jaga) fisik kemudian.Kalimat ini bertujuan untuk membenarkan pelepasan Jilbab dengan “dalih” yang penting hatinya baik. Jilbab adalah kewajiban bagi setiap muslimah yang sudah baligh baik si pemakai berhati baik maupun buruk, maka Jilbab tetap wajib dikenakan oleh para Wanita Muslimah sesuai dengan ketentuan Syariat, sebagaimana firman Allah SWT :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Ahzab : 59).
Justru Jilbab juga termasuk obat hati yang akan ikut merangsang penyembuhan penyakit hati, sekaligus identitas muslimah yang jadi benteng dari segala gangguan.
Karenanya, lebih baik memakai jilbab dan berhati baik, daripada berhati baik tanpa jilbab, apalagi berhati busuk tanpa jilbab.
Atau yang lebih busuk mencurigai para muslimah yang berhijab syar'i dengan tuduhan sebagai radikal, tidak menjaga kearifan lokal, kearab-araban bahkan teroris. Sehingga banyak sebagian muslimah yang awalnya berniat berhijab menjadi ragu dan termakan propaganda busuk ini.
Ketiga, Tentang Pemimpin. Lebih baik pemimpin kafir asal jujur, adil, baik, cerdas dan pekerja keras, daripada pemimpin Islam yang khianat, jahat, bejat, bodoh dan pemalas.
Kalimat ini bertujuan untuk membolehkan orang Kafir memimpin umat Islam di wilayah mayoritas muslim. Dan meniadakan pemimpin muslim.
Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta Al-Ijma’ bahwasanya Orang Kafir haram memimpin umat Islam di negeri Islam atau di wilayah mayoritas muslim.
Kepemimpinan dalam pandangan Al-Qur’an bukan sekadar kontrak sosial antara sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah SWT, sebagaimana termaktub dalam firmanNya :
وَ إِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيْمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِيْن
“Dan (ingatlah) tatkala telah diuji Ibrahim oleh TuhanNya dengan beberapa kalimat, maka telah dipenuhinya semuanya. Diapun berfirman : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan engkau Imam bagi manusia. Dia berkata : Dan juga dari antara anak-cucuku. Berfirman Dia : Tidaklah akan mencapai perjanjianKu itu kepada orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Baqoroh : 2).
Karenanya, lebih baik Pemimpin Muslim yang jujur, adil, baik, cerdas dan pekerja keras, daripada Pemimpin Kafir yang jujur, adil, baik, cerdas dan pekerja keras, apalagi Pemimpin Kafir yang khianat, jahat, bejat, bodoh dan pemalas.
Islam telah mensyariatkan syarat-syarat seorang pemimpin dan yang paling utama adalah ia harus seorang Muslim, merdeka, adil, baligh, dan mempunyai kemampuan.
Saat ini berapa banyak pemimpin yang hanya jadi boneka atau wayang, yang hanya menjalankan perintah sang tuangnya yaitu pemilik modal.
Pemimpin tapi tidak punya kuasa, bisa disetir asing, hanya simbol semata.
Keempat, Tentang politik. Islam itu suci dan ulama itu mulia, sedang politik itu kotor. Karenanya, jangan bawa-bawa Islam dan ulama ke dalam politik.” Dan kalimat rancu, "Islam Yes, Politik No." Memilih golput atau tidak terlibat dalam perpolitikan, padahal politik itu tidaklah sekedar meraih kekuasaan, tapi mengurusi urusan umat.
Kalimat ini bertujuan untuk menjauhkan Islam dan ulama dari politik agar para Politisi Durjana bebas dan leluasa mengatur negara dan bangsa sesuai “Syahwat Syaithooniyyah”-nya.
Ulama hanya dijadikan pemanis, penarik suara dan perhatian umat, tapi tidak didengar nasehatnya, tidak diminta pendapat nya, bahkan ulama yang hanif dikriminalisasi demi kepentingan politik.
Islam itu suci dan ulama itu mulia, sedang politik (سياسي) itu penting untuk mengurus negara dan bangsa. Karenanya, hanya Islam yang suci dan ulama mulia yang boleh masuk ke dalam politik agar tidak dikotori oleh para Politisi Durjana.
Karenanya, Islam menjadikan Kekhilafahan menjadi salah satu Bab penting dalam Fiqih Islam. Dan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersama Khulafa Rasyidin Radhiallahu anhum, telah mempraktekkan politik yang benar lagi bersih untuk menjadi suri tauladan bagi segenap umat Islam.
Kelima, Tentang Penerapan Syariat Islam. Syariat Islam adalah aturan hukum yang bagus, saat diterapkan di zaman Generasi Terbaik “sahabat”, maka hasilnya bagus. Sekarang tidak lagi, kita sudah punya dasar negara pancasila, tidak perlu lagi penerapan Islam, toh selama ini kita sudah bisa menjalankan Islam dengan baik, masih bisa sholat, ibadah dan sudah nyaman.
Sedang zaman sekarang generasi umat Islam sangat lemah dan tidak bagus, sehingga tak mampu menjalankan Syariah yang begitu paripurna. Karenanya, umat Islam saat ini jangan sibuk dengan perjuangan (penerapan syariah) dulu, tapi harus fokus kepada perbaikan diri sendiri dulu.”
Ini adalah pendapat yang batil, karena menafikan amar ma'ruf nahi mungkar, individual, bukankah individu akan baik jika masyarakatnya baik, dan masyarakat akan baik jika diatur dengan aturan Islam.
Kalimat ini bertujuan agar umat Islam tidak lagi memperjuangkan Tathbiq Syariah dengan “dalih” memperbaiki diri dulu. Atau dengan penggambaran jika Islam diterapkan akan menimbulkan perpecahan, pertumpahan darah, seperti ISIS, anti-pancasila, makar, dll.
Syariat Islam adalah aturan hukum yang bagus, dan selalu oleh para sahabat, sehingga menjadi Generasi Terbaik.
Nah, generasi zaman sekarang yang lemah dan kurang bagus, justru karena tidak jalankan Syariat Islam dengan baik.
Betapa banyak ajaran Islam yang tidak bisa dilaksanakan sempurna tanpa adanya institusi yang menerapkan Islam secara total. Darah kaum Muslimin terus tertumpah, harta mereka terus diperebutkan, bahkan nyawa mereka direnggut dengan paksa karena Islam tidak diterapkan.
Pelaku zina tidak dapat dihukumi cambuk atau rajam karena dianggap melanggar HAM, perzinahan tidak dianggap tindakan kejahatan jika pelakunya suka sama suka.
Belum lagi pembuatan keji lainnya seperti LGBT yang justru dilegalkan bahkan diminta untuk dirangkul, pembunuhan tanpa ada hak, dan masih banyak lainnya.
Karenanya, generasi sekarang wajib mencontoh para sahabat dalam menjalankan Syariah yang begitu paripurna, sehingga bisa menjadi generasi yang bagus yang dijuluki khoiru ummah.
Dahulu para sahabat sebelum masuk Islam merupakan Generasi Jahiliyah yang buruk, lalu masuk Islam dan menjalankan Syariah Islam, sehingga menjadi generasi terbaik sebagaimana dipuji oleh ALLAH SWT dalam firmanNya :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada ALLAH. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
(QS. Al-Imron : 110).
*_“Barangsiapa memberi petunjuk pada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikuti : tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun juga.”_*
(HR. Muslim).
Saatnya kaum Muslimin bersatu, bersinergi untuk menerapkan Islam secara kaffah dibawah sebuah institusi bernama Khilafah, karena semua propaganda diatas akan hilang jika Khilafah ditegakkan.
Orang Muslim akan bangga dengan ajaran agamanya, menjalankannya secara kaffah, rahmat akan tersebar, keberkahan dari langit dan bumi akan tercurah, bahkan orang-orang non Muslim akan bisa melihat cahaya Islam, kemuliaan ajarannya, sehingga mereka tertarik dan suka rela untuk masuk dan memeluk Islam.
Wallahu a'lam.