Oleh : Aisyahtini Lubna Naimah (Member Akademi Menulis Kreatif)
Film, juga dikenal sebagai movie, gambar hidup, film teater atau foto bergerak, merupakan serangkaian gambar diam, yang ketika ditampilkan pada layar akan menciptakan ilusi gambar bergerak.
Kata sinema "sinema", yang merupakan kependekan dari sinematografi, sering digunakan untuk merujuk pada industri film(KBBI). Pembuatan film dan seni pembuatan film. Definisi sinema zaman sekarang merupakan seni dalam simulasi pengalaman untuk mengkomunikasikan ide, cerita, sudut pandang, rasa, keindahan atau suasana dengan cara direkam dan gambar bergerak yang di program bersamaan dengan penggerak sensorik lainnya.
Di zaman sekarang ini, Film merupakan salah satu hiburan yang dapat diakses dengan mudah. Masyarakat sudah tidak asing lagi menonton film, baik di televise, bioskop, maupun melalui media-media tradisional seperti layar tancap. Masyarakat bisa setiap hari menonton film lebih dari satu judul film, ini dikarenakan kecanggihan teknologi sudah semakin maju.
Berbagai macam film sudah beredar dimasyarakat, dari mulai film documenter yang berkaitan dengan sejarah, hingga film-film animasi untuk kanak-kanak. Dan film yang sedang 'naik daun' dikalangan anak muda kini yaitu "Dua Garis Biru". Yang mencapai ratusan ribu viewrs kurang dari seminggu penayangan. Starvision Plus menerangkan, “Terima kasih 178.010 penonton yang sudah terbawa perasaan Dua Garis Biru. Maaf untuk yang kemarin kehabisan tiket, hari ini sudah ada penambahan tayang di bioskop di kota kamu.” (Liputan6.com)
Begitulah animo remaja hari ini. Rela berdesakan untuk menyaksikan sebuah film. Bukan malah menginginkan sebuah perubahan menjadi lebih baik pada diri mereka, namun justru keburukan yang menyesatkan diri mereka. Padahal di masa pubertas atau masa mencari jadi diri kinilah yang menentukan masa depan para remaja. Dimana remaja senang untuk bergabung dalam komunitas yang belum punya tujuan, apa yang "booming" itulah yang mereka ikuti.
"Beberapa scene di trailer menunjukkan proses pacaran sepasang remaja yang melampaui batas, terlebih ketika menunjukkan adegan berduaan di dalam kamar yang menjadi rutinitas mereka. Scene tersebut tentu tidak layak dipertontonkan pada generasi muda, penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa tontonan dapat mempengaruhi manusia untuk meniru dari apa yang telah ditonton," isi di dalam petisi, dilihat detikHOT, Rabu (1/5/2019) .
Tentunya kontrol dari orang tua yang dibutuhkan dan kondisi masyarakat yang mendukung untuk terciptanya remaja yang mempunyai jati diri. Dan juga yang paling dibutuhkan bagi pengontrolan remaja kini yaitu peran negara. Negara yang mampu memberikan tontonan yang disaring atau difilter sedemikian rupa. Mana yang layak atau tak layak untuk disuguhkan kepada kaum muda. Bukan malah mana yang menguntungkan atau merugikan yang menjadi sandaran untuk disuguhkan. Tentunya salah satunya melalui film yang mengkombinasi kehidupan remaja kini. Ketika bertemu kawan disekolah, di tempat bermain yang menjadi topik pembicaraan yakni film yang sedang 'naik daun'. Padahal film sejatinya harus mampu memberi pengajaran dan pelajaran bagi siapa saja yang menonton. Bukan malah memberikan contoh yang tak baik dan merusak generasi.
Namun hal itulah yang kurang didominasi peran negara. Dan seakan acuh dengan peristiwa yang terjadi. Padahal negara harus mampu mengurus dan mengatur dalam segala aspek kehidupan. Mulai dari tata pergaulan, ekonomi bahkan pemerintahan. Permasalahan apapun bentuknya, tentu ada solusi dalam islam. Rasullulah pun pernah mencontohkan dalam fase kepemimpinan beliau. Rasulullah menerapkan aturan islam disegala aspek kehidupan. Karena islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Juga sudah teruji dalam mengatur masyarakat secara lokal atau global.