Perdagangan Perempuan, Benarkah Salah Korban Semata?



Oleh : Verawati S.Pd

(Praktisi pendidikan dan pengarus opini Islam)



Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Na'im. Rasulullah Saw bersabda



Artinya: “Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.” 


Hadist di atas benar adanya dan banyak terjadi saat ini. Seperti kasus yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Sejumlah perempuan menjadi korban  perdagangan orang dengan modus pernikahan. Para perempuan ini rela menikah dengan warga Cina yang diiming-imingi hidup enak dan sejumlah uang.


Dilansir oleh media www.voaindonesia.com. Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) mencatat ada 29 perempuan jadi korban pengantin pesanan di China selama 2016-2019. Para perempuan ini dibawa ke China, dinikahkan dengan lelaki di negara tersebut, dengan iming-iming diberi nafkah besar. Namun, kata Sekjen SBMI Bobi Anwar Maarif, perempuan ini malah ‘dieksploitasi’ dengan bekerja di pabrik tanpa upah.


Sedih dan miris melihat kondisi para perempuan tersebut. Mereka menjadi korban tindak perdagangan orang. Lantas apakah murni kejahatan ini terjadi atas kesalahan korban semata? Sepintas barangkali, kita akan mengatakan bahwa perempuan itulah yang salah. "Salah sendiri kenapa mau menikah dengan orang Cina yang belum dikanal jelas". Namun sesungguhnya permasalahan nya tidak sesederhana itu. Masalah perdagangan orang terjadi bukan kali pertama ini saja. Sudah banyak kasus-kasus lainnya yang terjadi. Sesungguhnya ini adalah hasil akumulasi dari sistem hidup yang rusak. Ibarat benang kusut yang terus bertambah. 


Sistem hidup yang rusak itu adalah sistem kapitalisme. Ditambah gaya hidup hedinis yang telah menyerap pada masyarakat terutama permpuan mendorong mereka untuk berbuat apa saja demi kesengan materi. Materi telah membutakan hati dan mata. Demi uang rela menjadi budak nafsu lelaki yang tak bisa dipertanggung jawabkan. 


Pertanyaan nya kenapa  hal ini bisa terjadi?


Pertama. Lemahnya ketaqwaan individu. Jauhnya nilai-nilai agama yang dimiliki individu saat ini khususnya perempuan  membuat mereka lemah dalam mengarungi kehidupan ini. Hanya demi uang jutaan rupiah dan iming-iming hidup enak mereka rela untuk menikah dengan warga negara asing asal Cina. Padahal beum mengetahui dengan jelas keadaan lelaki dan keluarga tersebut. Tentu hal ini tidak akan terjadi bila individu tersebut kuat ketakwaannya. Paham akan maksud dan tujuan menikah dalam agama.


Sejatinya menikah adalah hal yang sakral dan suci. Tujuannya Ibadah dan bernilai pahala karena menikah adalah bagian dari perintah Allah SWT.  Islam memberikan tuntunan yang sangat banyak dan rinci serta jelas terhadap masalah pernikahan. Mulai dari tujuan menikah, cara mencari calon pasangan hingga tugas dan kewajiban sesudah menjadi suami istri. Sungguh amat rugi bila tuntunan ini  ditinggalkan atau tidak diketahui. 


Bahkan Islam mengatakan menyampaikan bahwa pernikahan dikatakan sebagai mitsaqun gholidzo ( perjanjian yang berat ). Tidak mudah menjalani pernikahan kalau tidak memiliki ilmu. Jadi sudah bisa dipastikan bila tujuan menikah hanya demi materi atau uang, maka pernikahan tersebut akan hancur. Tidak akan ditemukan sakinah mawadah dan warahmah. Disinilah pentingnya memahami ilmu agama sebagaimana pondasi menjalankan kehidupan.


Kedua, lemahnya kontrol masyarakat. Begitu sudah kuatnya pemikiran kapitalisme saat ini, ditandai dengan sikap semakin cueknya masyarakat. Masyarakat enggan untuk saling mengingatkan. Ada kerusakan ataupun kejahatan dibiarkan. Para remaja yang bergaul seperti suami istri di tempat-tempat umum dibiarkan. 


Ketiga, penguasa yang lalai bahkan dzalim. Saat ini hukum yang diberlakukan penguasa adalah demokrasi kapitalisme. Ciri khas dari sistem ini adalah ekonominya. Siapa yang kuat (modal) dialah yang berkuasa. Serta aturan yang diberlakukan adalah aturan manusia. Kebebasan individu adalah niali yang dijunjung. Padahal dengan kebebasan itulah masyarakat menjadi rusak. Para konglomerat bersekongkol dengan penguasa untuk menguasai hampir seluruh kekayaan alam Indonesia.


Sejatinya kapitalisme menciptakan kesenjangan ekonomi yang melahirkan kemiskinan. Korban yang paling banyak dan menderita adalah kaum perempuan. Karena kemiskinan membuat para perempuan rela menjadi tulang punggung keluarga. Kehidupan menjadi tenaga kerja wanita tak jarang dibayangi mimpi buruk pelecehan, penyiksaan bahkan pelecehan seksual hingga kematian. Termasuk perempuan menjadi sasaran empuk tindak perdagangan orang.


Namun sayang, jauh panggang dari api. Solusi yang diberikan tak menyelesaikan masalah. Penguasa justru mendorong perempuan untuk berbondong-bondong ke ranah publik. Dengan dalih kesetaraan gender. Porsi wanita sama dengan laki-laki dari semua aspek. Alih-alih ingin meningkatkan ekonomi keluarga, justru membawa dampak terhadap eksploitasi perempuan. Keluarga pun menjadi korban. Beban ganda yang dipikul tak jarang membuat stres akhirnya memicu percekcokan di rumah. Kemandirian ekonomi perempuan menambah daftar panjang perceraian. Serta segudang masalah lainnya bermunculan termasuk anak-anak yang tidak terurus.


Inilah sebab-sebab para perempuan tersebut menjadi korban tindak penjualan orang. Maka langkah kongkritnya adalah sama-sama kita berjuang untuk kembali kepada Allah swt. Menjadi pribadi yang bertakwa dan peduli lingkungan. Selain itu juga berjuang bersama mengganti sistem kapitalisme. Karena telah jelas menciptakan kemiskinan struktural dan merusak umat.


Hanya Istem Islam dalam bingkai khilafah yang mampu menjamin kesejahteraan hidup masyarakat terutama perempuan menjadi prioritas.  Ekonomi Islam memiliki tujuan terpenuhinya kebutuhan pokok individu perindividu masyarakat. Islam memiliki seperangkat aturan dan hukum untuk mewujudkan kesejahteraan tersebut.  Pertama, Islam mendorong setiap individu untuk bekerja. Kewajiban ini hanya dibebankan pada kaum laki-laki saja. Sedangkan perempuan bersifat mubah. Kedua, Negara berkewajiban menyediakan lapangan pekerjaan. Ketiga, jika dua hal tersebut tidak bisa dilakukan maka negara mendorong pada kerabat untuk mencukupinya. Keempat, jika poin tiga tidak ada, maka negara akan mengambil dari uang kas negara. Kelima, jika negara tidak ada maka negara akan mengambil dari kas lain. Keenam, dalam kodisi yang amat terdesak negara akan memberlakukan pajak terhadap orang-orang yang dianggap mampu.


Jaminan kesejahteraan inipun sudah Allah kabarkan kepada kita. Sebagaimana firman Allah SWT


“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf [7]: 96).


MasyaAllah alangkah indahnya hidup dalam peradaban Islam


Wallahu A’lam Bishoab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak