Perdagangan Perempuan, Apa Salah Perempuan?




By : Messy (Member Penulis Ideologis)

Isu perdagangan perempuan kembali menggegerkan publik. Perlindungan perempuan di negeri ini untuk kesekian kalinya dipertanyakan. Kasus ini menjebak 29 perempuan Indonesia. Mereka diisukan menjadi korban perdagangan perempuan yang berkerja sama dengan kelompok China dan Indonesia.

Bobi Anwar Ma'rif selaku Sekjen Serikat Buruh Migran Indonesia mengatakan bahwa perempuan ini akan dibawa ke China, dinikahkan dengan lelaki negara tersebut, dengan iming-iming diberi uang yang banyak. Namun mereka malah diperkerjakan di pabrik tanpa diupah.

Akar Permasalahan

Dalam sistem demokrasi, kaum perempuan begitu mudah dieksploitasi. Hak-hak sebagai perempuan kembali terampas. Namun para pengusung HAM hanya berpangku tangan. Sepertinya HAM hanya berlaku untuk penguasa dan pengusaha. Bagi rakyat, jangan terlalu berharap banyak. Jika tak mau dikecewakan.

Sistem yang memandang bahwa segala sesuatu dapat dibeli dengan uang. Uang, uang dan uang begitu dituhankan. Selain itu juga mengesampingkan peran agama dalam kehidupan. Maka tak salah kaum perempuan mudah terpedaya dengan iming-iming materi. Meski harus menggadaikan kehormatan yang ada. 

Kebutuhan ekonomi yang mendesak dan lifestyle yang glamor. Memaksa kaum perempuan untuk keluar dari rumah. Menjual hak-hak mereka sebagai ibu dan pendidik generasi muda. Mengambil alih posisi lelaki sebagai tulang punggung keluarga. Hal ini justru mengakibatkan kesengsaraan.

Meskipun ada upaya pemberdayaan dan perlindungan kaum perempuan. Namun itu tak menghentikan eksploitasi kaum perempuan yang ada. Faktanya, hak-hak kaum perempuan kembali terampas. Kesetaraan gender yang diharapkan tak berbuah manis. Malah semakin membuat perempuan semakin tertekan dan terkekang. Berkerja lembur tapi penghasilan tak seberapa.

Efeknya, terciptanya generasi muda yang tidak memiliki karakter. Jauh dari nilai-nilai spiritual dan sosial. Sebab, tak merasakan peran perempuan. Tingkat perceraian semakin menggunung di kalangan wanita karir. Anak-anak menjadi korban keluarga broken home.

Sejatinya, itulah yang diharapkan oleh Barat penjajah dan pembenci Islam untuk menghancurkan perempuan Islam. Sebab, mereka menyadari bahwa hancurnya suatu peradaban karena hancurnya perempuan. Perempuan merupakan simbol peradaban. Maka Barat penjajah dan pembenci Islam mengerahkan seluruh daya dan upaya untuk menghancurkan perempuan Islam. 

Lantas apakah kita selaku perempuan Islam masih mengharapkan sistem demokrasi dalam melindungi dan menjamin hak-hak perempuan? Apakah belum cukup bukti-bukti kerusakan sistem ini yang kian hari kian rusak.  Saatnya mencampakkan sistem demokrasi yang telah terbukti gagal dan tidak mampu menyejahterakan kaum perempuan.

Kembali kepada Islam

Dalam Islam, perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan lelaki. Sama-sama makhluk Allah yanh diberikan amanah oleh-Nya. Islam meletakkan peran perempuan sesuai dengan porsinya menjadi ibu, pendidik dan pengatur rumah. Sehingga dari rahim mereka lahir generasi penakluk yang memiliki kepribadian unggul dan cemerlang. Seperti Muhammad al-Fatih dengan konstantinopel, Tariq bin Ziyad dengan Spanyol, dan Salahuddin al-Ayubi dengan Palestina.

Bagi kaum perempuan, bekerja adalah mubah. Tugas mencari nafkah diemban oleh lelaki sampai kapanpun. Jika walinya tidak mampu memenuhi kebutuhan perempuan dengan alasan syar'i. Maka, negara Islam wajib menjamin hak-hak perempuan. Seperti pada masa Khalifah Umar, perempuan yang hamil dan menyusui memperoleh santunan dari negara Islam. Dan berbagai santunan lainnya.

Kaum perempuan juga diwajibkan berdakwah dan paham politik Islam. Islam menjamin kaum perempuan mendapatkan perlakuan yang adil. Seperti Khalifah Mu'tashim Billah yang melindungi seorang perempuan yang dilecehkan harga dirinya. Kaum perempuan juga diperbolehkan untuk menjadi ilmuwan dan menekuni pendidikan yang tinggi. Seperti Sutayta al-Mahamali yang ahli dalam bidang matematika, Zaynab Shahda yang ahli dalam bidang seni dan Rufaidah Al-Aslamia yang ahli dalam bidang kesehatan.

Sehingga kaum perempuan dalam naungan sistem Islam menjadi mulia dan mencetak generasi yang mulia pula. Negara Islam mampu menjamin akidah dan keimanan rakyat (khusus perempuan) untuk tetap kokoh. Sehingga rakyat tidak mau dijual atau memperjualbelikan manusia. 

Jadi, kehidupan sejahtera dan nyaman yang hakiki akan dirasakan ketika hukum Islam diterapkan dalam negara Islam. Sudah saatnya kita berjuang bersama untuk melanjutkan kehidupan Islam. Hanya dengan Islam akan terwujud negeri yang menjadi harapan dan cita-cita seluruh manusia. Insya Allah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak