Oleh : Netri Dani Astuti, S.Pd
(Aktifis Muslimah Peduli Ibu dan Generasi wilayah Batang Kuis)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tindakan Menteri Agama (Menag) yang melakukan investigasi atas murid-murid Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang mengibarkan bendera tauhid menuai tanggapan. Salah satunya datang dari ketua bidang tarbiyah Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis), Irfan Saprudin.
Menurut dia, Kementerian Agama (Kemenag) berlebihan dalam menyikapi kejadian pengibaran bendera tauhid tersebut. Apalagi, kejadian tersebut berlangsung di lingkungan institusi pendidikan. Pada umumnya, siswa memiliki alam pikiran yang berbeda daripada masyarakat awam.
Kalaupun murid MAN kemudian mengibarkan bendera tauhid, lanjut dia, Kemenag tidak perlu berlebihan merespons. Irfan bahkan mempertanyakan status bendera tauhid itu sendiri.
Mengapa bendera yang mengandung lafaz "Laa Ilaaha Ilallah" kerap dikaitkan dengan organisasi yang telah dibubarkan, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Irfan juga mempersoalkan, apakah selama eksistensinya HTI pernah berbuat kejahatan atau berupaya menggulingkan pemerintah yang sah.
Jadi menurut saya, dikibarkannya bendera tauhid jangan terlalu 'kebakaran jenggot.' Dalam hal ini, Kemenag bisa dianggap berlaku berlebihan, seperti berhadapan dengan organisasi terlarang dan sangat mengancam," kata Irfan melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Senin
Sebelumnya, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan, pihaknya telah menerjunkan tim khusus untuk menelusuri kasus pengibaran bendera tauhid di MAN 1 Sukabumi. Baru-baru ini, Kementerian Agama (Kemenag) akhirnya menyimpulkan, pengibaran bendera tauhid itu tidak terkait dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Menurut Chandra, tindakan Menag yang demikian harus diklarifikasi. Hal itu supaya pemerintah tidak dinilai masyarakat sebagai anti-Islam atau alergi terhadap simbol-simbol Islam.
"Semestinya Menteri Agama melindungi dan menjamin ajaran, dakwah Islam dan simbol-simbol Islam dari upaya potensi dugaan kriminalisasi," ujarnya.
Mengapa hal-hal yang berhubungan dengan Islam begitu dicurigai di negeri yang mayoritas muslim ini? Sebagai muslim sungguh pertanyaan ini harus kita tanyakan dalam diri kita masing-masing, karena jika kita memang betul-betul alergi, maka sadarilah sesungguhnya jiwa kita ini sedang sakit digerogoti oleh virus bernama sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). Betapa virus sekulerisme ini telah begitu dalam, menancap kuat pada pemikiran kaum muslimin. Bahkan saking alerginya, kita begitu ketakutan dengan selembar kain bertuliskan kalimat tauhid. Bukankah kalimat tauhid ini adalah kalimat yang sangat kita harapkan untuk bisa kita ucapkan saat menghadap Allah nanti. Pun dakwah yang menyerukan untuk kembali kepada aturan Allah juga dicurigai dan dituduh sebagai makar dan akan menghancurkan bangsa. Padahal kondisi carut marut di negeri ini penyebabnya adalah sekulerisme, bukan Islam.
Inilah yang terjadi jika yang diterapkan adalah sistem sekulerisme,dimana korupsi semakin merajalela kemaksiatan semakin nyata didepan mata malah dilindungi, lagi-lagi dengan dalih kebebasan HAM.tapi begitu ada hal yang berbau islam langsung menjadi tertuduh. Sudah saatnya Islam bangkit. Caranya hanya dengan mengambil dan mengikuti pemikiran Islam, pemikiran tentang syariah, sistem pemerintahan Islam, jihad dll harus diambil, diamalkan dan diperjuangkan. Sebaliknya pemikiran seperti sekulerisme, demokrasi, HAM, pluralisme, liberalisme, feminisme dll mesti di campakkan.
Wallahu'alam bishawab