Pendidikan Islam Terperangkap Dalam Lingkaran Hitam



 
By : Messy (Member Penulis Ideologis)

Ibarat pepatah, "Mendapatkan harta karun di siang bolong. Itulah kata yang bisa mewakili perasaan negeri +62. Setelah permohonannya dikabulkan oleh Bank Dunia dengan memberikan hutang US$ 250 Juta atau sekitar 3,5 Triliun Rupiah untuk agenda mengembangkan kualitas madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah di negeri +62.

Dalih dari dibalik hutang adalah untuk menerapkan agenda Realing Education Promise. Lewat agenda itu, rezim akan merancang sistem perencanaan dan penganggaran elektronik bertipe Nasional sebagai motor penggerak belanja yang sangat cocok dari sumber daya dikelola langsung oleh Kementerian Agama (Kemenag).

Akar Permasalahan

Dalam sistem kapitalis-demokrasi, pendapatan negara hanya bersumber dari pajak dan hutang. Maka tak salah, ketika ada penawaran hutang negeri +62 takkan menolak. Itu kesempatan emas yang tak boleh disia-siakan. Padahal dibelakang pundak negeri ini hutang kian menumpuk. Bukan bersegera membayar hutang yang ada, namun malah membiarkan kian meningkat.

Ironi hidup di negeri yang berasaskan sekuler. Agama dijauhkan dari kehidupan. Agama dipisahkan dari negara. Iya, agama hanya mengatur aspek individu dengan Pencipta saja. Mengenai aspek individu dengan individu lainnya dibiarkan manusia bebas mengatur. Termasuk dalam pendidikan, agama juga tak boleh ikut campur.

Pendidikan dijadikan arena permainan jual beli. Ada penjual dan ada pembeli. Ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Pendidikan dibuat sesuai dengan pesanan penjajah asing. Maka tak salah biaya pendidikan mahal dan mencekik rakyat menengah kebawah. 

Efeknya, banyak generasi muda yang tidak bisa mencicipi bangku sekolah.
Itulah nestapa yang dirasakan oleh pendidikan Islam dalam naungan sistem sekuler. Terperangkap dalam lingkaran hitam. Terbelenggu dan tak mampu berpijak sendiri. Kurikulum pendidikan Islam diadopsi dari Barat. Maka tak salah kurikulum pendidikan Islam dibuat sesuai dengan kebutuhan mereka. Pembahasan pendidikan Islam hanya menyangkut perkara ibadah madhah saja. Namun dalam perkara jihad dan khilafah dihilangkan.

Bisa jadi pada suatu waktu pendidikan Islam akan digadaikan kepada penjajah asing. Jika rezim tak mampu membayar jaminan hutang yang dijanjikan. Sebab, penjajah asing takkan menawarkan hutang secara cuma-cuma. Pasti ada maksud dibalik itu semua. Satu persatu pendidikan Islam akan diotak-atik oleh penjajah asing. Sejatinya, pendidikan adalah hal rakyat dan menjadi kewajiban penguasa. Namun berbalik arah, pendidikan menjadi hak penguasa dan kewajiban rakyat.

Saatnya mencampakkan sistem buatan manusia yang jelas bobrok dan tak mampu melayani kebutuhan rakyat dengan baik. Tak perlu lagi berharap pada sistem  kapitalis-demokrasi. Sebab hanya menambah luka dan kecewa. Segera beralih dari lingkaran hitam menuju lingkaran Islam.

Kembali kepada Islam

Islam, bukan hanya sekedar agama tapi juga sebuah ideologi. Sebuah keyakinan yang didalamnya memancarkan peraturan-petaturan. Mengatur seluruh aspek kehidupan dari manusia tidur hingga bangun tidur, dari manusia masuk rumah hingga masuk negara semua diatur secara lengkap oleh Islam. Ekonomi, politik, pemerintah, sosial, budaya, kesehatan termasuk pendidikan diatur secara rinci. 

Dalam Islam, pendidikan merupakan hak seluruh rakyat tanpa membedakan muslim atau kafir, semua mendapat perlakuan yang sama. Negara Islam menjamin setiap rakyat mencicipi pendidikan dengan layak. Tanpa memungut apapun dari rakyat. Pendidikan bisa jadi gratis atau setidaknya mampu dijangkau oleh seluruh rakyat. Tanpa pandang bulu.

Sumber pendidikan Islam berasal dari kas negara Islam. Bukan mengemis kepada asing apalagi memungut kepada rakyatnya. Negara Islam menyediakan fasilitas sarana dan prasarana serba memadai, pendidik yang berdidikasi tinggi dan jaminan kesejahteraan bagi pelaku pendidikan.

Sehingga generasi muda Islam yang menapaki jenjang pendidikan. Hanya berfokus kepada pendidikan dan melakukan riset ilmiah saja. Disini lain, generasi muda Islam telah memiliki aqidah yang kokoh dan akhlak yang baik. 

Maka tak salah, begitu banyak hasil kejayaan pendidikan Islam untuk dunia. Seperti ilmu kedokteran Ibnu Sina yang digunakan di sekolah-sekolah Eropa, atau Ibnu al-Khawarizmi penemu angka nol dan aljabar hingga kini ilmunya terus dipelajari di seluruh penjuru negeri.

Pendidikan Islam dalam sistem Islam bernama Khilafah telah membuktikan kejayaannya dalam 13 abad. Selama itu pendidikan menjadi mercusuar dunia. Generasi terbaik Eropa saat itu belajar di negara Islam. Semua negara didiunia melirik kehebatan negara Islam.

Insya Allah, semua itu akan terulang kembali. Sebab Khilafah kedua akan segera kembali. Peradaban Islam akan lagi menjadi mercusuar dunia. Sekarang, mari berpegang tangan dan rapatkan barisan menyongsong kabar gembira yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasulullah. Maka, pejuang Islam bersiaplah menyambut Khilafah. Wallahu 'alam.[]

4 Juli 2019

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak