Oleh : Linda Latif
Sejumlah aktivis hak asasi manusia menilai pertemuan Joko Widodo (Jokowi) dengan rival politiknya Prabowo Subianto di Stasiun Moda Raya Transportasi Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu, 13/7, bukan rekonsiliasi, melainkan negosiasi. Pendiri Kantor Hukum Lokataru Haris Azhar mengatakan “Ujung dari negosiasi ini hanyalah bagi-bagi kekuasaan, proyek, jabatan dan sumber daya alam. Tidak ada pembicaraan mengenai pemulihan kondisi masyarakat yang terbelah. Ujung-ujungnya negosiasi, bukan rekonsiliasi.” (Tempo.co, 2019)
Remah-remah pesona kekuasaan telah memalingkan dari perjuangan yang dulu menggebu-gebu disuarakan. Sungguh negosiasi ini menutup berbagai sampah kesewenang-wenangan dan kecurangan yang terjadi. Padahal ratusan keluarga petugas KPPS yang meninggal dan korban aksi 22 mei menunggu keadilan. Harapan yang begitu tinggi ternyata berhenti hanya pada tataran negosiasi. Kata-kata yang dulu memberi harapan, meluap seiring kepentingan partai. Perjuangan yang dulu di maklumatkan, ternoda dengan ribuan kekecewaan. Begitulah ketika berharap pada manusia dan sistem buatan manusia, pasti kecewa.
Sistem yang dibangun dengan negosiasi tidak akan menjadikan kebenaran sebagai standar. Yang penting saling menguntungkan, akan diambil dengan berbagai cara. Begitulah yang terjadi di berbagai negeri kaum muslimin. Sistem demokrasi yang dianggap solusi justru mengantarkan umat pada perpecahan, kehancuran dan eksploitasi.
Maka sudah selayaknya kita tidak percaya lagi pada sistem ini, sistem demokrasi kapitalis. Yang menjadikan umat Islam hanya sebagai tumbal pencapai kekuasaan. Saatnya umat kembali fokus dengan agenda memperjuangkan tegaknya Islam sesuai dengan manhaj Rasulullah Saw. Hanya sistem inilah yang mampu memberi solusi atas berbagai problematika kehidupan manusia. Sistem khilafah ala minhajin nubuwwah, sistem warisan Rosulullah yang telah terbukti mampu menjadi rahmatan lil alamin, yang akan melindungi seluruh umat manusia baik muslim maupun kafir dari imperalisme, kapitalisme dan sosialisme.
Marilah kita saling berpegang tangan, berjuang bersama meneguhkan diri pada dakwah ini, sebagaimana perkataan Rosulullah “Seandainya mereka bisa meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, demi Allah aku tidak akan berhenti dari urusan ini, sampai Allah memenangkan atau aku binasa karenanya”.