Oleh: Yuli Ummu Raihan
(Member Akademi Menulis Kreatif)
Narkoba kembali menjerat korban. Adalah Tri Retno Prayudati alias Nunung komedian wanita senior yang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus kepemilikan dan pengguna sabu.
Nunung bersama suaminya, July Jan Sembiran alias Iyan ditangkap dikediamannya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat 19/07/2019. Saat penggeledahan, polisi menemukan barang bukti narkotika jenis sabu seberat 0,36 gram.
Polisi melakukan pemeriksaan secara intensif terhadap mereka, hasilnya Nunung mengakui sudah 10 kali membeli saby dari Hery dalam waktu tiga bulan belakang, detikNews, 20 Juli 2019.
Bahaya narkoba seakan tiada hentinya menghantui generasi bangsa, tidak pandang usia, latar belakang, jenis kelamin, dan status sosial.
Indonesia bagaikan menjadi target pasar menggiurkan untuk bisnis haram ini.
Jumlah penduduk yang besar menjadi sasaran empuk para pebisnis haram ini. Tidak lagi hitungan kilo, tapi ton-an narkoba sepanjang tahun membanjiri Indonesia.
Ada permintaan maka akan selalu ada penawaran. Sehingga angka penyeludupan narkoba terus meningkat.
" Banyaknya upaya penyelundupan ini karena memang ada pengguna yang juga cukup banyak" kata Ashar Suryobroto Sekjen LSM Granat di temui usai konferensi pers keberhasilan pencegahan penyelundupan 4,6 kg narkotika jenis sabu di kantor Bea Cukai Soekarno Hatta, Kamis 11/07/2019.
Beliau memperkirakan jumlah pengguna di Indonesia berkisar 4 juta orang dari berbagai kalangan dan profesi. (Tangerangonline.id)
Ada banyak motif pengguna narkoba, diantaranya coba-coba, sebagai upaya meningkatkan percaya diri, stamina bekerja seperti halnya alasan Nunung dan suaminya, dan motif ekonomi.
Banyak kalangan khusunya artis yang terjerat narkoba mengaku mengkonsumsi narkoba ini untuk menambah stamina dan kebugaran, karena tuntutan pekerjaan di dunia artis yang tidak mengenal waktu. Mereka dituntut agar selalu tampil prima, sedangkan sebagai manusia biasa mereka juga butuh istirahat. Kadang masalah pribadi, keluarga, dan persaingan dunia kerja membuat stress para publik figur sehingga mencari pelarian pada narkoba.
Inilah akibat dari sekulerisme, ketika agama tidak menjadi landasan dalam semua aspek kehidupan. Kebahagian mereka hanya ketika mendapat kesenangan dunia berupa terpenuhinya semua kebutuhan jasmani dan naluri, bukan halal haram atau ridho Allah.
Sebagai publik figur mereka tentu memiliki penggemar, dan biasanya penggemar senantiasa mengikuti gaya hidup idolanya, bayangkan apa jadinya jika semua penggemarnya melakukan hal yang sama, ini adalah dosa jariyah bagi si artis.
Narkoba yang awalnya diproduksi tahun 1898 di Bayer, Jerman, sebagai obat penghilang rasa sakit, tapi kini banyak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.(Tribunnews.com)
Di indonesia sendiri narkoba sudah beragam jenisnya, berbagai modus penyeludupan dan pengedarannya pun sudah tidak terhitung, apalagi korbannya, baik harta, bahkan nyawa.
Berbagai aturan hukum ternyata tidak cukup ampuh memberantas narkoba, meski hukuman mati sekaligus. Para narapidana memenuhi sel penjara, bahkan para pelaku bisnis narkoba sebagian besar dikendalikan dari dalam penjara.
Maka solusi mendasar untuk masalah narkoba ini hanyalah Islam.
Menerapkan syariat Islam secara kaffah. Sehingga peluang penyalahgunaan obat terlarang ini bisa ditekan. Islam akan membina penganutnya dengan akidah yang kokoh. Menjadikan halal haram sebagai standar perbuatan.
Keluarga sebagai pondasi utama akan mencetak generasi yang kokoh, berakidah Islam yang mantap.
Masyarakat berperan aktif dalam amar ma'ruf nahi mungkar, saling mengingatkan dalam kebaikan. Bukan masyarakat yang cuek, individualis seperti sekarang.
Selain itu negara akan membuat peraturan dan upaya pencegahan, serta sanksi tegas yang akan membuat pelakunya jera.
Dengan semua ini insya Allah penyalahgunaan barang terlarang ini akan bisa diatasi dan diberantas hingga akarnya, wallahu a'lam.
Tags
Opini