"Pendidikan dan kebudayaan asing yang masuk di dunia Muslim ibarat penyakit ruam, tersembunyi tapi terus menyebar serentak," ( Penyair Al - Akhtal).
Pendidikan dan kebudayaan asing dideraskan melalui arus globalisasi. Posisi negeri-negeri muslim yang lemah, memaksanya tunduk pada dominasi super power dunia. Dominasi Timur oleh Cina, dan dominasi Barat oleh Amerika. Tak terkecuali Indonesia, tanpa filter Islam yang mengkristal dalam institusi negara, umat Islam di Indonesia akan terancam indentitas agama, pendidikan, kebudayaan, politik, eksistensi, bahkan populasinya.
Inilah kondisi kehidupan bangsa kita, pendidikan dan kebudaan mayoritas muslim tercemari oleh pendidikan dan kebudayaan asing. Tujuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan nilai-nilai islam berganti menjadi pendidikan yang beraroma sekularisme, individualisme, kapitalisme, dan mengadopsi tujuan pendidikan asing lainnya.
Tak heran jika Menristekdikti Mohamad Nasir, menyambut baik undangan pemerintahan Cina dengan mengirim 45 orang delegasi mahasiswa Indonesia untuk berkunjung ke Cina. Tujuan program ini adalah untuk memperkenalkan keindahan alam, budaya, dan teknologi Cina kepada mahasiswa Indonesia (Antara News, 14/5).
Pendidikan Islam dan Loyalitas Negara, Jaminan Kemajuan
Sistem pendidikan yang ideal dibangun dengan sebuah paradigma untuk mengupayakan pendidikan berkualitas yang mudah diakses oleh masyarakat. Output dari pendidikan seperti ini akan memberikan sumbangan besar bagi peradaban. Paradigma yang benar akan menghasilkan kreativitas dalam mewujudkan tujuan pendidikan.
Islam memandang pendidikan dan kebudayaan sebagai pilar penting bagi tegaknya peradaban Islam sekaligus merupakan tulang punggung keberlangsungan hidup manusia. Pola pendidikan yang bersumber dari wahyu ini, menjamin terpeliharanya nilai-nilai kemanusiaan, menjamin akal sehat, dan menenteramkan hati.
Pola pendidikan Islam terus berlangsung hingga berabad-abad lamanya. Dengan ditopang sistem khilafah islamiyah, mengantarkan umat Islam menjadi mercusuar dunia. Corak kehidupannya khas, loyalitasnya untuk ibadah, menyebarkan kemaslahatan tanpa batas waktu dan wilayah. Empat belas abad lamanya Islam menguasai dua pertiga dunia.
Jika hari ini umat Islam identik dengan kemiskinan, kebodohan, ketertindasan, maka itu diakibatkan umat Islam telah terjebak oleh ranjau musuh-musuhnya melalui berbagai bentuk kerjasama internasional di bidang ekonomi, pendidikan, kebudayaan, politik, dll. Para penjajah baik dari timur maupun barat akan terus berupaya agar pemimpin muslim tunduk pada titahnya dan selalu dalam jangkauan hegemoninya.
Jika Menristekdikti menyambut seruan pemerintahan Cina, sama saja dengan menabur garam pada luka yang ada, keterpurukan yang menimpa umat Islam akan semakin parah.
Sudah saatnya mengaplikasikan sistem kenegaraan Khilafah Islamiyah, dengannya Indonesia berpotensi menjadi super power menandingi Amerika dan Cina. Jika mereka kuat dengan potensi berfikir, militer, dan ekonominya, kita bahkan lebih kuat lagi karena bersandar pada kekuatan Allah SWT, Dzat Pemilik, Pengatur, Pengendali alam semesta, manusia, dan kehidupan.
Aulia Rahmah
Aktivis Dakwah Islam, tinggal di Gresik-Jatim