Oleh: Widhy Lutfiah Marha (anggota Akademi Menulis Kreatif)
Negeri maju adalah harapan setiap bangsa, akan tetapi maju tidaknya suatu negara tergantung pada generasinya. Cikal bakal peradaban dibentuk melalui sistem pendidikan. Apa jadinya jika sistem pendidikan suatu Negara diserahkan kepada negara asing dan budayanya ikut-ikutan negara asing? Tentu saja ini akan membuat kemandirian suatu negara tergadaikan, karena dari pendidikanlah segala jenis ilmu bisa ditanamkan.
Seperti dilansir dari (pacitanku.com): ”Sekolah Alam Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur dengan Warraphat School, Hat Yai, Provinsi Songkhla, Thailand menjalin Memorandum Of Understanding (MoU) di bidang pendidikan melalui program "Sister School". Salah satu guru Sekolah Alam Pacitan, Ardika kepada Pacitanku.com pada Minggu (3/3/2019) mengatakan melalui program tersebut, Sekolah Alam Pacitan mengajak siswa siswi kelas 5-6 untuk belajar ke luar negeri. "Kita kesana niatnya mengajak anak-anak untuk belajar, tujuannya itu, dan diperkuat dengan MoU antara sekolah kami dengan Warraphat School Thailand", kata dia.
Disisi lain pemerintah tengah merevisi aturan terkait Kawasan ekonomi Khusus (KEK). Rencananya dalam aturan tersebut akan dibuat intensif untuk menarik pendidik asing mengajar di Indonesia. Hal ini sejalan dengan wacana yang berkembang bahwa pemerintah akan mengimpor tenaga pendidik dari luar negeri.
Jika benar sekolah-sekolah di Indonesia akan kerjasama dengan sekolah asing maka negeri ini harus siap menerima serangan budaya asing. Hal ini sangat mempengaruhi masa depan generasi. Sudah menjadi rahasia umum masuknya orang negara asing ke negeri ini atau dikirimnya pelajar ke negara asing akan membawa pengaruh budaya negatif karena telah jelas budaya barat sangat berbeda dengan budaya ketimuran. Seorang murid adalah hasil didikan dari seorang guru jika gurunya mempunyai budaya liberal sudah pasti mempengaruhi muridnya. Pola pikir liberal tersebut yang akan mempengaruhi peserta didik Indonesia terlebih peserta didik yang belajar di luar negeri. Padahal mayoritas penduduk negeri ini adalah muslim tentu itu sangat bertentangan dengan tujuan pendidikan itu sendiri.
Memang pendidikan negara-negara liberal mengahasilkan banyak generasi cerdas namun minus aqidah. Minus akhlak dan minus pemahaman Islam. Akibatnya banyak generasi yang berperilakau menyimpang, seperti pergaulan bebas , tawuran, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, sex bebas dan lainnya. Kalau pun mereka cerdas namun tidak didiringi dengan ketaatan kepada sang pencipta, sehingga banyak ilmuwan atau pejabat yang berorientasi pada materi semata.
Pendidikan yang berbasis sekuler seperti saat ini semakin terlihat seperti dipisahkannya pendidikan umum dengan pendidikan agama. Kurikulum pendidikan di orientasikan pada pembentukan tenaga kerja murah (buruh) Untuk pelayanan pendidikan mereka harus membayar mahal. Inilah ketimpangan yang nyata. Apalagi sekarang dunia industri membutuhkan SDM yang mengerti tentang RI 4.0 sesuai perkembangan ekonomi yang juga disetir negara produsen. Untuk merealisaikannya Indonesia punya peta jalan making Indonesia 4.0 sehingga dibuka jurusan baru atau materi pelajaran baru termasuk kerjasama antar sekolah atau perguruan tinggi dengan asing. Kelihatannya menguntungkan satu sama lain link and match tetapi yang paling diuntungkan adalah sekolah luar negeri yang jelas dananya ditopang oleh perusahaan besar dari Negara besar. Karena dengan buruh karyawan yang bisa mengerjakan jasa untuk memproduksi barang/jasa yang sesuai kebutuhan pasar Negara itu akan tetap eksis dan makmur.
Selain itu produk sistem pendidikan berbasis sekuler akan menghasilkan generasi brutal. Hampir setiap hari media memberitakan terjadinya kekerasan murid terhadap guru atau sebaliknya, dan kekerasan murid terhadap temannya sendiri bahkan lebih parah lagi penganiayaan orangtua murid terhadap gurunya.
Bagai bom waktu yang akan meledak Indonesia sebagai negara yang mewarisi budaya ketimuran serta memiliki penduduk muslim terbesar di dunia akan kehilangan jati dirinya jika bersikeras melaksanakan rencananya kerjasama dengan sekolah/perguruan tinggi asing yaitu mengimpor guru, dosen serta mengirimkan murid dan mahasiswanya keluar negeri. Karena jika demikian kehancuran generasi tinggal menanti.
Pendidikan Terbaik Hanya Lahir dari Sistem Terbaik
Sistem pendidikan kapitalis sekuler terbukti gagal melahirkan generasi saleh dan bertaqwa sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan jaman dengan keunggulan dibidang sains dan teknologi yang dimiliki.
Membiarkan sistem pendidikan sekuler tetap berkembang sama saja mempertaruhkan generasi dengan rusaknya identitas generasi Islam menjadi manusia sekuler, liberal, permisif, dan penentang Islam.
Oleh karena itu, penyelesaian problem pendidikan yang gagal harus dilakukan secara fundamental. Hal itu hanya dapat diwujudkan dengan melakukan perbaikan secara menyeluruh yang diawali dari perubahan paradigma pendidikan kapitalisme menjadi paradigma Islam. Karena Islam merupakan cara pandang hidup yang benar yang datang dari sang Maha Pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan. Di dalam Islam, sistem pendidikan yang diterapkan adalah sistem yang berasal dari akidah Islam.
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat Al-Dzariat:56; ali Imran: 102).
Pendidikan Islam membentuk syakhsiyah (pola pikir dan pola sikap) Islamiyah pada diri setiap muslim, memiliki tsaqafah Islam yang luas, serta membekali dirinya (peserta didik) dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan.
Konsep dari pendidikan ini hanya bisa dipakai jika Khilafah Islamiyah telah diterapkan, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang bermutu oleh Khilafah hingga memungkinkan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat.
Negara memberikan jaminan pendidikan secara gratis bagi seluruh warganya. Negara juga memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi. Semua fasilitas sarana dan prasarana disediakan oleh negara. penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang bermutu oleh Khilafah hingga memungkinkan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Negara memberikan jaminan pendidikan secara gratis bagi seluruh warganya.
Negara juga memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi. Semua fasilitas sarana dan prasarana disediakan oleh negara. kurikulum pendidikan dan peran negara Khilafah yang sangat baik dalam penyediaan pendidikan telah melahirkan para cendekiawan muslim terdepan di dunia. Karya monumental mereka di bidang agama, filsafat, sains dan teknologi tidak hanya diakui secara internasional; namun juga menjadi dasar pengembangan ilmu dan pengetahuan hingga saat ini. Di antaranya adalah Imam Syafii yang menurut al-Marwadi, karyanya mencapai 113 kitab tentang tafsir, fikih, adab, dan lain-lain.
Inilah Indahnya jika pendidikan Islam mewarnai kehidupan kita dalam bingkai Khilafah Islamiyah dari pada dibalut cengkraman kapitalisme yang telah merusak pendidikan dan gagal melahirkan generasi emas.
Jadi negeri ini tidak butuh sistem pendidikan yang mengimpor atau mengirim peserta didik dan pendidik dari atau ke luar negeri beserta kurikulumnya. Melainkan dengan menerapkan sistem pendidikan Islam yang mensyaratkan kemampuan politik Negara untuk menerapkan Islam secara totalitas dalam seluruh aspek kehidupan dengan menegakkan Khilafah Islamiyah. Karena hanya dengan penerapan Islam sebagai sistem pendidikan terbaik untuk mencetak generasi terbaik.