Oleh: Marsitin Rusdi
Member Akademi Menulis Kreatif.
Ujian bangsa ini tak akan habis bila umat penghuni negeri ini tidak saling berbuat amar makruf nahi mungkar.
Allah memilihkan pemimpin sesuai dengan kondisi penghuni wilayah yang dipimpinnya. Rakyat Indonesia mayoritas muslim tetapi banyak yang tidak menjalankan Islamnya secara kaffah(sempurna). Justru malah memusuhi saudaranya sendiri yang mengajarkan Islam kaffah.
Banyak yang mengaku Islam tetapi tidak mau menerapkan hukum dan aturan Islam. Ketika ada segolongan umat menyampaikan ajaran islam justru malah dikucilkan. Padahal mereka adalah saudara se-akidah. Seharusnya mendukung perjuangan mulia bukan malah nyandungi (menghalangi) seharusnya menjadi air bukan jadi kerikil.
Inilah kenyataan yang ada di negeri Indonesaia ini. Haram jadi halal dan halal jadi haram. Benar disingkirkan, salah diagungkan. Bukan kebenaran yang diperjuangkan namun kenistaanlah yang diperebutkan.
Mereka berebut kursi.
Kursi itu adalah kursi amanah yang seharusnya diduduki oleh wakil rakyat yang tahu kebutuhan umat. Orang berilmu pasti tidak mau berebut. Sebab beratnya perjuangan untuk menegakkan ajaran islam yang mengharuskan amanah, jujur dan adil. Perjuangan menegakkan ajaran Ilahi dalam setiap kebijakan yang disampaikan kepada umat.
Namun tidak begitu sepertinya. Kursi itu adalah kursi pundi-pundi dimana mereka bisa mendulang kenikmatan dunia. Mereka tak berpikir lagi bahwa sesungguhnya kursi jabatan adalah kursi bara api, yang panas yang bisa membakar mereka. Kursi itu mereka gunakan sebagai alat untuk merebutkan proyek untuk diri, keluarga dan golongannya atas nama rakyat. Sekali lagi atas nama rakyat mereka mengambil keuntungan dunia mengalahkan kepentingan akhirat.
Lambang dan simbol Islam sudah mulai dikoyak dan dicabik - cabik dengan opini mereka. Azan panggilan untuk menunaikan kewajiban salat pun ikut dikoyak tidak boleh keras-keras. Barang siapa terganggu dengan suara azan boleh melapor kepada aparat terdekat. Mereka pikir azan itu perintah siapa? Suara azan tak ada hubungannya dengan pemerintahan.
Jadi terlihat seperti main-main mereka mengurus kehidupan di dunia ini. Sesungguhnya, hidup itu untuk mati, maka perbanyak amal untuk bekal mati. Rakyat banyak yang lapar, banyak yang miskin, banyak yang masih menganggur, krisis moral, krisis tauhid, krisis keuangan, krisis pendidikan, krisis ekonomi, krisis pertahanan dan keamanan. Betul-betul krisis multidimensi yang belum tampak penyelesaiannya.
E...malah ngurus volume azan.
Tidak sampaikah pola pikir mereka untuk sampai ke arah lebih baik?
Belajarlah pada sejarah Rasulullah Saw dan para sahabat kalau soal memimpin bangsa memimpin umat. Agar kalian selamat. Bangsa kita mayoritas umat muslim harus mampu membawa kehidupan lebih baik untuk bisa menerapkan hukum Islam. Karena hukum Islam adalah hukumnya Sang Pencipta,yang pasti penuh solusi .
Wallahu a'lam bish shawwab