Kurbankanlah Ismail-Ismailmu



Oleh: Anita S, S.Pd


Hari raya idul adha terkadang disebut juga sebagai idul qurban. Pada hari itu dan 3 hari setelahnya Allah Swt memerintahkan kaum muslim untuk berkurban sebagaimana diperintahkan kepada umat sebelumnya. Allah Swt berfirman:


“Maka shalatlah engkau karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” [TQS. al-Kautsar (108): 2]


“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direjekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya.” [TQS. al-Hajj (22): 34]


Ibadah kurban diawali dengan perintah Allah kepada Nabi Ibrahim melalui sebuah mimpi  untuk menyembelih putra yang sangat dia cintai yaitu Nabi Ismail. Kisah ini diceritakan dalam Alqur’an surat Ash-Shaaffaat ayat 102 – 109 :


“Maka tatkala sang putra itu berumur dewasa dan bisa berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku bermimpi aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”. Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah  kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, Kami berseru dan memanggilnya: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah meyakini mimpi kamu itu. Sesungguhnya demikianlah, Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar merupakan ujian yang nyata. Dan Kami tebus putra itu dengan seekor (kambing) sembelihan yang besar. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. Kesejateraan dilimpahkan atas Ibrahim”. (QS. Ash-Shaaffaat, ayat 102-108).


Berkaca dari kisah Nabi Ibrahim tersebut, kecintaan dan ketaatan seorang hamba kepada Rabbnya terkadang diuji dengan ujian yang tidak masuk akal dan menuntut pengorbanan yang luar biasa dari yang ia miliki. Baik berupa waktu, harta yang ia cintai, kedudukan, pekerjaan, anak-anak yang disayangi, bahkan jiwa-raganya.


Berikutnya tetkala seorang hamba telah membuktikan ketaatan dan kecintaannya, maka Allah ganti dengan sesuatu yang lebih baik, karena sesungguhnya Allah tidak membutuhkan harta duniawi yang kita kurbankan. Allah hanya membutuhkan bukti cinta dan ketaatan seorang hamba kepadaNya. Allah Swt berfirman:


"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Al-Hajj: 37).




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak