Kontroversi Film Dua Garis Biru, Bukan Sekedar Kebablasan



Oleh : Mega Rahayu N
Aktivis Mahasiswa

Perkembangan sains dan teknologi di era modern saat ini memang tidak dapat dicegah, Bahkan terus berke,bang di tiap detiknya, dan kemajuan sains teknologi ini terus dibutuhkan karena semakin maju suatu negara maka secara tak langsnung negara tersebut juga di tuntut untuk menggunkan sains dan teknologi dalam segala urusannya. 
Ketika berbincang-bincang masalah sains dan teknologi maka yang contoh paling mudah adalah melihat perkembangan dunia telekomunikasi yang ada. Ambil contoh saja di tahun 1990an, dimana dulu sumber informasi sangat terbatas sekali. Masih melekat diingatan dulu yang punya TV itu seRThanya satu orang jadi bisa ditebak pasti yang punya TV setiap sore rame banget rumahnya. teringat juga dulu waktu belum ada telepon, ketika ingin menghubungi saudara jauh ya jalan satu-satunya ya pergi ke wartel. Akan jauh banget ketika disandingkan sekitar 10tahun terakhir dimana zaman bahkan anak batita saja mainnya HP, Notebook dll yang intinya mereka bebas mengakses internet dan Youtube.
Tak dapat di[pungkiri bahwa semua hal itu pasti mempunya dampak positif dan negative, terlebih kemajuan sains dan teknologi ini. Maka penting banget sebenarnya sebagai generasi zaman sekarang untuk memnafaatkan media yang ada untuk kebaikan. Nah salah satu kemajuan sains dan teknologi saat ini yang semakin berkembang pesat adalah yang berbau video atau film. Yaps, sebuah media yang berupa audio dan rekam gerak yang dibuat semenarik mungkin yang dengan media ini orang dapat menyampaikan gagasannya kepada orang lain. Setiap tahun dinegara ini sudah pasti akan bermunculan film bary yang diproduksi sebagai media hiburan publik. Tetapi sangat disayangkan ketika tayangan yang disuguhkan tidak berbobot bahkan dapat merusak mental para penikmatnya. 
Seperti yang kita akhir akhir ini sedang menjadi pembicaran banyak orang. Film yang berjudul "Dua Garis Biru". Salah satu film gang di sutradarai oleh Ginarri S Noer ini mengisahkan sepasang remaja yang melampaui batas dalam berpacaran sehingga berakhir pada pernikahan dini. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (BKKBN) Dwu Listyawardanu mengatakan bahwa film tersebut bisa menjadu edukasu kesehatan reproduksi kepada remaja yang menontonnya (27/6/2019). 
Menurut Dwi menyampaikan sosialisasi kesehatan reproduksi,perencanaan kehidupan, dan nilai lainnya kepada remaja tepat jika disajikan dalam bentuk film. Akan tetapi apakah remaja tersebut mampu menerima maksud dan tujuan film ini dengan tepat, sedangkan minim sekali akan ilmu agama ? Bahkan bisa jadi bukan sisi posirif yang mereka pikirkan dan dapatkan tetapi yang mereka rekam adalah adegan yang dijadikan media edukasi. Sebagai mana petisi yang digagas oleh gerakan Profesionalisme Mahasiswa Keguruan Indonesia (Garagaraguru) di change.Org. mereka menilai ada beberapa trailer yang menunjukkan situasi pacaran remaja yang melampaui batas yang hal ini dapat mempengaruhi masyarakat. detikHot, Rabu (1/5/2019) 
Petisi tersebut telah ditandatangani oleh 158 orang, yang dimana sejumlah netizen sangat menyayangkan adanya petisi uni padahal film tersebut belum ditayangkan sehingga tidak bisa melihat secara utuh pesan yang akan disampaikan. Tetapi jika hal ini dibiarkan begitu saja sangat mustahil apabila kita ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045. Hal ini terjadi karena generasi muda kita telag diracuni dan disuguhi tontonan yang menjerumuskan kepada perilaku amoral. 
Ya salah satu penyebab hal ini terjadi adalah Sistem liberal, sebuah system yang mengagungkan kebebasan, sehingga pembuatan film dijadikan bisnis yang menguntungkan, dibuat dengan judul dan trailer yang "mejual". Mereka mempengaruhi melalui media, agar berfikir sama seperti mereka, untuk setuju dengan ide mereka. Sehingga tercipta sebagai pembela mereka. Dan sangat disayangkan, jika umat islam saat ini tidak mau memakai aturan islam, yang dimana islam memiliki aturan terbaik dan solusi untuk kehidupan. Islam sangat detail mengatur pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Dari ikhtilat sampai khalwat, dari jual beli sampai sex. Sehingga umat islam tidak secara langsung memakai aturan barat yang bertolak belakang dengan aturan islam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak