By : Messy
(Member Penulis Ideologis)
Lagi, lagi dan lagi, perfilman Indonesia kembali menjadi buah bibir masyarakat. Sebelumnya, yang memicu geger adalah film "Kucumbu Tubuh Indahku" yang sarat dengan konten L96T. Kini, muncul lagi film "Dua Garis Biru" yang sarat dengan konten liberal. Sebab, film yang berkisah tentang pergaulan bebas dua remaja berseragam putih abu-abu yang mengaplikasikan adegan married by accident (MBA).
Gerakan Profesionalisme Mahasiswa Keguruan Indonesia (Garagaraguru) berinsiatif membuat petisi di change.org. Mereka beranggapan bahwa cuplikan di trailer film tersebut melakukan aktivitas pacaran diluar kontrol. Mereka berdalih, tontonan tersebut memberi efek yang buruk bagi masyarakat, terutama remaja untuk berbuat hal yang serupa. Dikutip dari detik.com pada tanggal 1 Mei 2019.
Terciptanya film yang tak sesuai dengan norma agama dan susila terkhususnya aturan Islam yang tidak terpisahkan dari sistem yang diterapkan saat ini. Sistem demokrasi yang menuhankan materi. Berprinsip bahwa segala sesuatu dilakukan hanya untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya (uang). Menjadikan dunia entertainment sebagai wadah menumpuk pundi-pundi rupiah seluas-luasnya.
Tanpa memperhatikan rambu-rambu syariat. Yang terpenting bisa meraup materi sebesar-besarnya. Maka mereka senantiasa meluncurkan hiburan-hiburan untuk melanggengkan kuku-kuku mereka. Tak berhenti disitu, sistem kemasyarakatan yang mengagungkan peradaban Barat. Senantiasa membebek dengan apa yang diproduksikan oleh kafir penjajah. Gaya hidup glamor dan serba boleh, itu yang dibanggakan.
Sayang seribu sayang, life style liberalis kian gencar merasuki pemikiran generasi milineal yang tak mampu ditebas oleh penguasa. Pemerintah ibarat "setan bisu" dalam merangkul generasi milineal. Tak ada hukum yang mampu membelenggu tersangka kriminalitas, yang tetap mengkukuhkan eksistensi penjahat.
Asas sekularisme yang menjadi pilar sistem demokrasi mengundang banyak kemaksiatan untuk datang bertamu. Sebab, masyarakat tak memiliki panduan agama untuk melakukan tindakan. Sehingga rambu-rambu syariat ikut ditabrak. Lalu terbentuklah masyarakat yang nihil kepribadian agama dan kosong akhlak mulia.
Sistem Islam, sebagai aturan hidup yang bersumber dari Sang Pencipta. Mengatur seluruh aspek kehidupan tanpa terkecuali sedikitpun. Termasuk mengatur tentang dunia entertainment sebagai wasilah menyampaikan kebaikan dan kebenaran Islam. Mengenai sex education dalam Islam juga tak luput dari pembahasan.
Poin-poin penting sex education dalam Islam sudah diajarkan sedari kecil. Ini diambil dari tulisan seorang Psikolog Pemerhati Masalah, Anak dan Remaja, Zulia Ilmawati dalam buku Pendidikan Seks Untuk Anak-anak, antara lain:
1. Menanamkan rasa malu pada anak
2. Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak perempuan.
3. Memisahkan tempat tidur mereka
4. Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu)
5. Mendidik menjaga kebersihan alat kelamin.
6. Mengenalkan mahram-nya.
7. Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata.
8. Mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilât.
9. Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat.
10. Mendidik etika berhias.
11. Ihtilâm dan haid.
Selain itu, fungsi daulah Islamiyyah untuk menyeleksi segala tontonan yang akan dipublikasikan dalam lingkungan masyarakat. Daulah mampu memposisikan diri sebagai pengendali peluncuran film lokal dan penyaring film internasional agar tak menempatkan tempat di hati masyarakat. Semua itu akan terealisasi jika aturan Allah diterapkan dalam naungan daulah Islamiyyah.
Wallahu A'lam Bishowab.