Ketika "Terkontaminasi Virus Merah Jambu"






Oleh : Lilik Yani

Pandangan teman-teman remajaku, ketika kita sudah mengalami haid. Pertanda sudah dewasa, boleh menentukan pilihan sendiri. Bebas memutuskan suatu perkara, tanpa harus minta ijin kepada orang tua.
Ah, benarkah? Mungkin hanya sebuah pembenaran atas perilakunya yang menuntut kebebasan. 

Bisa saja karena teman-teman kurang mendapat pengawasan dari orang tuanya. Bapak ibunya sibuk bekerja hingga mereka kurang mendapat perhatian orang tua. Hingga mereka bebas bermain kemana saja dan dengan siapa saja. Dan orang tua mereka juga terlalu percaya pada anak-anaknya. Bagi mereka, yang penting anak-anak sudah dicukupi kebutuhannya. 
Sementara keluargaku, ayah bunda selalu memantau pertumbuhan anak-anaknya. Dengan siapa kami berteman, kemana saja pergi harus berpamitan. Minta ijin kepada ayah bunda disertai alasan yang jelas. Jadi ada komunikasi antara anak dan orang tua. 

Kebetulan kami juga jarang keluar rumah kalau tidak urusan sekolah, seperti mengerjakan tugas kelompok, ekstra kurikuler, menjenguk teman atau guru yang sakit, dan hal lain yang masih ada kaitan dengan sekolah. Dan ketika keluar rumah pun tidak lama. Selesai urusan segera pulang, agar tidak menjadi pikiran orang tua.

*****

Interaksi dengan teman sebaya, ternyata bisa menumbuhkan rasa cinta. Naluri manusia yang kurang disadari dari mana datangnya, sehingga rasa itu ada. Aku pribadi, senang berteman dengan teman-teman yang pintar untuk menjadi motivasi belajar dan berlomba meraih juara kelas. Tidak lebih dari itu. Hehe.

Ternyata ada teman laki-laki yang memberi perhatian lebih padaku. Ia memberikan sebuah hadiah khusus buatku. Saat itu kebetulan aku menjadi juara kelas. Yach, kupikir hadiah biasa. Kotak seukuran buku. Ah, paling hadiah buku. Karena teman-teman tahu, aku suka membaca buku. Terutama buku tentang Islam atau yang berkaitan dengan muslimah.

Sedikit terkejut, tapi ya sudahlah. Hadiah berbungkus warna pink itu aku masukkan ke dalam tas. Sampai rumah aku juga langsung mengerjakan aktivitas lain. Ada janji mengantar adik, mau menjenguk teman yang sakit. Jadi belum sempat membuka hadiah dari teman lelaki itu, karena adikku sudah menunggu.

Jelang maghrib kami sudah kembali di rumah. Seperti biasa, kami persiapan sholat maghrib berjamaah di rumah. Kebetulan ayah belum pulang kerja. Kata bundaku, ayah lembur akhir bulan.

Jadilah kami bertiga sholat maghrib berjamaah di rumah. Selesai sholat kami tilawah  sebentar dilanjut obrolan santai. Kali ini adikku tidak bisa bergabung karena sudah ditunggu temannya untuk mengerjakan tugas sekolah. Jadi tinggal aku sama bunda. Lalu  bundaku mengawali cerita.

"Anakku, tadi sore saat kalian pergi. Ibu ke kamarmu untuk menutup jendela. Karena sudah sore dan anginnya cukup kencang. Tak sengaja bunda melihat bungkusan kado warna pink yang menyembul dari tas kamu. Bunda penasaran, tapi tidak berani mengambil. Makanya Bunda konfirmasi padamu. Kado dari siapa itu, Nak?" tanya Bunda

"Oh iya Bunda, ada teman yang kasih hadiah tadi siang di sekolah. Aku belum sempat bercerita sama bunda karena tadi sudah ditunggu adik yang minta ditemani mau menjenguk teman sakit. Ehm, emang ada apa, Bunda?" Kata bunda kok penasaran. Jawabku sambil bertanya balik.

"Hadiah apa sayang? Kamu kan tidak sedang berulang tahun hari ini?" tanya bunda.

"Iya, Bunda. Aku tidak ulang tahun. Kata temanku, hadiah karena aku juara kelas di semester ini." jawabku santai.

"Oh, emang ada ya, tradisi berbagi hadiah saat kenaikan kelas seperti ini?" tanya Bunda makin penasaran

"Tidak ada tradisi sih, Bunda. Tapi aku tidak tahu, mengapa dia kasih hadiah padaku? Katanya sih, sebagai ucapan terimakasih karena aku sudah meminjami buku soal-soal latihan. Sehingga dia juga mendapat juara kelas. 

Kebetulan dia dari kelas lain, Bunda. Jadi kami tidak satu kelas. Tapi kadang belajar dan diskusi bareng di perpustakaan. Bersama teman-teman lain juga." jawabku sambil menenangkan bunda biar tidak khawatir.

"Ehm, yang kasih kado itu teman laki apa perempuan, Nak?" tanya Bunda membuatku terkejut.

"Teman laki, Bunda." jawabku singkat.

"Ohh.." Bundaku mengambil nafas panjang.

"Emang kenapa, Bunda?"tanyaku memperjelas

"Anakku, apakah sudah kamu buka kado itu?" tanya Bunda.

"Belum, Bunda." jawabku.

"Coba kamu buka. Apakah isinya? Ada tulisan apa? Mungkin ada surat yang disertakan?" perintah Bunda.

Aku bergegas ke kamar mengambil tas berisi kado pink yang menyembul keluar. Aku bawa ke hadapan bunda. Lalu aku buka. Isinya sebuah buku warna pink judulnya Yuk Berhijab karya Ustadz  Felix Y. Siauw. Di dalamnya terselip kertas pink yang terlipat. Ada tulisan singkat yang isinya antara lain, sebuah hadist " Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah."
Dan ada tulisan "Aku mencintaimu karena Allah". 

"Ini bunda isi hadiah dan pesan singkatnya," jawabku dengan sedikit takut kalau bunda marah.

"Anakku. Ada nada cinta yang disertakan dengan pemberian kado ini. Ada warna pink, ada perhatian dan harapan, juga terselip ucapan cinta. Bagaimana perasaanmu kepadanya?" tanya Bunda menyelidik.

"Aku hanya menjawab dengan senyuman. Dalam hati aku berfikir, sebenarnya semua teman sama, semua baik. Cuma dia menunjukkan perhatian lebih. Kukira sih, karena dia baik saja. Apalagi dari sisi agama, dia lebih menonjol daripada semua teman lainnya. Jadi aku tak mau menunjukkan sikap berlebih, tetap sewajarnya saja."

Lalu bundaku melanjutkan bicara, membuyarkan lamunanku.
"Anakku, tiada yang salah dengan cinta. Karena itu naluri yang diberikan Allah untuk semua manusia. Hanya saja, harus tepat waktunya. Ketika pasangan laki dan perempuan sudah siap menikah, maka sewajarnya tumbuh rasa cinta. Tetapi untuk kalian yang masih remaja. Masih perlu banyak belajar dan menuntut ilmu yang tinggi."

"Jadi pesan Bunda, tetap jalin pertemanan saja. Dalam Islam diatur tentang pergaulan antara lelaki dan perempuan. Tidak boleh ada khalwat atau berduaan, baik di tempat sepi atau di tempat umum. Juga tidak boleh ada ikhtilat atau bercampur baur antara lelaki dan perempuan."

"Saran Bunda, untuk mengendalikan rasa cinta, agar tidak berlanjut, maka kalau belajar kelompok sesama perempuan saja. Dan tidak boleh ada janji bertemu berdua, walau kalian di tempat umum."

"Bunda, masalahnya yang pintar itu teman lelaki. Kalau perempuan semua, tidak ada yang bisa memecahkan soal-soal sulit, bagaimana?" sela-ku.

"Anakku, kalau ada niat dan tekat kuat, InsyaaAllah bisa. Allah akan memberi kemudahan. Kalaupun terpaksa tidak bisa, silahkan bertanya kepada guru yang ahli mengajarkan. Murni karena tugas guru menjelaskan murid hingga paham." jawab bunda.

"Bunda, kalau teman-teman tidak mau, bagaimana? Karena biasanya kelompok belajar itu gabungan laki-laki dan perempuan," bantahku.

"Anakku, coba jelaskan dulu kepada teman-temanmu. Maksud dan tujuan apa? Bagaimana  Islam mengatur pergaulan laki dan perempuan, ketika mereka sudah baligh. Pena Allah sudah berjalan, maka setiap amal kalian akan diperhitungkan dan dimintai pertanggungjawaban. Maka kalian harus berhati-hati."

"Semoga mereka bisa paham dan mau taat kepada aturan Allah. Doa bunda mengiringi setiap langkah
 kalian. Yang penting kalian fokus belajar dulu. Belajarlah sebanyak-banyaknya ilmu. Baik ilmu agama maupun ilmu dunia." 

"Anakku, jika kalian ingin sukses di dunia maka tempuhlah dengan ilmu. Jika ingin sukses di akherat maka tempuhlah dengan ilmu
 Jika ingin sukses di dunia dan di akherat maka tempuhlah dengan ilmu. Itu artinya, begitu pentingnya belajar tentang ilmu apapun, demi meraih sukses di dunia hingga akherat."

"Bagaimana, Nak. Apakah bisa menangkap dan memahami maksud Bunda?" tanya Bunda setelah menjelaskan panjang lebar tentang pergaulan dalam Islam.

"Iya, Bunda. Saya paham." jawabku.

"Oya, Nak. Kalau melihat judul buku hadiah temanmu tadi. Rasanya dia ingin menasehatimu agar berhijab lebih baik," kata Bunda menambahkan pesan.

"Maksudnya apa, Bunda?" tanyaku penasaran

"Anakku, setiap muslimah yang sudah baligh, diwajibkan untuk memakai jilbab dan kerudung yang syar'i, " jawab Bunda.

"Lho, apakah aku belum jilbab syar'i ya, Bunda." Kataku sedikit membela diri.

"Anakku, perlu diluruskan tentang definisi jilbab dan kerudung. Orang umum menganggap bahwa jilbab itu kerudung. Padahal jilbab itu bajunya, Nak. Baju lurus seperti terowongan panjang, lebar, tidak terputus.  
Sedangkan kerudung, kain yang menutupi kepala hingga menutup dada. Jadi yang kalian pakai setiap hari masih kurang tepat. Saatnya memperbaiki ya, Nak. Karena kamu sudah baligh. Jadi harus berupaya memperbaiki jika ada amal yang kurang sempurna."

"Anakku, masih ingat tetang visi keluarga kita? Mari saling mengingatkan, amar ma'ruf nahi munkar. Selalu dalam ketaatan kepada Allah di seluruh aspek kehidupan. Karena kita sekeluarga mempunyai visi besar, berkumpul di surga bersama seluruh keluarga, diiringi Ridlo Allah. "

"Baik, Bunda. Saya masih ingat. Saya akan berupaya sungguh-sungguh untuk menyempurnakan ketaatan, Bunda. Terimakasih banyak atas penjelasannya. InsyaAllah akan saya sampaikan teman-teman di sekolah besok. Semoga teman-teman bisa memahami dan mau merubah diri menuju Islam yang benar.
Mohon doa restu, ya Bunda."
Ucapku penuh harap.

"Iya, Nak. Doa Bunda selalu mengiringi setiap langkah kalian. Semoga Allah meridloi. "

"Aamiin yaa Allah, " jawabku mantap.

*****

Lagi-lagi aku harus bersyukur memiliki keluarga yang berjuang dalam ketaatan. Ilmu agama yang minim, tapi jika terus mengkaji Islam maka akan semakin bertambah. 

Makanya tidak ada alasan untuk malas belajar. Banyak ilmu yang belum aku pahami. Termasuk tentang jilbab dan pergaulan dalam Islam. Tugasku untuk menyampaikan kepada teman-teman sekolah besok.

Bagi yang pacaran, semoga bisa memilih putus demi ketaatan kepada Allah. Bagi yang sedang jatuh cinta, semoga bisa mengelola rasa itu, hingga pada saatnya. Bagi diriku yang terkontaminasi virus merah jambu, semoga bisa mengendalikan hati dan menempatkan rasa itu pada tempat yang agung nantinya.

Yang penting sekarang, kami waktunya belajar sebanyak-banyaknya ilmu. Demi meraih kebahagiaan dunia dan akherat, dimana keduanya harus ditempuh dengan ilmu yang benar.
Semoga Allah selalu membimbing setiap langkah dan meridloi perjuangan kami. InsyaAllah

Wallahu a'lam bisshowab









Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak