Oleh : Lilik Yani
Perjalanan pulang ke kampung halaman
Tanah gersang, sawah ladang kering kerontang
Daun-daun kering berjatuhan
Hutan gundul tak ada penghijauan
Sungai-sungai kering bak tanah lapang
Jadi lahan permainan anak-anak tersayang
Umat kesulitan mencari air kehidupan
Karena sumur pun tak keluarkan sumber airnya
Rakyat mengeluh pasrah
Negerinya alami kekeringan
Mau salahkan siapa?
Alam tak bersahabat dengan manusia?
Ahh, jangan salahkan alam
Rakyat bergerak
Berduyun-duyun mendatangi pompa sawah
Mohon kerelaan para tuan sawah
Minta air bersih se-wadah
Duhai pemimpin budiman
Di mana kalian berada?
Rakyatmu mengalami kekeringan
Kesulitan mendapat air kebutuhan vitalnya
Mandi, masak, mencuci pakaian
Jalan jauh hanya dapatkan air tak seberapa
Peluh membasahi tubuh kurusnya
Demi mendapat air bersih tuk keluarga
Rasa penat, kaki bengkak tak dihiraukannya
Duhai pemimpin, rasakan keluhan rakyat
Kalian tinggal di kota tak rasakan derita umat
Buka kran PDAM air mengucur deras
Kau gunakan hingga tumpah ruah
Coba sisihkan untuk umat
Kirimkan air bersih ke desa alami kekeringan
Untuk solusi sementara
Lalu pikirkan solusi panjangnya
Kudengar pemerintah adakan proyek hujan buatan
Seberapa besar keberhasilan
Sebanyak apa biaya dikeluarkan
Demi sebuah proyek skala besar
Duhai pemimpin budiman
Mengapa tak memilih jalan Tuhan
Ajak umat datangi Sang Pengendali kehidupan
Tunduk sujud mohon ampunan
Berdoalah dengan khusyu' mohon pertolongan
Kemarau panjang akibat kesalahan
Memotong hutan tanpa perhitungan
Tak siapkan penghijauan
Hingga tak ada air resapan
Yach, segeralah bertaubat
Mohon ampun atas semua kesalahan
Raih kembali berkah dan kasihsayang
Hingga Allah berkenan turunkan hujan
Hujan penuh rahmah
Bukan hujan buatan
Bukan pula hujan pembawa musibah
Namun hujan yang diridloi Allah
Ngawi, 27 Juli 2019
#HabitsMenulisPuisi30Hari
#KemarauNegeriku