Oleh : Netty Susilowati
“Dan di antara tanda-tanda kebesaranNya) ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir” TQS Ar Rum 21
Suami isteri adalah sahabat dalam keluarga. Yang saling mengisi, mendukung dan menenangkan pasangannya. Yang selalu siap membela dan memberikan solusi atas persoalan yang ada. Sehingga masalah yang ada tidak akan sampai keluar rumahnya, atau dicurhatkan pada lawan jenis yang bukan pasangan halalnya.
Rasullah adalah teladan mulia. Bahkan pada masalah rumah tangganya. Lihatlah bagaimana eloknya sikap Rasulullah dan juga isteri-isterinya. Pada saat perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah ditemani isteri beliau, Ummu Salamah (Hindun binti Hudzaifah). Perjanjian Hudaibiyah ini meski sudah ditanda tangani oleh Rasul, membawa amarah, kebencian dan penyesalan dari para sahabat beliau, yang menilai perjanjian ini merugikan kaum muslim. Mereka tidak terima dengan berbagai syarat yang telah disepakati pada perjanjian ini.
Rasulullahpun gundah. Beliau tidak menyangka para sahabat berani melawan perintahnya. Dalam kondisi sedih, gundah gulana, tempat mengadu satu-satunya adalah isteri yang setia menemaninya. Rasulullah menceritakan perilaku para sahabat kepada Ummu Salamah. Dengan bijak dan lembut, Ummu Salamah berkata kepada Rasulullah :
“Wahai Rasulullah kaum Muslimin tidak akan menentangmu. Sesungguhnya mereka sangat bersemangat untuk berperang karena agama dan iman mereka kepada Allah dan risalahmu. Karena itu bercukurlah dan bertahalullah , niscaya engkau akan menemukan kaum muslimin mengikutimu. Kemudian kita kembali ke Madinah bersama mereka.”
Rasulullah pun keluar menemui kaum muslimin. Beliau kemudian mencukur rambut sebagai penutup umrah. Jiwanya penuh dengan ketenangan dan ridha. Ketika kaum muslimin melihat Rasulullah tetap tenang, mereka ikut mencukur rambut dan kembali ke Madinah.
Rasulullah memilih tempat mengeluh yang tepat yaitu isterinya. Demikian pula Ummu Salamah mampu berperan secara bijak dalam memberikan solusi atas masalah yang dihadapi suaminya. Bukan semakin melemahkan justru semakin menguatkan.
Inilah keluarga teladan mulia. Saling menguatkan dalam setiap masalah yang ada. Bijak menyikapi setiap suasana. Keluarga yang dibangun berdasarkan kesiapan mental keduanya. Bukan berstandartkan atas usia.