Oleh : Aisyah Al -Insyirah
Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengalami kekeringan, terjadi kekeringan terbilang panjang dan ekstrem. Peringatan itu disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berdasarkan hasil monitoring hari tanpa hujan (HTH). Beberapa daerah di Jawa mengalami kekeringan antara lain Sumedang, Gunungkidul, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Gresik, Tuban, Pasuruan, dan Pamekasan.
Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Kementerian Pertanian (Kementan) mengantisipasi ancaman kekeringan dengan menyiapkan sumur-sumur dan mobil tangki. Hal yang sama disampaikan Kementan yang mengaku sudah beberapa tahun belakangan membekali kelompok tani dengan pompa..
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono memastikan bahwa pemerintah selalu melakukan antisipasi karena kekeringan hampir tiap tahun terjadi. Untuk musim kekeringan sekarang ini telah disiapkan balai-balai (Sumber : https://ekbis.sindonews.com/waspadai-ancaman-kekeringan-ekstrem).
Adapun untuk lahan kering yang berlokasi jauh dari sungai, menurut Sarwo Edhy petani dapat memanfaatkan sumber air permukaan. Beliau menjelaskan sumber air permukaan tersebut perlu diukur terlebih dahulu tingkat kemampuannya untuk kemudian baru dapat diinventarisasi ke beberapa lokasi titik lahan yang terdampak kekeringan. Dalam kurun empat tahun terakhir, Kementan telah mengalokasikan sekitar 200.000-an pompa dengan berbagai jenis ukuran. Adapun wilayah-wilayah yang terdam pak kekeringan lahan yang belum memiliki pompa diimbau segera mengajukan kepada dinas pertanian di wilayah masing-masing.
Upaya Pemerintah setempat guna mengantisipasi kekeringan selama tiga tahun terakhir telah membangun banyak infra strukturair. Sebanyak 3 juta hektare. Infrastruktur air telah dibangun selama tiga tahun terakhir dan yang diharapkan dapat meminimalisasi dampak kekeringan di areal pertanian. Tapi nyatanya belum terlihat itu solusi yang totalitas menyelesaikan kekeringan.
Sebenarnya ancaman kekeringan bukan sekedar fenomena alam. Tapi memang ada yang salah dengan paradigma pembangunan. Pembangunan sekuler kapitalistik, cenderung rakus dan merusak, salah satu dampaknya adalah kekeringan. Aktivitas manusia dapat secara langsung memicu kekeringan, seperti irigasi besar-besaran dan intensifikasi pertanian dalam skala luas, pembalakan hutan dan erosi yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kemampuan lahan untuk menangkap dan menahan air.
Firman Alloh Ta'ala yang artinya "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu,"(TQS. Al-Hadid Ayat 20). Alam diciptakan untuk memberi kebaikan bagi manusia, asal manusia tunduk memelihara sunnatullah dlm pengelolaan alam.
Penerapan syariah dalam seluruh aspek kehidupan (pembangunan berbasis aqidah) menjamin kehidupan penuh berkah. Kebaikan alam semesta akan dirasakan manusia dan makhluk hidup lainnya. Firman Alloh ta'ala yang artinya " Dan jika sekiranya penduduk negeri-negeri) yang mendustakan (beriman) terhadap Allah dan rasul-rasul mereka (dan bertakwa) tidak kafir dan maksiat (pastilah Kami akan melimpahkan) dengan dibaca takhfif dan tasydid (kepada mereka berkah dari langit) dengan melalui hujan (dan bumi) dengan melalui tetumbuhan (tetapi mereka mendustakan) rasul-rasul (maka Kami siksa mereka) Kami hukum mereka (disebabkan perbuatan mereka sendiri) (TQS al a'raf : 96).
Wallohu A'lam Bishowab