Kekeringan : Kapitalisme Biang Keladinya, Islam Solusinya




Oleh: Kareema Syaheeda

Musim kemarau di wilayah Jawa Tengah diprediksi bakal terjadi pada September – November 2019 mendatang dan instansi terkait mulai memetakan daerah-daerah yang berpotensi menghadapi kekeringan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah memperkirakan puncak musim kemarau di Jateng akan terjadi September hingga November 2019 mendatang.(Kampusnesia.com 16/7/2019)

Dibanding dengan kabupaten lain di Jawa Tengah, Kabupaten Purbalingga mungkin menjadi kabupaten yang paling luas terkena dampak kekeringan. Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Purbalingga, Muhsoni, menyebutkan hingga akhir Juli ini, sudah ada 34 desa yang terdampak kekeringan.

"Mungkin dibanding kabupaten lain di eks Karesidenan Banyumas, jumlah desa terdampak dan jumlah pengiriman air bersih di Purbalingga menjadi yang paling tinggi hingga saat ini," jelas Muhsoni. (Republika.co.id 25/7/2019)

Dampak kemarau sudah banyak dirasakan masyarakat hingga mengganggu kehidupan dan mata pencaharian.

Sebagian masyarakat sudah menjerit kekurangan air bersih lantaran sumur-sumur dan mata air kering. Sawah-sawah kering kerontang hingga petani terancam gagal panen.

Kaum peternak pun ikut kebingungan. Persediaan pakan semisal rumput hijau berkurang karena kekeringan.

Air bukan hanya sumber kehidupan bagi manusia, namun juga tanaman dan hewan. Oleh karenanya keadaan kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan perlu disikapi serius dan waspada. 

Butuh Sikap Serius Mengatasi Kekeringan

Dari tahun ke tahun, kondisi kekeringan efek dari musim kemarau mengalami durasi, frekuensi, dan cakupan wilayah kekeringan, besarnya kerugian dan jumlah korban yang meningkat.

Ironisnya, perhatian dan antisipasi pemerintah dan masyarakat tidak proporsional. Penyelesaian kekeringan masih bersifat reaktif, temporer, ad hoc, parsial, dan berorientasi proyek. Pendekatan penanggulangan kekeringan tidak berubah dari waktu ke waktu: pemberian air bersih, bantuan pupuk, pompa, benih, pengadaan traktor, program padat karya, dan rehabilitasi sarana irigasi. Seolah-seolah masalah tidak berubah.

Kekeringan juga hanya membuat sadar saat tiba. Namun, ketika berlalu, kekeringan dengan mudah dilupakan sehingga masalah esensialnya tidak pernah dan tak akan pernah diselesaikan.

*Upaya Preventif Seharusnya Diutamakan*  

Tindakan preventif harus dilakukan saat musim penghujan, dengan melakukan penabungan air dan memelihara sumber mata air. 

Kemudian ketika musim hujan tiba, air hujan dapat ditampung ke tempat penampungan, sumur, lubang-lubang biopori, telaga, atau danau akan memberikan cadangan air yang mencukupi bagi warga saat terjadinya kekeringan. Secara teori upaya-upaya pencegahan tersebut seharusnya dapat dilakukan. Andai saja pemberi kebijakan menangani kekeringan ini secara serius.

Kapitalisme Akar Persoalan Kekeringan

 Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, melalui Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata menargetkan angka kunjungan wisatawan pada tahun 2019 sebanyak 3,9 juta orang. (Antaranews Jateng.com 12/7/2019)

"Sebenarnya di dokumen rencana pembangunan jangka menengah darrah sebanyak 2,6 juta namun dinas menargetkan 3,9 juta wisatawan pada tahun 2019 ini," kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Purbalingga Prayitno.

Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, mematok target pendapatan Goa Lawa Purbalingga (Golaga) sebesar Rp5 miliar. Angka tersebut diharapkan tercapai sebelum libur akhir tahun 2019. (Gatra.com 12/7/2019)

Jika kita telaah basis dari  pengembangan wisata alam adalah upaya untuk menarik investasi. Hal itu sama artinya bahwa tujuan akhir dari semua kebijakan selalu kembali kepada uang yang menjadi ciri khas dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme. 

Sistem kapitalisme yang berasal dari Aqidah sekulerisme meniscayakan segala potensi hutan dikelola secara komersial berbasis investasi tanpa memperhatikan efek buruknya. 

Sistem Islam Mengatasi Kekeringan

Sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sumber daya air yang melimpah. Berikut mekanisme daur air agar air lestari bagi kehidupan. Tidak hanya itu, Allah SWT juga menciptakan keseimbangan pada segala aspek yang dibutuhkan bagi keberlangsungan daur air. Mulai dari hamparan hutan, iklim, sinar matahari, hingga sungai danau dan laut.

Namun, hari ini keseimbangan alamiah tersebut dirusak karena keserakahan manusia. 

Allah SWT telah mengingatkan kita, “Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan oleh perbuatan tangan manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (TQS 30:41). 

Adapun sistem pemerintahan Islam memiliki strategi yang khas dalam mengatasi Kekeringan. Strategi tersebut bersifat teknis akademis dan non akademis. 

Secara teknis akademis diantaranya:
1. Negara bersama masyarakat membangun dan merehabilitasi memelihara jaringan irigasi. 
2. Negara bersamamu masyarakat membangun dan merehabilitasi konservasi lahan dan air termasuk hutan lindung dan daerah resapan air agar tetap pada fungsinya.
3. Negara senantiasa mengembangkan sains dan teknologi untuk mengantisipasi dan mengatasi kekeringan dampak dari musim kemarau.
4. Negara memberikan sarana produksi dan bantuan bahan makanan pokok bagi masyarakat yang terdampak kekeringan.
5. Negara melarang privatisasi sumber daya alam yang merupakan kepemilikan umum. 

Adapun strategi non akademis yang dilakukan adalah mengembalikan semua urusan kepada Allah Sang Pencipta. 
Kekeringan yang terjadi saat ini bisa saja merupakan, teguran, peringatan, atau bahkan azab dari Allah SWT agar kitamengintrospeksi diri apakah selama ini kita melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, atau kita berdiam diri terhadap  perbuat kemaksiatan yang terjadi di hadapan kita.

Oleh karena itu Khalifah sebagai perisai dan pelindung umat, akan memimpin seluruh rakyatnya untuk berdoa dan memohon kepada Allah SWT, dengan mendekatkan diri kepadaNya, meninggalkan kemaksiatan dan menutup tempat-tempatnya, baik melalui shalat istisqa’, anjuran untuk berdoa dan mendoakan di hari, waktu dan tempat yang mustajab agar Allah menurunkan hujan untuk kemaslahatan umat.

Kejadian seperti ini telah digambarkan oleh Allah Subhanahuwata'ala dalam Q.S Al-A'raf : 96  "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat kami maka siksa mereka Sesuai dengan yang telah mereka kerjakan."

Dari penjelasan ayat di atas jika suatu Negeri beriman dan bertakwa, maka Allah akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi berupa hujan dan tumbuh-tumbuhan yang subur.  Jika bersyukur Allah akan tambah nikmat namun jika kufur atas nikmatnya bahkan mendustakan atau mengingkarinya maka tunggu azab dari Allah yang sesuai dengan yang mereka kerjakan. Hujan adalah nikmat dari Allah, nikmat Allah tidak akan diangkat kecuali disebabkan dosa manusianya itu sendiri.

Wallahu'alam bishawab

Sumber referensi:
Republika.co.id 25/7/2019
Kompasiana.co.id 28 /7/2019
Gatra.com 12 /7/2019
Antaranews Jateng.com 21/1/2018
Voa-islam. 2015

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak