Oleh:Rokayah (Buruh salah satu pabrik di Rancaekek)
Siapa yang menyangka negeri dengan pembangunan infrastruktur yang cepat kini tengah mengalami badai yang memilukan. Betapa tidak, infrastruktur kereta api yang digadang-gadang akan menyelesaikan masalah justru saat ini tengah menjadi masalah baru. Saat ini rel kereta api yang akan dibangun konon katanya di danai oleh cina sudah dipastikan proyek tersebut akan teralihkan kepada BUMN Cina.
Bicara mengenai pembangunan infrastruktur di suatu negara, maka tak lepas dari pendanaan yang dimiliki oleh negara tersebut. Seringkali defisit APBN yang disebabkan oleh pembangunan infrastruktur ditambal dengan pinjaman hutang oleh lembaga keuangan dunia atau negara pendonor dana. Namun semua tidak menjadi jalan keluar malahan seringkali kedaulatan negara menjadi ancaman.
Indonesia yang saat ini tengah dalam masa pembangunan infrastruktur, yang dalam pembiayaannya seringkali menggunakan dana pinjaman atau investasi, membuat banyak pihak mengkhawatirkannya. Khusus pendanaan yang berasal dari pinjaman.salah satunya pinjaman Indonesia terhadap negara Cina mengalami trand kenaikan yang sangat signifikan
Akibatnya penambahan pinjaman ini merupakan satu sinyalemen yang wajib diperhatikan oleh berbagai kalangan, khususnya pemerintah.
Memang, dilihat pada pembiayaan dengan instrument pinjaman merupakan salah satu solusi paling cepat untuk mendapatkan dana dengan jumlah yang cukup besar dalam waktu yang relatif singkat. Namun ibarat sebuah pisau, maka pinjaman juga mempunyai sisi negatif yang sewaktu-waktu bisa mengancam kedaulatan negara.
Pinjaman dana luar negeri untuk pendanaan proyek-proyek adalah cara yang sangat berbahaya terhadap keberlangsungan hidup suatu negara.dengan pinjaman justru akan memperpanjang penderitaan yang menimpa masyarakat. Karena pinjaman sebetulnya merupakan jalan untuk menjajah suatu negara.
Penjajahan di suatu negri dengan menggunakan senjata sudah tidak ampuh lagi.Negara manapun akan lebih merespon ketika melihat serangan nyata yang menggunakan senjata. Terlebih masyarakat. Namun jika menggunakan pinjaman tentu serangan semacam ini amat sangat halus masyarakat tidak mengerti Hanya negarawan sejatilah yang mengerti akan ancaman terhadap negaranya.
Bantuan berupa pinjaman merupakan sebuah strategi baru asing untuk menjajah suatu negri dengan tidak menggunakan senjata dalam penyerangannya. Ia lebih menggunakan serangan terhadap kedaulatan negara dengan cara memberikan dana kepada negara yang sedang kesulitan membangun infrastruktur. Dana yang diberikan pun bisa berupa pinjaman maupun investasi. Namun yang paling kejam tentunya adalah pinjaman yang berbasis bunga tinggi.
Mekanisme yang ditawarkan pun beragam ada yang menawarkan pinjaman jangka pendek dan juga pinjaman jangka panjang.Pinjaman dengan jangka pendek misalnya, tujuannya adalah untuk menghancurkan mata uang negara peminjam dengan membuat kekacauan moneter. Karena ketika pelunasan pinjaman ini tiba, maka pemberi pinjaman tidak mau dilunasi dengan mata uang negara peminjam tetapi pelunasannya harus di bayar dengan dolar.
Akibatnya, ketika negara tak mampu melunasinya disebabkan kelangkaan mata uang (dolar) sebagai alat pembayarannya, kemudian negara pendonor akan memaksa negara peminjam membeli mata uang ini dengan harga tinggi dibandingan dengan mata uang negara peminjam Dengan demikian ini menyebabkan mata uang negara si peminjam terpukul dan harganya pun mengalami penurunan di pasaran.
Tak jauh beda dengan pinjaman jangka panjang,kelihatannya bersikap toleran terhadap negara peminjam.seringkali hal ini menyebabkan pinjaman tersebut semakin menumpuk sehingga sulit untuk dilunasi.Jika negara peminjam tak mampu melunasi pinjamannya,maka sektor-sektor vital dari negara peminjam akan dijadikan sebagai alat pelunasan. Ketika itu terjadi, maka sedikit demi sedikit kedaulatan negara terancam disebabkan adanya intervensi baru dari negara yang sudah menancapkan kepentingannya kepada negara yang tak mampu membayar hutang. Hasilnya, negara dan masyarakatlah yang akan menjadi korban dari keganasan pinjaman luar negeri. Negarawan sejati tidak akan mudah meminta pinjaman utang luar negri dia akan selalu memperhitungkan ancaman dan kerugian terhadap negara dan juga rakyatnya.
Padahal Islam memiliki aturan yang khas dalam pengelolaan ekonomi.sumber-sumber pendapatan pun bisa di peroleh dari kepemilikan negara seperti usyur,fai,ghonimah,khoroj,jizyah dan masih banyak sumber dana yang bisa di peroleh oleh suatu negara.
Pemimpin adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas pengurusan mereka (HR Muslim)
Jadi jika penguasa mudah meminta bantuan asing perlu di pertanyakan jiwa kepemimpinannya.
Tags
Opini