Oleh : Insiyah
Hampir beberapa kali kita jumpai jatuhnya lebaran idul fitri tidaklah sama antara muslim yang satu dengan yang lain, antara kelompok muslim yang satu dengan kelompok muslim lainnya bahkan antara negara yang satu dengan negara muslim lainnya pun tidak sama. Seperti yang terjadi di tahun ini. Dilansir oleh republika.co.id, tanggal 04 Juni 2019 bahwa Hari raya Idul Fitri hampir tiba mengakhiri masa puasa Ramadhan. Namun, perayaan Idul Fitri di sejumlah negara diprediksi berbeda. Bulan sabit sebagai penanda hilal tidak akan terlihat pada saat yang sama di seluruh dunia sehingga beberapa negara akan merayakan Idul Fitri lebih awal daripada yang lain. Sebagaimana dilansir dari www.express.co.uk, Senin (3/6/19), Idul Fitri tahun ini jatuh antara Selasa (4/6/19) Juni dan Rabu (5/6/19) di berbagai negara. Di Inggris, bulan sabit sebagai pertanda hilal diprediksi akan tampak pada Selasa (4/6/19) pukul 11.02 malam waktu setempat. Hal ini berdasarkan pernyataan Badan Nasional Penanggalan Inggris (HMNAO). Akan tetapi, hilal tidak mungkin terlihat dengan mata telanjang selain di Polinesia Prancis dan Hawaii. Jika hilal tidak terlihat, ini berarti 1 Syawal 1440 Hijriyah akan bergeser ke hari lain.
Ketidaksamaan dalam penentuan hari raya ini membuat perayaan hari raya idul fitri berbeda, dimana sekelompok umat yang satu sudah merayakan lebaran sedangkan yang lainnya masih menjalankan ibadah puasa. Perbedaan ini menjadikan kesenjangan di masyarakat. Timbulnya klaim bahwa kelompoknya yang benar dan menyalahkan yang lain menjadikan masyarakat terpecah belah, tercerai berai dan tidak kompak.
Sesugguhnya dalam Islam sudah terdapat solusi tentang masalah ini, seperti yang dicontohkan nabi Muhammad ketika dulu. Nabi Muhammad adalah suri tauladan yang baik yang harus kita contoh. Dalam hadist riwayat Muslim Nabi Muhammad SAW bersabda “Jangan kalian berpuasa sampai kalian melihat hilal, dan jangan berbuka (lebaran) sampai melihatnya lagi, jika bulan tersebut tertutup awan, maka sempurnakan bulan tersebut sampai tiga-puluh.” Dan dalam hadist riwayat An Nasai Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya dan sembelihlah kurban karena melihatnya pula. Jika hilal itu tertutup dari pandangan kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang saksi, berpuasa dan berbukalah kalian.”
Hilal sendiri merupakan unsur penting di dalam kalender Islam. Sejatinya, hilal adalah bulan sabit kecil yang terlihat tepat setelah matahari terbenam. Biasanya hilal diamati pada hari ke-29 dari bulan Islam untuk menentukan apakah hari berikutnya sudah terjadi pergantian bulan atau belum. Jika bulan sabit sudah terlihat, meski pun tipis, maka sudah dipastikan penanggalan baru akan terjadi setelahnya.
Hadiist-hadist di atas bersifat umum dan berlaku untuk umat muslim di seluruh dunia. Jikalau dua orang saksi di suatu negeri telah melihat hilal maka akan berlaku bagi muslim-muslim di negeri lainnya. Jikalau dalam kenyataanya sekarang umat Islam masih terpecah belah, masih belum bisa bersatu dalam menentukan kapan jatuhnya awal puasa dan kapan saatnya berlebaran itu dikarenakan umat muslim sekarang belum mempunyai satu kepemimpinan yang memimpin seluruh umat muslim di dunia, dimana pemimpin itu akan memutuskan jatuhnya 'Idul Fitri berdasarkan ru'yatul hilal (melihat bulan). Pemimpin umat Islam tersebut merupakan pemimpin yang memimpin berdasar Syari'at Islam. Jika pemimpin itu sudah menjalankan aturan Islam sesuai yang di perintahkan Alloh dan yang sudah dicontohkan nabi maka perbedaan penentuan hari lebaran idul fitri itu tidak akan pernah terjadi dan umat muslim di seluruh dunia ini akan bersatu. Wallohualam bi shawab.