Oleh: Tatiana Riardiyati Sophia
Ibu Rumah Tangga, Pengemban dakwah
Istiqamah dalam kamus Bahasa Arab berarti berdiri/bersikap tegak, lurus dan seimbang. Menurut Imam Nawawi dalam kitab Riyadh ash-Shalihin mengatakan istiqamah berarti konsisten dalam ketaatan. Ketaatan yang dimaksud di sini adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Istiqomah hukumnya wajib sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Hud ayat 112:
فَاسْتَقِمْ كَمَاۤ اُمِرْتَ وَمَنْ تَا بَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Artinya: "Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat terhadap apa yang kamu kerjakan."
Fenomena saat ini yang kita lihat adalah sulitnya seseorang untuk istiqamah. Pada masyarakat awam terlihat sulitnya istiqamah dalam pelaksanaan ibadah mahdhah, contohnya sholat, belum tepat waktu atau bahkan belum melaksanakan shalat lima waktu. Kaum muslimah belum istiqamah dalam menutup aurat dengan sempurna. Di kalangan pejuang kebenaran dan keadilan istiqamah juga sangat sulit dilakukan karena banyaknya ejekan, tekanan dan ancaman, baik fisik maupun psikis yang membuat orang tersebut mundur dan menyerah. Apalagi orang-orang yang berjuang dalam menegakkan syariat Allah, intimidasi, persekusi, bullying sudah seperti makanan yang wajib ditelan setiap hari.
Hal yang demikian terjadi karena dipengaruhi oleh kadar keimanan yang lemah, kondisi lingkungan yang tidak kondusif menyebabkan godaan syaitan dan syahwat melalaikan dari kewajiban taat pada perintah Allah SWT. Disamping itu manusia masih dikuasai keinginannya untuk berada di zona nyaman, ingin dihargai dan dipuja-puji, tidak ingin dijauhi apalagi dimusuhi. Manusia masih menilai manfaat dan mafsadat dari sudut pandang dirinya sendiri, belum sampai kepada mengharapkan ridha Allah dan terhindar dari murka-Nya. Kita bisa melihat contohnya dari para elit politik saat ini. Sekarang teman besok musuh, sekarang dipuja-puji besok dicaci-maki lumrah terjadi selama ada kepentingan diantara mereka. Mereka yang haus materi dan kekuasaan menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginannya. Aturan Allah SWT mereka campakkan tanpa berdosa, merasa mereka masih sempat bertobat sebelum mati.
Bila kita belajar dari sejarah Rasulullah, para Sahabat dan Shalafush shalih, mereka adalah orang-orang yang keistiqamahannya dalam perjuangan menegakkan Islam tidak perlu diragukan lagi. Mereka orang-orang yang paling takut kepada Allah. Mereka tidak haus kekuasaan, sebaliknya menggunakan kekuasaan untuk menegakkan agama Allah di muka bumi ini. Mereka tidak takut dengan ejekan, cacian, makian, penyiksaan fisik dan psikis. Mereka melakukan semata mengharapkan ridha Allah SWT. Sudah seharusnya kita meneladani sikap dan keistiqamahan mereka.
Istiqamah di akhir zaman ini memang penuh tantangan. Zaman penuh fitnah. Zaman dimana umat Islam yang berusaha menegakkan syariat-Nya akan dilabeli dengan berbagai predikat buruk, radikal, teroris, intoleran, dan sebagainya. Zaman dimana umat Islam yang memegang teguh agamanya seperti memegang bara api yang sangat panas. Akan tetapi istiqamah bukanlah hal yang mustahil dilakukan, bagaimana caranya?
Pertama dengan meluruskan iman dan meningkatkan takwa. Terus belajar mendalami Islam yang benar. Mengganti pemahaman sekuler dengan pemahaman Islam, karena pemahaman sekuler adalah pemahaman bathil dan rusak yang dapat menjauhkan umat dari pemahaman Islam yang kaffah.
Kedua dengan mengkaji Islam dari sumber yang benar, dari Alquran dan dalil-dalil yang shahih, dari ulama/ustaz yang hanif.
Ketiga setelah mempelajari tentu berusaha mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menjalankan apa yang telah di syariatkan Allah SWT dan sekuat tenaga meninggalkan larangan-Nya. Contohnya riba, zina dan maksiat-maksiat lainnya.
Keempat mencari lingkungan yang kondusif dan mendukung. Seperti teman-teman, tetangga, dan sebagainya.
Kelima belajar dari kisah para sahabat dan shalafush shalih.
Keenam berdoa minta keteguhan iman dan keistiqamahan kepada Allah SWT. Banyak contoh redaksi doa yang dapat diamalkan, salah satunya yang dicontohkan oleh Nabi Saw yaitu,
"Yaa muqallib al qulub, tsabbit qalbi 'ala diinika",
Artinya: "Wahai Dzat pembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku atas agama-Mu.
Ketujuh selalu terikat dengan hukum-hukum Allah, merasa senantiasa diawasi oleh Allah dan ikhlas dalam menjalankannya semata mencari keridhaan-Nya.
Sudah semestinya keistiqamahan mendarah daging pada diri para pengemban dakwah. Mereka hendaklah berada di garda terdepan menjadi contoh nyata bagi umat. Mereka haruslah ikhlas, meluruskan ideologinya, mengamalkan syariat dengan kaffah, selalu terikat jiwa dan pemikirannya dengan Islam, tidak goyah dengan tawaran gemerlapnya dunia, lebih mencintai akhirat dan surga karena keduanya lebih baik dari dunia dan seisinya dan berdakwah semata-mata ingin meraih keridhaan Allah SWT.
Wallahu a'lam bi ash shawab.