Oleh: Fatmawati Pensiunan guru dan pegiat dakwah
Sebagian manusia kadang berani bersikap lancang. Merasa tahu hakikat yang baik dan yang buruk bagi dirinya. Bahkan merasa lebih tahu dari Allah SWT. Lalu berani menyingkirkan petunjuk Allah SWT (Islam). Bahkan mengajak manusia lainnya untuk menyingkirkan Islam dari kehidupan mereka.
Padahal Allahlah Yang Maha Tahu atas hakikat yang baik dan yang buruk untuk manusia. Acap kali manusia memandang sesuatu itu baik sehingga dia sukai. Padahal sejatinya hal itu buruk bagi dirinya. Dan memandang sesuatu itu buruk sehingga dia benci. Padahal hakikinya sesuatu itu baik bagi dirinya.
Allah SWT berfirman:
"Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian. Boleh jadi pula kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui (TQS al-Baqarah [2]: 216)
Akhir-akhir ini ghirah (semangat) umat Islam untuk memenuhi seruan Allah SWT dari hari kehari makin meningkat. Umat Islam pun makin bersemangat untuk mengamalkan dan mengupayakan penerapan syariah-Nya di tengah kehidupan mereka.
Namun sangat disayangkan di tengah suasana ghirah umat itu, beberapa waktu lalu muncul gagasan agar pelajaran agama dihilangkan dari mata ajaran di sekolah.
Gagasan itu tentu saja mendapat banyak penolakan. Meski begitu jika ditelusuri, gagasan itu bukanlah yang pertama kali. Sudah muncul beberapa kali sebelumnya. Artinya, lontaran gagasan itu bukanlah hal baru. Substansi dari gagasan itu tidak lain adalah sekulerisme dan sekulerisasi pendidikan khususnya.
Seruan itu berusaha menempatkan agama sebagai urusan pribadi. Seruan itu juga mengajak agar agama tidak diikutkan dalam kehidupan publik, termasuk harus disingkirkan dari kehidupan politik.
Seruan ini jelas tertolak dalam Islam. Pasalnya kita justru diperintahkan oleh Allah SWT untuk masuk kedalam Islam secara kaffah, secara keseluruhan, totalitas. Allah SWT pun memperingatkan kita agar tidak mengikuti langkah-langkah setan.
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara total, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian." (TQS al-Baqarah [2]: 208)
Karena itu gagasan agar agama (Islam) tidak perlu diajarkan di sekolah mudah untuk dipahami sebagai upaya melakukan deislamisasi. Tujuannya sangat jelas untuk memadamkan ghirah kaum muslim dan menjauhkan mereka dari Islam. Tidaklah berlebihan jika gagasan itu dinilai sebagai ekspresi islamophobia.
Selama puluhan tahun tak ada persoalan dengan agama di negeri ini, khususnya Islam sebagai agama dengan pemeluk mayoritas. Baru beberapa waktu belakangan saja dimunculkan isu-isu seolah agama (Islam) atau seruan dan kajian keislaman menjadi pemicu radikalisme, perpecahan, dan sebagainya.
Padahal radikalisme bukanlah persoalan inheren dalam Islam, isu atau tuduhan radikalisme lebih merupakan framing dari pihak luar untuk menyudutkan Islam atau menghalangi geliat umat Islam dan kebangkitan mereka.
Tuduhan Islam menjadi penyebab perpecahan dan persoalan juga hanya sekedar tuduhan tanpa bukti.
Begitu juga dengan berbagai kerusuhan yang terjadi itu tentu mendatangkan akibat buruk bagi masyarakat secara keseluruhan. Sejatinya itu baru sebagian dari akibat manusia berpaling dari Islam dan syariah-Nya. Allah SWT menimpakan sebagian dari akibat kerusakan itu agar manusia bertobat dengan kembali kepada Islam dan syariah-Nya. Allah SWT berfirman:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (TQS ar-Rum [30]: 41)
Maka jelaslah bahwa gagasan untuk menghapus pelajaran agama dari kurikulum sekolah hanya akan menambah dan memperparah kerusakan dan problem di masyarakat khususnya di kalangan pelajar. Jika ingin memperbaiki kondisi pelajar dan kehidupan masyarakat yang harus dilakukan kembali pada jalan Islam, yaitu dengan menerapkan syariah Islam secara kaffah.
Menerapkan Islam secara kaffah inilah sesungguhnya yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab umat Islam yang harus segera diwujudkan di tengah-tengah kehidupan.
Wallah a'lam bi ash-shawab