Investasi Berujung Rugi Rakyat Makin Gigit Jari



Oleh : Maryati Al Fikru

(Menulis Asyik Cilacap)


KOMPAS.com - Joko Widodo menyampaikan ketegasannya mengenai pemerintahan yang akan dipimpinnya, saat menyampaikan pidato pertama sebagai presiden terpilih pada acara Visi Indonesia, Minggu (14/7/2019) malam.


Menurut Jokowi, salah satu perhatiannya adalah mengundang investasi yang seluas-luasnya.


"Jangan ada yang alergi terhadap investasi. Dengan cara inilah lapangan pekerjaan akan terbuka sebesar-besarnya," kata Jokowi.


Dengan demikian, Jokowi pun memberikan ancaman kepada mereka yang menghambat investasi.


"Yang menghambat investasi semuanya harus dipangkas," kata Jokowi.


Secara khusus, Jokowi mengancam birokrasi yang lambat dan berbelit-belit.


"Apalagi ada punglinya. Hati-hati, ke depan saya pastikan akan saya kejar," ucap Jokowi.


"Saya kejar, saya kontrol, saya cek, dan saya hajar kalau diperlukan. Tidak ada lagi hambatan-hambatan investasi karena ini adalah kunci pembuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya," ujar mantan wali kota Solo dan gubernur DKI Jakarta ini.


https://amp.kompas.com/nasional/read/2019/07/14/20322301/pidato-visi-indonesia-jokowi-ancam-hajar-pungli-dan-penghambat-investasi


*Manfaat atau mudharat.?*


Pada faktanya, Dominasi asing dalam segala lini melalui rezim saat ini telah membuat cengkeraman asing menancap dinegeri ini.

Melalui investasi korporasi-korporasi multinasional mereka berhasil mengeruk kekayaan dalam negeri.

Seperti halnya di sektor hulu pengelolaan SDA seperti tambang, migas, hutan dsb. Hingga rakyat akhirnya seolah menjadi tamu di negeri sendiri dalam hal pengelolaan SDA. 

Hasilnya kekayaan itu mengalir deras kepada pihak asing dan hanya menetes kepada penduduk negeri ini.


Bahkan akibat dari masuknya Investasi asing kedalam menjadikan negeri ini terus berada dalam kendali mereka (investor). Mereka tak segan-segan mendikte untuk membuat undang-undang di bidang sosial, politik, pertahanan, dan keamanan, pendidikan, ekonomi, finansial dan sebagainya. Bahkan untuk mengawal semua itu, asing terlibat hingga hal teknis melalui utang, progam, bantuan dan asistensi teknis.

Hasilnya sistem bercorak Neoliberal. Neoliberalisme itu pada akhirnya akan melempang kan jalan bagi penjajahan gaya baru (neoimperialisme).


Dan akibat dari Neo-liberalisme ini lah kemudian lagi-lagi negeri ini di dikte untuk membuat UU bercorak neoliberal seperti Subsidi dihilangkan, BUMN di jual, Utang terus di tumpuk, pajak terus di tingkatkan.

Disektor migas dan pengelolaan SDA, dengan berbagai UU, sektor hilir (pengolahan, distribusi dan eceran) pun di liberalisasikan. 


Di bidang Investasi, semua sektor dibuka untuk investasi asing. Kepemilikan asing di perbolehkan hingga lebih dari 90%. Asing pun boleh melakukan repatriasi, yaitu langsung mengirimkan kembali ke negara asalnya keuntungan yang mereka dapat.


Disisi lain yakni proyek infrastruktur, yang banyak mendatangkan Investasi asing.

Yang dimana rezim ini mengklaim bahwa dengan investasi asing tersebut akan membuka lapangan pekerjaan.

Namun pada faktanya penguasa kembali tak berdaya.

Proyek infrastruktur mengharuskan semua bahan baku, alat dan tenaga kerja harus dari pihak Investor.

Maka tak heran jika marak pembangunan (infrastruktur) tetapi di lain sisi bahan produk dan tenaga dalam negeri tak terserap akibatnya perusahaan BUMN sekaliber Krakatau Steel yang memproduksi baja juga pabrik Semen mengalami kerugian bahkan diambang kebangkrutan akibat hasil produksi nya yang tak terserap.

Begitu juga pengangguran dalam negeri yang terus meningkat karena posisi mereka telah digantikan oleh pihak tenaga kerja asing (TKA).


Inilah strategi penjajah, mereka tak kan membiarkan negeri ini mandiri dan bangkit. Negeri ini akan dikondisikan untuk tergantung sehingga senantiasa meminta bantuan dan pertolongan kepada asing. Mereka tak kan peduli akan kondisi rakyatnya.


Dampaknya rakyat akan kian sengsara dari masa ke masa. Mereka terus digilas globalisasi asing.

Mereka hidup merana ditengah kekayaan alam yang melimpah.

Satu-satunya jalan yakni umat harus kembali kepada Islam.


Islam Adalah Solusi


Neoimperialisme adalah metode baku penjajah untuk menguasai negara lainya.

Keberadaannya memang dimaksudkan untuk melemahkan dan menenggelamkan negara jajahannya. Maka, mustahil melawan dengan mengikuti arahan mereka termasuk menerapkan demokrasi adalah sistem buatan mereka. Selama membebek pada mereka, selama itu pula negeri ini akan menjadi kacung.


Maka, tidak ada jalan lain untuk menghadapi neoimperialisme ini kecuali membuang demokrasi, liberalisme, kapitalisme,dan sekularisme jauh-jauh dan menggantinya dengan sistem Islam yakni Khilafah.

Khilafah memiliki ketahanan ideologi. Islam adalah Ideologi dari Pencipta manusia, Yang Maha benar dan Maha Adil.


Penerapan Islam secara kaffah dalam negara khilafah akan menghalangi masuknya penjajahan. Sebab secara diametral Islam sangat anti terhadap penjajahan. Merekapun tak akan bisa masuk melalui penyusunan perundangan-undangan karena sumber hukum Islam sudah pasti yakni Alquran, Sunnah, ijma' sahabat, dan Qiyas syar'i.

Dengan begitu tidak ada celah bagi masuknya kepentingan asing, pemodal, keinginan Manusia dalam pembuatan UU dan hukum.


Selanjutnya, penerapan syariah Islam secara menyeluruh akan mengikis habis neoimperialisme. Termasuk menghapuskan liberalisme.

Sistem ekonomi Islam misalnya, akan mengikis penguasaan asing dan swasta terhadap sumber daya alam.


Sistem politik luar negeri dalam Islam akan mengikis intervensi asing, termasuk penanaman modal asing (investasi).


Sistem politik dan hukum Islam akan mengikis neoimperialisme dari legislasi, politik, pemerintahan dan hukum.

Sistem keuangan Islam akan mengikis neoimperialisme dari sektor keuangan.


Begitulah dengan penerapan Islam secara kaffah/menyeluruh, maka neoimperialisme dapat di cegah masuk dan dikikis habis sampai ke akar-akarnya.

Saatnya bersama umat tegakan Khilafah.


Wallahu a'lam bish-shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak