Impor Sampah, Indonesia Kian Bermasalah




Oleh Ummu Qonita 'Ilmi



Beberapa bulan terakhir masyarakat dikejutkan dengan banyaknya kontainer berisi sampah-sampah impor dari negara lain. Pada akhir Maret lalu setidaknya ada 5 kontainer sampah impor bermasalah yang dikirim dari Seattle di Amerika Serikat ke Surabaya. Pertengahan Juni ini pemerintah Indonesia telah mengembalikan 5 kontainer sampah tersebut ke Amerika Serikat. (17 Juni 2019, kumparan)


Tak hanya di Surabaya, kontainer berisi sampah impor juga ditemukan di Batam, Kepulauan Riau. Dilansir dari Antara, tim gabungan dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK), Dinas Lingkungan Hidup Kita Batam dan kantor Pelayanan Umum Bea Cukai Batam akan menindaklanjuti 65 kontainer sampah-sampah impor yang ditemukan di Pelabuhan Bongkar Muat Batu Ampar, Batam.  


Bukan hanya di Indonesia, serbuan sampah tersebut juga terjadi di beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, Vietnam dan Filipina. Negara-negara Asean tersebut menolak dan mengirimkan kembali sampah-sampah impor ke negara asalnya. 


Seperti yang dilansir The Economist (Selasa, 18/6/2019), penyebab utama masuknya sampah-sampah impor ini adalah kebijakan negara Cina yang menghentikan impor sampah dari Amerika Serikat dan Eropa sejak akhir tahun 2017. Seperti yang diketahui, Cina adalah produsen pengolahan sampah daur ulang terbesar dan produsen manufaktur menjual produk dalam kemasan ke negara maju seperti AS hingga Eropa. Sebaliknya  AS hingga Eropa sebagai importir produk-produk konsumsi, mengirim balik sampahnya ke Cina. Namun Cina menghentikan pembelian sampah impor. Akibatnya, nilai perdagangan sampah plastik dan kertas bekas dunia sebesar USD 24 miliar pertahun menjadi mati. Dampak dari ini semua, pemilik sampah yaitu AS dan Eropa harus mencari pembeli sampah baru. Negara Asia Tenggara akhirnya menjadi tujuan sampah-sampah impor. Inilah alasan sampah-sampah impor menyerbu Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara. 


Munculnya sampah-sampah impor ini makin menambah rumit persoalan sampah di Indonesia. Sebelum adanya sampah impor ini saja Indonesia sudah kewalahan, ditambah lagi dengan sampah impor. Saat ini Indonesia menjadi negara kedua pencemar laut dunia, juga sebagai penghasil sampah plastik terbesar kedua setelah Cina. Indonesia pun belum memiliki sistem dan industri pengolahan sampah yang baik dan hanya 40% daerah di Indonesia yang memiliki sistem pengangkutan sampah. Jika tidak diolah, sampah impor akan menambah volume sampah di tempat pembuangan akhir. Dan berakibat fatal bilamana sampah impor tersebut mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3). 


Impor sampah terjadi karena lemahnya pemerintah Indonesia di hadapan pengusaha kapitalis. Pemerintah Indonesia mengizinkan impor sampah , hal ini berdasarkan UU nmr 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 31/ M-DAG/PER/5/2016 tentang impor limbah nonbahan Berbahaya dan Beracun. Hanya saja, lemahnya pengawasan dan tidak berdaya di hadapan pengusaha kapitalis menjadikan banyak sampah impor masuk secara ilegal. Pada tahun 2018 saja, negara eksportir mencatat 402.913 ton sampah di ekspor ke Indonesia, sebaliknya sampah yang tercatat masuk hanya 320.452 ton. Diduga ada impor sampah ilegal dalam jumlah besar. Pengusaha kapitalis tak peduli kerusakan lingkungan yang mereka lakukan. Prigi dari Ecoton mengatakan penyebab dari impor sampah karena industri di negara eksportir memang tak mengolahnya (RMOL.ID, 28/06/2019). Prinsip kapitalisme menekan biaya sekecil-kecilnya dan mengambil laba  sebanyak-banyaknya menjadi penyebabnya.

Inilah watak asli negara kapitalis. Mereka lebih mengutamakan keuntungan materi tanpa peduli dampak kerusakan lingkungan akibat ulah mereka.


Sejatinya AS dan Eropa mewakili sebuah sistem atau ideologi. Maka sebuah ideologi harus dilawan dengan ideologi pula. Indonesia adalah negeri yang memiliki kekayaan melimpah ruah. Indonesia akan kuat dan berdaya di dalam dan luar negeri ketika mempunyai landasan kokoh yaitu ideologi dan sistem yang benar yaitu Islam. Sungguh, Islam memiliki seperangkat aturan kehidupan yang ketika diterapkan dalam kehidupan akan menjadikan masyarakat dan negeri ini makmur dan sejahtera. Sejarah membuktikan hal tersebut, selama 13 abad umat Islam memimpin peradaban dunia. Masihkan kita berharap kepada ideologi kapitalis yang membuat negeri ini lemah dan tak berdaya dimata dunia? Hanya dengan Islam negeri ini akan kuat dan berdaya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak