Oleh: Tawati *
Ketua TP. PKK Provinsi Jawa Barat Atalya Kamil menjadi pembicara utama dalam kegiatan Jabar Punya Informasi (JAPRI) yang digelar di Lobi Museum Gedung Sate, Kamis (4/7). Atalya menegaskan jika dalam membina rumah tangga harus terencana sejak pra nikah hingga memiliki anak. Hak itu diperlukan agar kualitas keluarga baik demikian juga masa depan dan kesehatan anak-anaknya. (Jabarprov.go.id, 4/7/2019)
Kasihan remaja saat ini. Mereka dikepung begitu banyak kesalahan pemahaman berbungkus topeng kebaikan yang tak jarang membuat remaja tertarik untuk mengambil dan menerapkannya dengan bangga. Kampanye program pemerintah, meminta para remaja untuk baik-baik berencana. Namun berencana yang dimaksud ditujukan untuk membatasi kelahiran dengan cara mendewasakan usia pernikahan (jangan cepat-cepat nikah walaupun sudah pantas menikah secara syar'i) dan memberikan pandangan negatif terhadap pernikahan di usia muda salah satunya akan menuai bencana yang pada gilirannya akan membatasi jumlah anak yang bisa dimiliki masing-masing keluarga.
Remaja hendaknya membekali diri dengan semangat positif dalam melakukan sesuatu berdasarkan Islam. Menjadi generasi berencana adalah kewajiban dari kaum muslimin. Seperti yang teladan shahabiyah Aisyah. Di mana beliau menjadi remaja muslimah yang cerdas, ahli hadis, hafal Alquran, mahir ilmu kesehatan, suka main boneka, bisa olahraga lari, naik kuda dan juga menjadi sosok istri salihah dan ibu kaum muslimin. Shahabiyah Aisyah menjadi generasi berencana yang berlandaskan Islam bukan kapitalisme. Sehingga menjadi sosok yang cerdas, aktif, berprestasi, peduli dan religius.
Islam ketika diterapkan secara sempurna melindungi seluruh penduduknya mulai dari buaian hingga masuk liang lahat bahkan berupaya agar penduduknya bisa berkumpul di surga. Remaja sebagai aset negara yang sangat potensial pun termasuk di dalamnya. Memiliki pasangan adalah hal yang lumrah dan diatur oleh Islam dalam pemenuhannya. Sebagai agama yang sempurna, Islam memiliki sistem tatanan sosial yang begitu sempurna untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk perkembangan remaja dan yang pasti dalam persiapan seorang remaja dalam merencanakan masa depannya termasuk menikah.
Dalam Islam, terdapat ilmu fikih yang mengajarkan begitu banyak ilmu dan syari'at yang terkait dengan diri dan kehidupan. Hal ini merupakan salah satu modal untuk bisa menjadi seorang remaja sehat yang merencanakan kehidupan yang lebih baik termasuk dengan urusan pernikahan. Allah Swt berfirman, "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karunianya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui." (An Nuur: 32)
Hal ini menunjukkan bahwa Allah Swt telah menyiapkan seperangkat rezeki ketika mereka siap mengambil keputusan untuk menikah. Jadi, jika remaja pria telah siap lahir batin (baligh dan mampu menanggung beban) untuk menikah, ia dapat menjadi kepala keluarga yang bekerja sambil kuliah yang memiliki istri dan juga anak-anak serta bahagia dan sejahtera. Karena ketika Islam diterapkan dalam bentuk Khilafah Islamiyah memberikan jaminan bagi setiap individu rakyatnya untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan pokok (makan, pakaian, rumah, pendidikan, kesehatan, dan keamanan) tanpa terkecuali.
Bagaimana dengan mereka yang belum siap untuk menikah? Allah Swt mempunyai solusinya dengan sebuah hadis, "Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang telah mampu untuk menikah, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya" (HR Bukhari-Muslim). Betapa lengkapnya aturan Islam untuk kehidupan. Mari siapkan diri menjadi remaja bahagia untuk meraih cinta-Nya. Wallahua'lam[].
* (Revowriter Majalengka)