Gawai Perusak Masa Depan Anak



Oleh : Yuliana*


Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KP3A) menilai bahwa jaringan internet yang tersedia di Indonesia belum layak anak. Banyak penyebab munculnya pernyataan tersebut, salah satunya adalah banyaknya iklan rokok yang masih mudah untuk diakses dan dilihat oleh anak-anak.

Perkembangan zaman dari waktu ke waktu tak disangkal telah memberikan kemudahan serta pelayanan yang sangat menguntungkan bagi penggunanya. Bagaimana tidak, internet bisa membuat hal yang jauh terasa begitu dekat. Segala jenis akses pun disediakan melalui sarana internet ini.

Kemudahan demi kemudahan semakin memanjakan para penggunanya sepanjang tahun. Kemudahan ini lah yang kemudian membuat kita, para orangtua was-was akan tumbuh kembang anak pada zaman saat ini. 

Hal tersebut tidak terlepas dari lalainya orangtua memberikan perhatiannya kepada anak. Penempatan rasa sayang yang salah kaprah kepada anak membuat orangtua cenderung membelikan apa saja yang diinginkan sang anak, termasuk gawai yang canggih dan mahal serta akses internet terbaik pun diberikan oleh para orangtua. Untuk membahagiakan anak, katanya. Padahal hal tersebut merupakan pengalihan anak agar tidak mengganggu orangtua. Mereka terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, hingga tidak memberikan waktu khusus untuk anak-anaknya. Alhasil, pembelian gadget dan akses internet terbaik menjadi solusi.

.

Para orangtua menganggap hal tersebut adalah hal yang biasa, padahal apa yang mereka lakukan itu secara tidak langsung telah berdampak buruk bagi perkembangan sang anak dan lingkungan sekitarnya.


Sekelompok dokter di Amerika Serikat yang telah melakukan penelitian terkait dengan dampak penggunaan gawai dan internet pada anak. Mereka memperingatkan kepada orangtua bahwa para remaja saat ini bisa begitu terobsesi dengan Facebook dan mengorbankan kesehatannya. American Academy of Pediatri menyatakan bahwa anak-anak yang diabaikan di situs jejaring sosialnya, akan lebih tertekan daripada mereka yang diabaikan dalam kehidupan nyata. Para peneliti tersebut memperingatkan risiko kesehatan mental para anak yang menjadi korban cyber-bullying dan menegaskan bahwa penggunaan beberapa website dalam jangka waktu yang panjang dapat mempengaruhi pola tidur dan tingkat harga diri pada anak (liputan6.com, 18/6/2014)



Selain berbagai gangguan di atas, internet pun secara otomatis turut berperan dalam menjauhkan anak dari kehidupan islam. Padahal mendekatkan anak kepada Islam merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para orangtua. Jangan sampai anak-anak tidak mengenal agamanya sendiri sebab sibuk melihat tontonan yang jauh dari Islam. Lingkungan dan sistem yang buruk saat ini telah cukup menjauhkan Islam dari umatnya, dan internet menambah buruk hal tersebut dan membuatnya hilang dari gambaran dan benak sang anak.

.

Islam adalah bahan edukasi yang sempurna untuk anak. Ajarannya yang sempurna mengajarkan anak tentang hubungannya dengan Sang-Kholiq, dengan manusia yang lain dan hubungannya dengan dirinya sendiri. Selain itu, Islam pun akan membentuk karakter dan kepribadian sang anak, agar ia memiliki pemahaman yang benar dan kesadaran mendasar terkait dengan segala hal yang ada di sekitarnya. Maka, adalah wajib bagi para orangtua untuk mengajarkan anak-anaknya dengan Islam.

Banyak kisah-kisah keteladanan yang bisa umat Islam contoh dari orang sholih terdahulu maupun dari Rasulullah SAW sendiri tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik dan benar menurut Islam. Meneladaninya adalah salah satu cara terbaik untuk mendidik anak. Salah satu yang paling masyhur adalah kisah Luqman yang mengajarkan tauhid kepada anaknya. Sebagaimana termaktub dalam Alquran yang artinya, 

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman : 13)

Anak-anak memang memiliki rasa ingin tahu yang begitu tinggi, namun tidak semua rasa ingin tahu dan keinginan harus diwujudkan oleh orangtua. Kedua rasa tersebut bisa dialihkan kepada hal-hal yang lebih bermanfaat dan membawa pengaruh positif pada sang anak, dan tentunya ini membutuhkan bimbingan sekaligus pendidikan islam yang dilakukan secara intensif, baik dari orangtua maupun dari orang-orang sekitarnya. Selain itu, negara pun turut berperan dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi anak, yakni berupa berbagai regulasi yang mendukung penertiban internet dan berbagai media lain yang berisi konten-konten yang berdampak negatif pada perkembangan anak, pun konten-konten yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

Anak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana input dan didikan dari kedua orangtua dan lingkungan sekitarnya, jadi berikanlah edukasi yang baik agar anak bisa tumbuh dengan pemikiran dan akidah yang baik. Dengan begitu, cita-cita akan terbentuknya anak-anak calon pemimpin di zaman sekarang bukanlah hal yang mustahil lagi.

.

Wallahu A'lam bis Shawab


* (Pemerhati Sosial dan Masyarakat) 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak