Oleh : Dewi Humairah
(Member Akademi Menulis Kreatif)
Lagi lagi dan lagi, jagat hiburan Indonesia dihebohkan dengan Trailer film khas dunia remaja yang penuh virus merah jambu. Tapi ini berbeda dengan film-fim merah jambu lainnya, sampai-sampai semua orang berbicara masalah film ini, yaps film Dua Garis Biru yang sejak trailernya di putar langsung menembus jumlah penonton terbanyak dalam hitungan jam saja. Waow, sebenarnya tak heran sebab memang, karena di film ini pernuh kontroversi khas dunia remaja yang menjadi inti sari pembahasannya.
Padahal belum juga selesai polemik film Kucumbu Tubuh Indahku yang diboikot oleh beberapa pemerintah kota. Kini muncul lagi Film yang bergenre mirip dengan judul Dua Garis Biru, bahkan karena saking kontroversinya muncul petisi dari para netizen untuk film 'Dua Garis Biru' supaya di cancel penayangannya karena takut banyaknya bahaya negative yang dihasilkan jika film ini terus di putar.
Petisi itu digagas oleh Gerakan Profesionalisme Mahasiswa Keguruan Indonesia (Garagaraguru). Mereka menilai ada beberapa scene di trailer yang menunjukkan situasi pacaran remaja yang melampaui batas. Menurut mereka, tontonan tersebut dapat memengaruhi masyarakat, khususnya remaja untuk meniru apa yang dilakukan di film. "Beberapa scene di trailer menunjukkan proses pacaran sepasang remaja yang melampaui batas, terlebih ketika menunjukkan adegan berduaan di dalam kamar yang menjadi rutinitas mereka. Scene tersebut tentu tidak layak dipertontonkan pada generasi muda, penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa tontonan dapat mempengaruhi manusia untuk meniru dari apa yang telah ditonton," isi di dalam petisi, dilihat detikHOT, Rabu (1/5/2019).
Meski tak melihat ada adegan yang melanggar undang-undang, mereka menyebut ada pesan implisit yang ingin disampaikan lewat 'Dua Garis Biru'. Pesan tersebut dikhawatirkan dapat merusak generasi muda Indonesia. "Segala tontonan yang menjerumuskan generasi kepada perilaku amoral sudah sepatutnya dilawan (bukan tentang film Dua Garis Biru, melainkan film secara umum), karena kunci pembangunan negara ada pada manusianya. Mustahil apabila kita ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045, namun generasi muda masih sering disuguhkan tontonan yang menjerumuskan kepada perilaku amoral," tulis mereka. Hingga Rabu (1/5) pukul 07.40 WIB, petisi tersebut telah ditandatangani 158 orang.
Tapi pastinya dibalik yang kontra pasti ada juga dong yang pro dengan fil ini, contohnya saja nih salah satu netizen mengatakan dalam media sosialnya yang mengatakan kalua dia menyayangkan adanya petisi penolakan film Dua Garis Biru ini, sebab menurut dia dapat menghilangkan keutuhan pesan yang ingin disampaikan.
Ya itulah yang terjadi ketika suara kebebasan yang mejadi alasan dalam melakukan berbagai hal. supaya penyebutannya keren bisa dibilang inilah yang terjadi ketika sistem liberal terus mengagungkan kebebasan dijadikan sandaran kehidupan. Maka contohnya ketik membuat film yang dipikirkan bkan apakah film ini bermafaat ataukah melanggar hukum Allah tapi melainkan alasan utamanya adalah apakah dengan adanya film ini uang modal atau apakah nanti akan untuk besar. Nah inilah yang terjadi ketika system sekuler menjadi urat nadi, maka pembuatan film yang menjadi tonjolannya adalah nilai bisnisnya, masalah bermanfaat atau tidak itu urusan belakangan.
Dan yang lucu lagi adalah rezim diamana film itu berada juga terkesan biasa saja, Padahal jelas faktanya bahwa setiap tontonan akan menjadi tuntunan, dan bagaiaman jika film yang kurang baik terus dibiarkan ?. Miris memang, ketika negara abai dan tidak berdaya mengendalikan arus liberalisasi yang menghancurkan generasi. Berbeda sekai ketika Islam dijadikan asas dalam mengatur segala perilaku kita, maka ketika Islam dijadikan urat nadi tak heran kegemilangan bisa di dapatkan. Termasuk ketika ada tayangan film yang akan merusak generasi maka negara harus bertanggungjawab agar film tersebut untuk tidak di tayangkan. Islam tak pernah mengajarkan pacaran. Pacaran memang tak selalu berakhir dengan zina tapi zina berawal dari pacaran (Felix Siauw). Dalam Islam film adalah sebagai rangka dakwah dan edukasi bagi rakyat dan negara punya peran utama dalam mengendalikan film. Maka melihat hal ini yuk sama-sama mewujudakn kehidupan dimana Islam dijadikan urat nadi segala arah kehidupan.