Oleh: Dian Puspita Sari*
Semarak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2019 dirasakan oleh warga Banua Kalimantan Selatan. Bagaimana tidak? Sebab dalam rangka peringatan Harganas ke XXVI tahun ini, Kalsel mendapatkan kehormatan untuk menjadi tuan rumah. Mengambil tema “Hari Keluarga, Hari Kita Semua” dan Slogan “Cinta Keluarga, Cinta Terencana”, berbagai kegiatan siap digelar dalam mewarnai peringatan tersebut. Baik pra puncak peringatan maupun pasca acara. Di antaranya Festival Penggalang Ceria, GenRe Edu Camp, One Stop Service pelayanan untuk anak anak, One Day for Children untuk anak-anak terlantar. (tribunnews.co.id)
Harganas yang diperingati setiap tanggal 29 Juni ini dimaksudkan untuk mengingatkan pada seluruh masyarakat Indonesia akan pentingnya keluarga sebagai sumber kekuatan untuk membangun bangsa dan negara. Keluarga akan selalu menghidupkan, memelihara dan memantapkan serta mengarahkan kekuatan tersebut sebagai perisai dalam menghadapi persoalan yang terjadi. Keluarga dianggap sebagai soko guru bangsa. Keluarga sebagai wadah utama dan pertama dalam membina anak-anak agar dapat menghasilkan generasi yang berkualitas.
Untuk itulah, berbagai even diselenggarakan dengan tujuan untuk mensosialisasikan program KB dan pencegahan pernikahan usia dini. Sebab, hal ini dinilai dapat meningkatkan kualitas generasi. Mengingat kasus perkawinan anak di Kalimantan Selatan mencapai 30 persen. Karenanya diperlukan kesadaran dan peran serta masyarakat terhadap pentingnya keluarga kecil, bahagia dan sejahtera dalam kerangka ketahanan keluarga. Semuanya harus dalam konteks terencana, sebagaimana slogan Harganas 2019. (suara.com)
Patut kiranya untuk kita telusuri lebih dalam ada apa dibalik program tersebut? Adakah hubungannya dengan upaya Barat yang notabene-nya adalah musuh Islam, dalam meminimalkan populasi kaum muslimin dan menjauhkan mereka dengan syari’at Islam? Sebab, keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat berperan sebagai salah satu faktor penentu dalam pembentukan generasi kaum muslimin.
Kuantitas dan kualitas generasi sangat diperhatikan di dalam Islam. Adanya pengaturan fungsi ibu dan fungsi ayah menjadi salah satu buktinya. Ayah bekerja, ibu menjaga adalah bentuk pemeliharaan Islam terhadap kualitas generasi. Tidak tertukar sebagaimana yang dicanangkan oleh kapitalisme. Sebab, selain fungsi keluarga juga ada fungsi negara sebagai penjamin kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar masyarakatnya.
Dalam sistem kapitalis yang diterapkan saat ini, biaya hidup yang serba mahal dan ditambah pula dengan ketiadaan jaminan dari negara, mengharuskan para orangtua habis-habisan bekerja. Tidak punya banyak waktu untuk mengurus apalagi mendidik anak-anak sesuai dengan aturan-Nya. Alhasil, anak-anak kehilangan peran orangtua. Jika sudah begitu, kualitas anak terjawab dengan sendirinya.
Kemudian dengan menggunakan alasan itulah, musuh-musuh Islam mencanangkan program pembatasan jumlah anak demi menjaga kualitas generasi. Padahal sejatinya, bukan di kuantitas sumber masalahnya. Tetapi pada kualitas generasi akibat diterapkannya sistem kapitalis yang berbasis sekulerisme dan materialisme. Berbeda dengan sistem islam yang justru memotivasi masyarakat untuk mempunyai banyak keturunan berkualitas.
Sebagaimana Rasulullah Muhammad shallallahu’alaihi wassalam yang sangat membanggakan banyaknya jumlah kaum muslimin di akhirat kelak. Ini salah satu landasan kaum muslimin untuk terus menghasilkan keturunannya. Selain itu, dengan lahirnya anak-anak muslim menjadi cikal bakal pejuang-pejuang Islam yang siap menerapkan Islam kaffah dalam bingkai Khilafah.
Memang benar bahwa cinta keluarga adalah cinta terencana. Sebab kita mencintai keluarga, kita merencanakan keluarga yang akan kita bentuk. Namun seperti apa makna cinta terencana untuk membangun keluarga yang bahagia tersebut? Sebab berbicara tentang keluarga, tentu semua orang berkeinginan untuk memiliki keluarga yang ideal. Orangtua yang lengkap, anak-anak yang baik, tempat tinggal yang lapang, serta keadaan ekonomi yang menunjang.
Islam mengajarkan kita untuk bisa membentuk keluarga yang bukan hanya ideal, tetapi juga berkualitas. Hal ini ditunjukkan oleh potret generasi muslim terdahulu. Terbentuknya sosok seperti para Sahabat Rasul, para tabi’in, Ulama 4 mazhab, Muhammad Al Fatih dan lain sebagainya menjadi bukti nyata dari hasil perencanaan keluarga muslim. Keluarga yang dibangun dengan visi dan misi yang tinggi. Bercita-cita besar dalam membentuk generasi terbaik yang bisa memberikan kontribusi terbaik bagi kehidupan.
Membangun keluarga terencana harus dilakukan baik sebelum maupun setelah memutuskan berkeluarga. Mulai dari merumuskan jenis keluarga yang akan dibentuk, hingga memilih pasangan yang satu visi dengannya. Hal itu sangatlah penting. Sebab, dari sanalah akan terwujud generasi berkualitas. Hal inilah yang dipahami oleh generasi muslim terdahulu. Parahnya, pemahaman inilah yang sengaja digerus dengan pemikiran sekuler yang mengalir deras di tengah masyarakat saat ini.
Keluarga muslim mampu membentuk individu-individu yang taat kepada Allah. Merekalah yang kelak akan berperan aktif dan positif di dalam kehidupan masyarakat. Berbekal ketakwaan individu dan peran negara melalui regulasi yang bersumber dari ketentuan Allah, maka akan terwujudlah ketahanan bangsa yang kuat. Sebuah ketahanan yang akan menurunkan keberkahan. Baik dari langit dan juga dari bumi. InsyaAllah.
Wallahua’lam bish-shawwab []
*) Founder Komunitas Remaja Shalihah (KRS) Kab. Banjar, Warga Pekauman Ulu Martapura