Oleh : Lilik Yani
Melihat nilai akhir sebagian anak didik yang kurang memuaskan, membuatku harus evaluasi diri.
Adakah yang perlu diluruskan, apakah guru yang kurang maksimal mengajar? Sistem yang kurang mendukung proses belajar mengajar? Atau dari sisi anak yang tidak berminat belajar?
********
Setiap anak memiliki keunikan. Walau dengan saudara kembarnya sekalipun, masih ada perbedaan masalah kesenangan (hobby) maupun pemilihan profesi. Selama masih berada di area yang bebas menentukan pilihan, dan tidak menyimpang dari jalur yang ditetapkan Allah, kenapa tidak? Beri kesempatan anak untuk memilih.
Evaluasi setiap akhir semester dari nilai akhir yang diraih anak-anak didik, terkadang membuat terperanjat. Setelah melalui proses panjang di kelas, dari kuliah, praktikum, pre test post test, tugas, presentasi, diskusi, hingga beberapa babak ujian yang harus dilewati.
Dalam setiap tahapnya, saat anak-anak ada yang nilai kurang, dosen akan memanggil untuk ditanya apa ada masalah dalam belajarnya, atau mungkin ada masalah-masalah pribadi yang mengganggu belajarnya.
Kemudian anak diberi pengarahan, solusi yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi masalahnya. Ada anak yang menurut, sehingga bisa berubah menjadi baik akhlak dan ibadahnya, sehingga prestasi juga ikut membaik seiring dengan semakin mendekatnya hubungan dengan Tuhannya.
Tetapi masih ada juga anak-anak yang belum berubah, yang menjadikan bahan pemikiran selanjutnya. Kami terus melakukan pendekatan kepada anak-anak tersebut. Karena terkadang anak sulit mengungkapkan masalahnya. Maka kami sodorkan kertas dan pena, kami beri kesempatan anak-anak untuk menuliskan kegundahannya.
Hasilnya, beberapa anak mengungkapkan, mereka dipaksa orang tuanya untuk masuk Fakultas Kedokteran ini. Orang tua menginginkan anaknya menjadi dokter. Sebuah kebanggaan bagi kebanyakan orang, jika memiliki anak dokter. Sehingga mereka tidak sadar membebani anak-anaknya dengan mempelajari ilmu yang berat dan tidak sesuai nalurinya.
Bunda, ijinkan anakmu memilih. Walau kedua gen orang tuanya dokter, tapi anak tidak selalu menginginkan menjadi dokter. Bisa saja mereka ingin menjadi insinyur yang mungkin terinspirasi dari bapak Habibie ingin memajukan negeri ini dari sisi IPTEK.
Bisa saja anak ingin menjadi pengacara yang berani menyuarakan kebenaran. Jadi hakim yang menegakkan keadilan, agar mendapat naungan di syurga nanti.
Bunda, ijinkan anak memilih pendidikan dan profesi yang akan dijalani nanti sesuai minat dan keahliannya. Karena anak-anak tidak akan merasa nyaman jika menjalankan sesuatu itu karena ada unsur paksaan.
Apalagi untuk menjadi dokter, yang akan menangani nyawa orang lain. Terasa amat berat jika tidak ada naluri sebagai dokter. Apalagi proses yang dilalui sangat panjang dan melelahkan.
Bunda, ijinkan anakmu memilih. Untuk masuk surga tidak ada persyaratan harus menjadi dokter, walau itu prestasi bergengsi. Surga yang luas itu bisa dimasuki siapa saja tanpa melihat wajah, kekayaan, gelar, pendidikan, maupun profesi. Karena Allah hanya melihat keimanan dan ketaqwaan dari hamba tersebut. Allah hanya melihat amalan-amalan hambaNya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad-jasad kalian dan tidak juga kepada rupa-rupa kalian akan tetapi Allah melihat kepada hati-hati kalian (dan amalan-amalan kalian)” (HR. Muslim).
Bunda, sebagai bentuk cinta kita kepada anak, ijinkan mereka memilih jalur pendidikan atau profesi yang sesuai minatnya. Kecuali, mereka menyerahkan pemilihan kepada orang tuanya, maka bunda bisa mengarahkan, membantu memilihkan dengan tetap mendiskusikan pilihannya kepada anak-anak.
Bunda, tugas kita sebagai orang tua adalah mengarahkan anak-anak ke jalan Allah. Apapun profesinya, selama tidak menyimpang dari aturan Allah, maka kita berikan kepercayaan kepada mereka. Apalagi untuk anak-anak yang sudah baligh, mereka sudah diarahkan untuk terikat dengan hukum syara, sehingga anak akan bertanggung jawab dengan pilihan-pilihannya.
Bunda, kita pantau anak-anak kita. Kita titipkan penjagaan anak-anak kita kepada Allah, semoga anak-anak selalu berada di jalan yang benar dan setiap aktivitasnya selalu terikat dengan aturan Allah (syariat Islam).
Bunda, mari kita doakan anak-anak kita, dimanapun mereka berada, semoga selalu dalam lindungan Allah, dimudahkan semua urusannya dan menjadi penyejuk hati orang tuanya. InsyaaAllah.
“Yaa Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang bertaqwa.“ (TQS Al Furqan : 74).
Semoga dengan iringan doa dari ayah bunda menjadikan anak-anak kita bahagia dalam menjalani setiap aktivitas hidupnya. Hingga mereka akan bertanggungjawab dengan pilihannya. Karena nantinya setiap orang akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah atas semua pilihan yang dilakukannya.
Tidak selamanya kita akan mengiringi setiap perjalanan hidup anak-anak. Karena anak-anak memiliki hak untuk menentukan pilihan hidupnya. Maka ketika anak sudah dewasa, ijinkan mereka memilih jalan hidupnya. Selama tidak menyimpang aturan yang ditetapkan Allah.
Wallahu a'lam bisshawab
Surabaya, 19 Juli 2019
#IjinkanAnakmuMemilih
#AyahBundaMemantauPilihanAnak